Baha’i Sedunia. Sedangkan fokus penulis terhadap model kepemimpinan umat Baha’i yakni Administrasi Baha’i yang salah satu lembaga tertingginya adalah
Balai Keadilan Sedunia. Sehingga jauh berbeda dengan penulisan skripsi karangan Yudha Bhakti.
Dan penulis memasukkan satu tinjauan pustaka lagi, yaitu Skripsi UIN Jakarta, karangan Aisiah berjudul “ Kedudukan Perempuan Dalam Agama
Baha’i” tahun 2013. Dalam skripsi tersebut Aisiah membahas sedikit tentang Majelis Rohani Setempat, dan kemudian penulis menjelaskan bahwa ada
tingkatan yang lebih tinggi dari Majelis Rohani Setempat. Yakni Majelis Rohani Nasional dan Balai Keadilan Sedunia. Yang itu semua merupakan tingkatan-
tingkatan model kepemimpinan dalam Agama Baha’i.
F. METODE PENELITIAN
Pemilihan metode yang tepat dalam sebuah karya ilmiah sangat membantu untuk mencapai hasil yang optimal, oleh karena itu penulis juga menggunakan
beberapa metode yaitu:
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif Analitis. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.
9
Kemudin dilanjutkan dengan metode analitis kritis yang artinya memberikan uraian-uraian kritis dan sistematis terhadap pokok-pokok
pembahasan dan permasalahan tanpa adanya upaya memberikan penilaian tertentu
9
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian Jakarta: STIA - LAN Press, 1999, h.60.
terhadap pembahasan skripsi ini. Hal ini bertujuan demi menghasilkan alur yang jelas dan sistematis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah penelitian selain mengumpulkan data dari sumber kepustakaan, Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya yaitu: a.
Penelitian Lapangan field research guna mengumpulkan data sebagai pelengkap dan pembanding.
b. Wawancara interview, yakni penulis mengumpulkan data dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pemeluk agama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan skripsi
ini. Sifat wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur Wawancara ini adalah wawancara bersifat bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tak berstruktur yang
disebut juga wawancara terbuka, digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang
subjek yang diteliti. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menemukan secara pasti permasalahan apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tak berstruktur, peneliti belum mengetahui