Bentuk Admnistrasi Baha’i

harus secepat mungkin diselenggarakan dan diatur oleh orang yang mendapat suara terbanyak diantara sembilan orang yang telah dipilih. Dalam setiap pertemuan harus dimulai dengan doa-doa dan memohon kepada Tuhan agar menolong mereka dalam menjunjung agama-Nya dan mengabdi kepada masyarakat yang telah memilih mereka. Setelah itu, mereka harus memilih para pengurus majelis rohani untuk tahun ini. Berikut beberapa persyaratan untuk menjadi anggota Majelis Rohani: 54 Kesetiaan yang tidak dapat diragukan, Pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri, Pikiran yang terlatih dengan baik, Kemampuan yang diakui, dan Pengalaman yang matang. Setiap majelis rohani harus mempunyai seorang ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Hal ini sangat penting dan akan memudahkan pekerjaan majelis itu. Pekerjaan ketua adalah memimpin pertemuan-pertemuan dan membantu majelis dalam membuat beberapa keputusan. Jika anggota-anggotanya hanya berkumpul untuk berbicara tanpa mengambil keputusan yang jelas, sia- sialah pertemuan mereka. Ketua harus memberi kesempatan pada semua anggota untuk mengeluarkan pendapat mereka untuk memberikan suara agar tercapai suatu keputusan mengenai persoalan yang dimusyawarahkan. 55 Ketua adalah yang memimpin pertemuan, jika ketua tidak dapat hadir misalnya ketika sedang sakit, wakil ketualah yang memimpin pertemuan Majelis. Sekertaris adalah orang yang mencatat semua pekerjaan Majelis, baik rencana yang harus dikerjakan maupun yang telah dikerjakan. Sekretaris menulis semua surat yang harus dikirim kepada perorangan, majelis setempat lainnya dan kepada 54 Majelis Rohani Setempat T.tp, Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia , h. 2. 55 Hushmand fathea’ zam, h.115. Majelis Rohani Nasional. Melalui sekertarislah setiap Majelis Setempat berhubungan dengan masyarakat Baha’i diseluruh dunia. Bendahara bertugas dalam hal keuangan Majelis. Ia memberikan kwitansi-kwitansi kepada semua yang menyumbang pada dana Baha’i dan dana ini dapat dipakai untuk biaya dan pengeluaran yang telah diputuskan oleh Majelis Rohani disetiap pertemuan. Ketika memilih para pengurus Majelis, para anggota harus melihat pada kesanggupan masing-masing dari mereka dan memilih siapa diantara mereka yang lebih cocok dalam melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan jabatannya. Aturan-aturan pemilihan anggota Mejelis telah dijabarkan diatas. Pemilihan ini diselenggarakan secara rahasia tanpa propaganda apapun. Tidak dibenarkan memilih seseorang berdasarkan kedudukannya dalam masyarakat. Misalnya dalam pemilihan ketua, tidak diperbolehkan memilih seseorang yang dihormati dalam masyarakat karena umurnya, kecuali dialah orang yang paling sanggup melakukan tugas ini. Demikian pula halnya bagi seseorang yang kaya atau seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. Perlu diketahui bahwa pengurus-pengurus Majelis Rohani tidak mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat. Misalnya, seorang ketua bukanlah pemimpin masyarakat atau orang yang paling dihormati. Diluar Majelis Rohani kedudukannya sama dengan orang Baha’i yang lainnya, dan segera setelah pertemuan Majelis selesai, ia tidak punya hak yang lebih dari pada orang lain dalam masyarakat. Dalam jiwa kerjasama dan keselarasan yang penuh kasih sayang orang- orang Baha’i memilih Majelis Rohani mereka, dan anggota Majelis Rohani itu memilih para pengurusnya. Sang wali yang tercinta menulis bahwa para anggota Majelis Rohani: “... harus menjalankan tugas mereka dengan sangat rendah hati, dan berusaha dengan pikiran terbuka, rasa keadilan dan kewajiban yang tinggi, keterusterangan, kesederhanaan, kesetiaannya yang penuh pada kesejahteraan dan kepentingan teman-teman, agama dan umat manusia, untuk meraih bukan saja kepercayaan dan dukungan yang tulus serta rasa hormat dari mereka yang dilayani, tapi juga penghargaan dan rasa kasih sayang mereka yang sedalam- dalamnya. b. Cara kerja Majelis rohani Musyawarah adalah cara kerja Majelis Rohani. Administrasi Baha’i bekerja melalui musyawarah. Musyawarah digunakan dalam Sembilan Belas Harian, pertemuan Majelis Rohani Setempat, Konvensi, pertemuan Majelis Rohani Nasional dan dalam pertemuan-pertemuan panitia. Sang Wali mengingatkan agar selalu ingat pada dua kebajikan penting ketika kita sedang bermusyawarah dalam pertemuan- pertemuan Baha’i, yaitu kejujuran dan keterbukaan. 56 Ketika berkumpul dalam suatu pertemuan Baha’i, kita harus merasa bahwa Baha’u’llah bersama kita secara Rohani. Ini menimbulkan suasana kerohanian yang menakjubkan, yang membantu kita dalam bermusyawarah. Jika kita merasa Baha’u’llah hadir dalam pertemuan kita, kita akan selalu berusaha menjadi penganut-penganut yang layak dalam agama-Nya. Baik sewaktu mengabdi pada Majelis atau suatu panitia, ataupun dalam Sembilan Belas Harian. Kita akan 56 Hushmand fathea’ zam, h. 120. berusaha sekuat tenaga untuk menghapuskan agenda pribadi atau pernyataan yang tidak adil pada waktu bermusyawarah. Tidak ada sedikitpun jejak ketidaktulusan dalam pembahasan dan tidak ada yang lain selain kebenaran yang dibicarakan, karena Baha’u’llah bersabda: “Wahai orang-orang yang lalai “Janganlah menyangka bahwa rahasia-rahasia hati itu pasti tersembunyi, sesungguhnya, ketauhilah dengan pasti bahwa semua rahasia itu tertulis dalam huruf- huruf yang terang dan terlihat jelas di Hadirat suci.” Dalam musyawarah Baha’i, setiap orang harus mengemukakan pendapatnya dengan penuh pengabdian, sopan santun, teliti, tidak bersikeras terhadap pendapatnya sendiri dan harus menyelidiki kebenaran. Agar terhindar dari percekcokan dan perselisihan. 57 . Ia harus memikirkan kepentingan agama saja, dan harus melupakan hubungan pribadinya dengan individu-individu lain. c. Majelis Rohani Nasional Majelis Rohani Nasional adalah badan yang dipilih oleh umat Baha’i disuatu negara melalui suatu konvensi Nasional. Utusan-utusan dikirim dari seluruh penjuru negeri ke konvensi itu. Aturan-aturan dasar dalam pemilihan Baha’i majelis Rohani Setempat, berlaku pula pada pemilihan Majelis Rohani Nasional. Bagi umat Baha’i pemilihan Baha’i adalah suatu kewajiban suci yang bersifat rohani, tidak ada pencalonan ataupun propaganda. Tujuan Majelis Rohani Nasional adalah mengordinasi dan menyatukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh semua o rang Baha’i diseluruh negara itu 57 Musyawarah Baha’i T.tp, Majelis Rohani Nasional, h. 5. dan memberi semangat kepada mereka dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Masyarakat Baha’i bekerja sama dengan Majelis Rohani Nasional melalui Majelis Rohani Setempat. Majelis Rohani Nasional berhubungan dengan orang-orang Bah a’i diseluruh negara melalui surat-surat dan buletin. Berita-berita mengenai berbagai kegiatan orang- orang Baha’i dan kemajuan agama diseluruh dunia disampaikan kepada teman- teman Baha’i oleh Majelis Rohani Nasional. 58 Berita dari Majelis Nasional dibacakan oleh sekertaris atau wakil yang ditunjuk oleh Majelis Rohani Setempat dalam Sembilan Belas Harian. Dalam bagian kedua sembilan belas harian, yaitu bagian dimana teman-teman diajak bermusyawarah, setiap orang Baha’i dipersilahkan untuk memberi pandangan dan usulnya, atau memberi janji kerjasama mereka. Hasil musyawarah sembilan belas harian akan dikirim ke Majelis Rohani Nasional oleh Majelis Rohani setempat disetiap daerah. Kemudian Majelis Rohani Nasional mempertimbangkan usul-usul ini dan akan diambil setelah bermusyawarah dengan teliti. Jika tidak ada Majelis Rohani Setempat disuatu daerah, dan yang hanya ada sekelompok orang Baha’i yaitu kurang dari 9 orang, Majelis Rohani Nasional mengadakan surat-menyurat dengan salah seorang yang telah dipilih sebagai sekretaris dari kelompok itu. Jik a hanya ada satu orang Baha’i disuatu tempat, maka majelis Nasional akan mengadakan surat-menyurat langsung dengan dia. Majelis Rohani Nasional mempunyai berbagai tugas yang harus diperhatikan, maka ia membentuk panitia-panitia untuk membantunya. Anggota- anggota yang bekerja dalam panitia ini ditunjuk oleh Majelis Nasional sendiri dan 58 Hushmand fathea’ zam, h. 140. setiap panitia diberi suatu tugas khusus. Misalnya, jika Majelis Rohani Nasional memutuskan untuk mendirikan rumah ibadah diwilayahnya, ia akan menunjuk suatu panitia khusus yang akan menangani semua rincian pekerjaan itu dan memberi usul-usul dari panitia itu. Contoh dari panitia-panitia lain yang dapat dibentuk oleh Majelis Nasional untuk membantu pekerjaannya adalah panitia Nasional Wanita, Panitia Nasional Muda-mudi, panitia Nasional Pendidikan Anak-anak dan lain-lain. Panitia-panitia ini juga dapat dibentuk oleh Majelis Rohani setempat. panitia yang telah dibentuk bertanggung jawab langsung kepada Majelis yang membentuknya. Semua Majelis Rohani Setempat bertanggung jawab kepada Majelis Rohani Nasional dan Majelis Nasional adalah lembaga tertinggi umat Baha’i di setiap negara. 59 Majelis Rohani Nasional juga memilih ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara dan tugas para pengurus Majelis Rohani Nasional sama dengan tugas- tugas pengurus Majelis Rohani Setempat, tetapi untuk tingkat Nasional. Anggota- anggota Majelis Rohani Nasional dipilih melalui konvensi Nasional setiap tahun sekali. 60 Pemilihan anggota ini dilakukan secara tidak langsung. Setiap masyarakat Baha’i atau unit pemilihan, memilih utusan-utusan dalam jumlah tertentu diantara warga Baha’i didaerahnya sendiri, dan utusan-utusan inilah yang akan mewakili umat Baha’i diseluruh negara itu. Para utusan ke Konvensi dikumpulkan disuatu tempat antara tanggal 21 April sampai 2 Mei, yaitu pada hari Raya Ridwan. 61 Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Konvensi Nasional: 59 Hushmand fathea’ zam, h. 141. 60 Majelis Rohani Nasional T.tp, Majelis Rohani Nasiona, Baha’i Indonesia , h.15. 61 Hushmand fathea’ zam, h. 142 1. Para utusan Konvensi harus memilih anggota-anggota Majelis Rohani Nasional dari orang- orang Baha’i diseluruh daerah dinegeri itu. Mereka tidak perlu memilih anggota-anggota Majelis Rohani dari para utusan Konvensi. Mereka dapat memilih siapa saja sejumlah sembilan orang dari seluruh masyarakat umat Baha’i di negara itu. 2. Mereka yang terpilih sebagai utusan-utusan Konvensi tidak mempunyai tugas atau hak istimewa lain selain bermusyawarah di Konvensi dan memilih Majelis Rohani Nasional yang baru. Jika Konvensi telah berakhir, tugas-tugas mereka sebagai utusan juga berakhir. Konvensi bukanlah suatu badan yang tetap, dan tidak memiliki anggota tetap setelah Konvensi itu sendiri berakhir. 3. Konvensi adalah sebuah badan konsultatif bersifat musyawarah. Hasil- hasil musyawarahnya berupa rekomendasi-rekomendasi, diteruskan ke Majelis Rohani Nasional dan bebas untuk menerima dan menolak usul- usul itu. 4. Konvensi tidak lebih tinggi dari Majelis Rohani Nasional. majelis Rohani Nasional adalah lembaga tertinggi disetiap negara dan berkuasa atas semua Majelis Rohani Setempat dan orang- orang Baha’i di negara itu. 62 d. Balai Keadilan Sedunia Balai Keadilan Sedunia adalah salah satu lembaga yang unik dalam agama Baha’i, yang anggotanya dipilih dari umat Baha’i diseluruh dunia melalui Majelis Rohani Nasional mereka. Baha’u’llah telah meyakinkan kepada umat Baha’i 62 Hushmand fathea’ zam, h. 143. bahwa Ia akan terus membimbing umat-Nya melalui Balai Keadilan Sedunia selama kurun zaman Baha’i berlangsung. Baha’u’llah telah memberikan hukum-hukum dan ajaran-ajaran dasar Tuhan untuk zaman ini. Tetapi Ia telah mengatakan bahwa kita juga membutuhkan peraturan-peraturan sosial lain, yang secara berangsur-angsur akan ditetapkan bagi kita yang selalu berubah. 63 63 Hushmand fathea’ zam, h. 144. 56

BAB IV PERSEPSI UMAT BAHA’I TERHADAP KONSEP KEPEMIMPINAN

NEGARA DI INDONESIA A. Pengertian dan Konsep Kepemimpinan Negara di Indonesia 1. Pengertian Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. 64 Negara dapat diartikan sebagai sebuah organisasi raksasa, yang merupakan produk hasil perkembangan sejarah manusia. Sehingga Kepemimpinan Negara Indonesia merupakan negara Indonesia yang memiliki suatu sistem kepemimpinan guna mengatur, mempengaruhi dan mengawasi masyarakatnya yang menetap diwilayah Indonesia dibawah satu komando seorang pemimpin untuk mengatur dan mengejar kemakmuran serta kesejahteraan secara adil bagi masyarakatnya. Menurut Prof. Dr. Mustopadidjaja, bahwa kepemimpinan negara Indonesia adalah Kepemimpinan Nasional yang diartikan sebagai Sistem Kepemimpinan 64 Edi Cahyo, “kepemimpinan”, artikel diakses Kamis 21 Agustus 2014 dari http:diecahyouinyogya.blog.com20110606adi. dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, meliputi berbagai unsur dan srtuktur kelembagaan yang berkembang dalam kehidupan Pemerintahan negara dan masyarakat, yang berperan mengemban misi perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa sesuai dengan posisi masing-masing dalam Pemerintahan dan masyarakat, mernurut niali-nilai kebangsaan dan perjuangan yang diamanatkan konstitusi negara. Secara struktural, Kepemimpinan Nasional terdiri dari pejabat lembaga-lembaga pemerintahan negara dan pemimpin lembaga-lembaga yang berkembang dalam masyarakat, yang secara fungsional berperan dan berkewajiban memimpin orang dan lembaga yang dipimpinnya dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara. Menurut Anwar Ibarahim, bahwa kepemimpinan haruslah peka dan prihatin terhadap suara dan aspirasi rakyat serta merumuskan cara pendekatan yang melibatkan rakyat. Be liau menekankan pada konsep Syura’ musyawarah dan demokrasi penyetaraan. Pemimpin Nasional adalah sosok yang mampu memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat Indonesia secara keseluruhan dan menghayati nilai-nilai yang berlaku, agar mempunyai kemampuan memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan mempunyai visi yang sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia. 65 2. Konsep Kepemimpinan Negara di Indonesia Negara Republik Indonesia adalah negara yang menganut konsep negara hukum yang demokratis yaitu pemerintahan yang terbatas kekuasaannya dan tidak 65 Imron Fauzi, “Konsep Kepemimpinan di Indonesia, artikel diakses Senin 25 Agustus 2014 dari alamat http:imronfauzi.wordpress.com. dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Hal ini yang terdapat dalam undang-undang Dasar 1945 sebelum amandemen, 66 bahwa: 1. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR 2. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum rechsstaat dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka machsstaat. 3. Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi hukum dasar dan tidak bersifat absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas. Presiden Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Sejarah pemerintahan indonesia telah melewati sejarah yang panjang dengan berbagai ekperimen sistem pemerintahan yang pernah diadopsi. Pertimbangan ini tentulah menjadi bagian penting dalam upaya mencari sistem ideal bagi Indonesia di masa yang akan datang. Amandemen UUD 1945 tentang sistem pemerintahan Indonesia tampaknya merupakan hasil terpenting dari sintesis dimaksud, sekalipun masih banyak hal yang belum mampu terakomodasi secara baik. Inilah yang kemudian disebut sistem campuran mixed system. 66 Tim Wahyu Media, Pedoman Resmi UUD 1945 dan Perubahannya jagakarsa: PT Wahyu Media, 2014, h. 57. Sistem pemerintahan hanyalah merupakan suatu pilihan atas apa yang diinginkan oleh rakyat banyak. Dalam sistem pemerintahan Indonesia dewasa ini, kecenderungan yang dapat dilihat pasca diberlakukannya Amandemen UUD 1945 adalah lebih pada sistem presidensial. 67 Hal ini terlihat di mana Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Menurut UUD 1945, negara Republik indonesia Pemerintahannya dipimpin oleh Presiden dan dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden sebagai kepala negara ia juga sebagai kepala pemerintahan. Dalam konteks Indonesia yang menganut sistem Presidensil, “kepresidenan” cenderung memiliki kekuasaan yang dominan dan menentukan. 68 Pada masa awal pemerintahan, kekuasaan presiden dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan Pasal IV aturan peralihan UUD yang berbunyi : “sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangaan Agung dibentuk menurut undang-undang dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden. Indonesia setelah kemerdekaannya telah mengamandemen UUD 1945 sebayak empat kali. Undang –undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD 1945. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi 67 M. Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan. suatu kajian, teori, konsep, dan pengembangannya Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, h. 112. 68 Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h. 225.