Pemeriksaan Operasional atas Fungsi Penjualan dan Piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN PIUTANG PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH ACEH

OLEH:

NAMA : LENNY SISKA CHRISTINA ZEGA

NIM : 060503003

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : ”Pemeriksaan Operasional atas Fungsi Penjualan dan Piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 18 Mei 2010 Yang membuat pernyataan,

Lenny Siska Christina Zega NIM: 060503003


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur, hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat dan Allah pemilik kehidupanku. Terimakasih Tuhan buat hikmat dan penyertaanMu, selama proses pengerjaan skrispi ini sehingga aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu. Adapun skrispi ini berjudul : ”Pemeriksaan Operasional atas Fungsi Penjualan dan Piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh”.

Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak. selaku dosen pembimbing. Terima

kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding/ Penguji


(4)

II. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda B. Zega dan Ibunda J. Pandiangan. Terimakasih buat semua kasih sayang, do’a, pengorbanan, didikan dan semangat yang sangat berarti.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 18 Mei 2010 Penulis,

(Lenny Siska Christina Zega) NIM: 060503003


(5)

ABSTRAK

Perkembangan dunia ekonomi yang pesat dan persaingan yang semakin meningkat dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan konerja manajemen sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama dalam kegiatan penjualan dan piutang usaha. Tujuan penelitian yang dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh adalah untuk menilai dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan atas kegiatan penjualan dan piutang usaha. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi atas kelemahan yang ada dalam perusahaan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan cara wawancara dengan pejabat dan karyawan yang berwenang, observasi langsung terhadap kegiatan perusahaan dan mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi skripsi untuk diisi oleh pejabat dan karyawan yang berwenang.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemeriksaan operasional dan prosedur atas fungsi penjualan dan piutang telah diterapkan secara efektif dan efisien pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh sudah diterapkan dengan baik. Pengaruh pemeriksaan operasional terhadap fungsi penjualan dan piutang adalah sebesar 68,26%.


(6)

ABSTRACT

World of rapid economic development and increasing competition in the business world require companies to improve management konerja so become more effective and efficient, especially in the activities of sales and accounts receivable. The aim of research conducted at PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh was to assess and evaluate the effectiveness and efficiency of company operations for sales and accounts receivable activities. In addition, this study aims to provide recommendations on the weaknesses that exist within the company.

In writing this essay the author uses two methods of research is literature study and field study. Literature study conducted to obtain data related to the way interviews with officials and authorized employees, direct observation of activities of the company and submit a list of questions relating to the thesis material to be filled by officers and employees authorized.

The results obtained show that the inspection operations and procedures for sales and accounts receivable function has been implemented effectively and efficiently in PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Operational examination of sales and accounts receivable functions on PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh has been implemented well. Effect of operational examination of the function of sales and accounts receivable amounted to 68.26%.


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis... 6

1. Audit ... 6

2. Audit Operasional……… 8


(8)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian………. 28

1. Kerangka Konseptual... 28

2. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Jenis dan Sumber Data……… 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Metode Analisis Data ... 31

E. Responden……… 31

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 33

1. Sejarah Perusahaan ... 33

2. Tentang PLN (Persero) Wilayah Aceh ... 34

3. Visi, Misi dan Moto ... 37

B. Analisis Hasil Penelitian ... 38

1. Analisis Pengujian Instrumen ... 38

a. Pengujian Validitas ... 38

b. Pengujian Reliabilitas ... 41

2. Analisis Data Kualitatif Hasil Mengenai Pemeriksaan Operasional ... 43


(9)

a. Kualifikasi ... 43

b. Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional ... 46

3. Analisis Data Kualitatif Hasil Mengenai Fungsi Penjualan dan Piutang ... 54

a. Tahap-Tahap Pemeriksaan ... 55

b. Tujuan Pemeriksaan Operasional Penjualan ... 58

c. Prosedur Penjualan ... 61

d. Prosedur Pencatatan Piutang Usaha ... 64

4. Analisis Pengujian Hipotesis ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 32

Tabel 4.1 Uji Validitas ... 39

Tabel 4.2 Data Perhitungan Korelasi ... 41

Tabel 4.3 Pernyataan Responden untuk Indikator Independensi ... 43

Tabel 4.4 Pernyataan Responden untuk Indikator Objektivitas ... 44

Tabel 4.5 Pernyataan Responden untuk Indikator Keandalan ... 45

Tabel 4.6 Pernyataan Responden untuk Indikator Independen ... 46

Tabel 4.7 Pernyataan Responden untuk Indikator Kecakapan Profesional ... 47

Tabel 4.8 Pernyataan Responden untuk Indikator Program Pemeriksaan.. 48

Tabel 4.9 Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaksanaan Pemeriksaan ... 49

Tabel 4.10 Pernyataan Responden untuk Indikator Laporan Hasil Pemeriksaan ... 50

Tabel 4.11 Pernyataan Responden untuk Indikator Tindak Lanjut ... 51

Tabel 4.12 Analisis Jawaban Pemeriksaan Operasional ... 52

Tabel 4.13 Pernyataan Responden untuk Indikator Perencanaan Pemeriksaan Operasional Penjualan dan Piutang Usaha ... 55


(11)

Tabel 4.14 Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaksanaan Pemeriksaan

Operasional Penjualan dan Piutang Usaha ... 56

Tabel 4.15 Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaporan Pemeriksaan Operasional Penjualan dan Piutang Usaha ... 57

Tabel 4.16 Pernyataan Responden untuk Indikator Eksistensi ... 58

Tabel 4.17 Pernyataan Responden untuk Indikator Kelengkapan ... 58

Tabel 4.18 Pernyataan Responden untuk Indikator Akurasi ... 59

Tabel 4.19 Pernyataan Responden untuk Indikator Klasifikasi ... 59

Tabel 4.20 Pernyataan Responden untuk Indikator Tepat Waktu ... 60

Tabel 4.21 Pernyataan Responden untuk Indikator Pengikhtisaran ... 60

Tabel 4.22 Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Daftar Harga ... 61

Tabel 4.23 Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Delivery Order ... 62

Tabel 4.24 Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Faktur Penjualan ... 63

Tabel 4.25 Pernyataan Responden untuk Indikator Penggunaan Kartu Piutang ... 64

Tabel 4.26 Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Pencatatan Penjualan Kredit ... 65

Tabel 4.27 Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Pengiriman Barang ... 66


(12)

Tabel 4.29 Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Keuangan ... 67 Tabel 4.30 Analisis Jawaban Fungsi Penjualan dan Piutang ... 68 Tabel 4.31 Perhitungan Ranking dan Selisih Ranking ... 73


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Struktur Organisasi ... 81 Lampiran ii Kuisioner ... 82 Lampiran iii Analisis Jawaban Responden atas Kuisioner ... 87


(15)

ABSTRAK

Perkembangan dunia ekonomi yang pesat dan persaingan yang semakin meningkat dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan konerja manajemen sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama dalam kegiatan penjualan dan piutang usaha. Tujuan penelitian yang dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh adalah untuk menilai dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan atas kegiatan penjualan dan piutang usaha. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi atas kelemahan yang ada dalam perusahaan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan cara wawancara dengan pejabat dan karyawan yang berwenang, observasi langsung terhadap kegiatan perusahaan dan mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi skripsi untuk diisi oleh pejabat dan karyawan yang berwenang.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemeriksaan operasional dan prosedur atas fungsi penjualan dan piutang telah diterapkan secara efektif dan efisien pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh sudah diterapkan dengan baik. Pengaruh pemeriksaan operasional terhadap fungsi penjualan dan piutang adalah sebesar 68,26%.


(16)

ABSTRACT

World of rapid economic development and increasing competition in the business world require companies to improve management konerja so become more effective and efficient, especially in the activities of sales and accounts receivable. The aim of research conducted at PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh was to assess and evaluate the effectiveness and efficiency of company operations for sales and accounts receivable activities. In addition, this study aims to provide recommendations on the weaknesses that exist within the company.

In writing this essay the author uses two methods of research is literature study and field study. Literature study conducted to obtain data related to the way interviews with officials and authorized employees, direct observation of activities of the company and submit a list of questions relating to the thesis material to be filled by officers and employees authorized.

The results obtained show that the inspection operations and procedures for sales and accounts receivable function has been implemented effectively and efficiently in PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Operational examination of sales and accounts receivable functions on PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh has been implemented well. Effect of operational examination of the function of sales and accounts receivable amounted to 68.26%.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia perekonomian saat ini menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) agar tetap mampu bertahan di tengah persaingan usaha yang semakin ketat. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, ditambah lagi dengan kurangnya tenaga profesional di dalam perusahaan dan perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini. Hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Kegiatan untuk mendapatkan laba perusahaan yang optimal merupakan suatu niat dasar bagi manajer dalam perusahaan untuk menggerakkan semua sumber daya yang ada. Agar tercapainya usaha itu fungsi manajerial seperti planning, organizing, directing dan controlling harus dipadukan agar manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat. Dengan demikian akan tercapai hasil yang diharapkan. Usaha untuk mengelola sumber daya yang dimiliki agar tercapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi merupakan akibat yang logis dari keinginan perusahaaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.


(18)

Semakin berkembangnya perusahaan tentunya diikuti dengan semakin kompleks dan luasnya aktivitas serta permasalahan yang dihadapi sehingga mendorong timbulnya suatu bidang baru dari auditing yaitu pemeriksaan operasional (audit operasional). Pemeriksaan operasional merupakan aktivitas operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Aktivitas pemeriksaan operasional akan bermanfaat banyak bagi perusahaan karena dapat menunjang kelancaran dari pelaksanaan operasi perusahaan terhadap kontinuitas perusahaan di masa yang akan datang. Meskipun demikian, ada beberapa perusahaan yang tidak melakukan pemeriksaan operasional. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kelemahan dari audit operasional seperti waktu, keahlian yang dibutuhkan dan biaya dalam melaksanakan audit operasional.

Penjualan dalam dunia usaha merupakan salah satu faktor terpenting karena merupakan salah satu ukuran kemajuan perusahaan, yang tercermin dari peningkatan penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Terutama penjualan kredit, usaha suatu perusahaan akan bertambah maju karenanya, tetapi dalam penjualan kredit terdapat resiko yang harus dihadapi seperti kurangnya pengembalian piutang tersebut oleh pelanggan atau mungkin saja pengembalian yang tidak tepat waktu. Oleh karena itu, maka setiap perusahaan yang menerapkan penjualan kredit harus menetapkan suatu kebijakan atau standar pengembalian piutang guna menghindari ataupun mengurangi terjadinya resiko tersebut. Dan untuk menguji apakah kebijakan tersebut sudah tepat atau belum, maka perusahaan harus


(19)

melakukan pemeriksaan operasional baik terhadap kebijakannya maupun penjualan.

Objek penelitian ini adalah PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh, di mana pada tahun 2004 wilayah Aceh dilanda tsunami yang mengakibatkan gangguan operasi PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh seperti kerusakan tower, trafo-trafo di gardu bahkan data pelanggan banyak yang hilang/rusak. Kehilangan/kerusakan data pelanggan mengakibatkan terganggunya sistem penagihan di PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh sehingga membutuhkan pemeriksaan operasional yang lebih baik. Keadaan inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti pemeriksaan operasional di PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh di mana pemeriksaan operasionalnya dilakukan oleh auditor internal.

George Agung Bhuvana dalam penelitiannya mengenai penerapan audit operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi produksi pada PT. Graha Cendana menyimpulkan bahwa PT. Graha Cendana tidak mempunyai departemen internal audit.

Unggul Trudeau dalam penelitiannya mengenai peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang (studi kasus pada PT. INTI Bandung) menyimpulkan bahwa audit internal perusahaan telah memadai.

Peneliti lainnya, Talita Ully Situmorang dalam penelitiannya mengenai tinjauan pengendalian internal atas penjualan kredit pada PT. Sumatera Berlian Motors menyimpulkan bahwa prosedur penjualan yang diterbitkan perusahaan sudah cukup baik, namun aktivitas pengendalian internal yang diterapkan


(20)

perusahaan terhadap penjualan kredit dan penagihan piutang masih memiliki beberapa kelemahan.

Inkonsistensi hasil-hasil penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk mereplikasi penelitian terdahulu dan menjadikan pemeriksaan operasional sebagai variabel independen serta fungsi penjualan dan piutang sebagai variabel dependen.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. apakah pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang sudah diterapkan dengan baik pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh? 2. apakah pengaruh pemeriksaan operasional terhadap fungsi penjualan

dan piutang pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui apakah pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang sudah diterapkan dengan baik di perusahaan,


(21)

2. untuk mengetahui besarnya pengaruh pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan dan piutang pada perusahaan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti tetapi juga bagi perusahaan serta peneliti berikutnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan mengenai teori dan praktek yang sesungguhnya mengenai audit operasional.

2. bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada manajemen mengenai pemeriksaan operasional terhadap penjualan dan piutang serta dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

3. bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan penelitian atau karya tulis lainnya yang sejenis.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Audit

a. Pengertian Audit

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:2), “auditing is the accumulation and evaluation of evidence about quantifiable information of an economic entity to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person.”

Pengertian audit mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1)Suatu proses yang sistematis, artinya audit dilakukan tahap demi tahap dan memerlukan suatu perencanaan yang cermat serta pemilihan teknik audit yang tepat.

2)Adanya informasi yang dapat diukur (quantifiable information) dan kriteria tertentu (established criteria) atau seperangkat standar (set of standards). Informasi yang dapat diukur merupakan informasi yang dapat didiversifikasi atau diperiksa kebenarannya. Informasi tersebut merupakan milik kesatuan ekonomi tertentu. Dalam audit dilakukan penilaian terhadap tingkat kesesuaian suatu informasi atau asersi dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan.


(23)

3)Adanya bukti-bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atau keterangan yang digunakan oleh pemeriksa untuk menilai tingkat kesesuaian suatu informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam setiap audit, pemeriksa harus mengumpulkan bukti-bukti audit yang cukup dan kompeten, dan mengevaluasi bukti –bukti tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 4)Audit harus dilakukan oleh seseorang yang berpengetahuan

cukup untuk dapat mengerti kriteria yang ditetapkan dan cukup kompeten untuk menentukan jenis dan jumlah dari bukti-bukti yang diperlukan agar ia dapat menarik kesimpulan yang tepat. Seorang auditor juga harus bersikap independen, artinya tidak memihak.

5)Komunikasi hasil penemuan audit kepada para pemakai laporan audit, sehingga dapat menyampaikan tingkat kesesuaian antara apa yang telah diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan kepada pemakainya.

b. Jenis-Jenis Audit

Auditing dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan diadakannya audit tersebut.

Arens dan Loebbecke (1997:4) menyatakan ada tiga jenis audit, yaitu audit operasional, audit ketaatan dan audit laporan keuangan.


(24)

1)Audit operasional (operational audit)

Audit operasional yaitu melihat kembali prosedur dan metode yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Tujuannya untuk memberi rekomendasi kepada manajemen dalam memperbaiki operasi perusahaan.

2)Audit ketaatan (compliance audit)

Audit ketaatan yaitu auditor menentukan apakah perusahaan sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang ada.

3)Audit laporan keuangan (audit of financial statement)

Audit laporan keuangan lebih mengarah pada laporan keuangan secara keseluruhan dan kualitas informasi yang dihasilkan.

c. Prosedur Audit

Adapun prosedur audit yang akan dilakukan secara umum adalah sebagai berikut :

1) mengumpulkan informasi-informasi mengenai sistem pengendalian manajemen yang ada di perusahaan,

2) melakukan tanya jawab baik secara langsung maupun dengan memberikan kuisioner pada para karyawan di perusahaan,

3) memeriksa otorisasi dari setiap dokumen, 4) membuat laporan audit operasional, 5) memberikan rekomendasi.

2. Audit Operasional

a. Pengertian Audit Operasional

Definisi audit operasional menurut Arens dan Loebbecke (1997:4), “An operational audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness.”


(25)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah :

1) merupakan suatu proses penelaahan yang sistematis atas aktivitas, metode, dan prosedur pengolahan suatu badan usaha, 2) mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari aktivitas, metode,

dan prosedur pengolahan yang dilakukan oleh suatu badan usaha,

3) melaporkan hasil evaluasi kepada pihak yang berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan dan perbaikan kepada pihak manajemen.

b. Komponen Audit Operasional

Audit manajemen dilaksanakan untuk meningkatkan ekonomisasi, efisiensi, pengelolaan sumber daya, serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Audit manajemen juga diarahkan untuk menilai secara keseluruhan pengelolaan objek audit, baik fungsi manajerial maupun fungsi bisnis perusahaan yang secara keseluruhan ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil dari penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha.

Komponen audit operasional umumnya berkaitan dengan penilaian efisiensi serta efektivitas dari aktivitas, metode, dan prosedur yang


(26)

dilakukan oleh suatu badan usaha. Ada empat komponen audit menurut Reider dan Harry R. (1994:114) yaitu keuangan, ketaatan, ekonomi dan efisiensi, serta efektivitas.

1) Keuangan

Fokus utama komponen ini adalah ketepatan akuntansi dan prosedur pencatatan yang memadai.

2) Ketaatan

Ketaatan adalah pemenuhan mengenai ketaatan hukum yang dapat dipakai dan peraturan-peraturan, kebijakan serta prosedur internal.

3) Ekonomi dan efisiensi

Komponen ini mengenai pencapaian keseimbangan optimum antara biaya dan hasil. Di mana auditor mengevaluasi antara biaya minimal dan produktivitas maksimal.

4) Efektivitas

Komponen ini mengenai hasil-hasil dan prestasi yang dicapai dan keuntungan yang didapatkan. Dalam mengevaluasi efektivitas dari kegiatan operasi, auditor menanyakan apakah aktivitas mencapai tujuan akhir analisa adalah kualitatif daripada kuantitatif.

c. Jenis-Jenis Audit Operasional

Audit operasional dikelompokkan menjadi tiga jenis sesuai dengan keragaman departemen dan ruang lingkup, yaitu :

1) Internal audit. Audit operasional ini dapat dilakukan oleh perusahaan atau departemen yang bersangkutan dengan sistem-sistem prosedur-prosedur atau fasilitas-fasilitas. Auditor yang mengerjakan dapat dari perusahaan mereka sendiri (internal auditor). Internal audit merupakan teknik dimana manajemen dapat merasakan masalah mereka sendiri dan menilai kinerja organisasi kebutuhan titik kekuatan dan kelemahannya.


(27)

2) External audit. Audit operasional ini dilakukan oleh perusahaan terhadap pemasok mereka atau sub pemasok. Auditor dapat dari auditor internal maupun auditor eksternal. Audit operasional dikerjakan untuk menilai status kontrak atau perjanjian yang dibuat perusahaan pemasok atau sub pemasok untuk menentukan keadaan perusahaan atas barang yang akan diterima sesuai dengan yang dibayarkannya.

3) Extrinsic Audit. Audit operasional ini dilakukan oleh pelanggan atau badan-badan yang berkaitan dengan peraturan atau suatu agen inspeksi. Audit ini meliputi pelanggan dari perusahaan-perusahaan pemasok dan sub pemasok.

Sedangkan menurut Arens dan Loebbecke (1994:756), jenis audit operasional dibagi menjadi tiga kategori, yaitu fungsional, organisasional, dan penugasan khusus.

1) Fungsional

Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor, sehingga auditor dapat lebih efisiensi memakai seluruh waktu mereka untuk memeriksa sesuai bidangnya. Kelemahan dari audit ini adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.

2) Organisasional

Rencana organisasi dan metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini.

3) Penugasan Khusus

Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Contohnya penyelidikan memungkinkan fraud dalam suatu divisi dan membuat suatu rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.


(28)

d. Tujuan Audit Operasional

Tujuan utama audit operasional adalah mengevaluasi efektivitas dan efisiensi organisasi, namun audit operasional juga dapat menjangkau aspek yang ketiga, yaitu ekonomisasi. Evaluasi ekonomi adalah pemeriksaan atas biaya dan manfaat dari suatu kebijakan atau prosedur. Dalam konteks audit operasional, evaluasi ekonomi merupakan pertimbangan jangka panjang tentang apakah manfaat kebijakan atau prosedur lebih besar daripada biayanya. Menurut Sukrisno (1996:173), tujuan audit operasional adalah sebagai berikut :

1) untuk menilai kinerja dari manajemen dan berbagai fungsi dalam badan usaha,

2) untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, dan harta lainnya) yang dimiliki oleh badan usaha telah digunakan secara efisien dan ekonomis,

3) untuk menilai efektivitas badan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,

4) untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian internal, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional badan usaha, dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi badan usaha.

Menurut Reider dan Harry R. (1994:16), tujuan audit operasional dibagi menjadi dua, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Adapun tujuan khusus audit operasional adalah sebagai berikut :

1) to review and evaluate the adequacy of the accounting system and related internal accounting controls (including both accounting and administrative controls),

2) to analyze system and controls as related to internal control, functional operating, and legal compliance,

3) to analyze the capability to accomplish agreed upon stated goals, objective, and results in management:approved plan,


(29)

4) to compare actual accomplishment or result with the goal established in management plan for the period and to determine reasons that established goal were not tneet,

5) to analyze and explain cost overturns of high unit cost for each function/activity for with such data can be quantified.

Sedangkan tujuan umum audit operasional menurut Reider dan Harry R. (1994:84) adalah sebagai berikut :

1) to asses performance as compared with appropriate measurement criteria,

2) to identify operations for improvement for economy, efficiency, and effectiveness standpoint,

3) to develop recommendations for improvement or further action. Berdasarkan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan audit operasional mengandung beberapa aspek yaitu menganalisis sistem, membandingkan dan menentukan kinerja, mengidentifikasi operasi serta mengembangkan rekomendasi. Dengan diadakannya pemeriksaan operasional secara teratur diharapkan badan usaha dapat segera mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan segera melakukan perbaikan.

e. Manfaat Audit Operasional

Manfaat audit operasional adalah untuk menemukan berbagai permasalahan dan penyebabnya, menurunkan biaya dan meningkatkan pendapatan, kebijakan dan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga mengevaluasi dan menilai struktur pengendalian internal perusahaan.

Menurut Widjayanto (1992:15), manfaat yang diperoleh dari audit operasional adalah sebagai berikut :


(30)

1) identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya tidak jelas,

2) identifikasi kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen,

3) evaluasi yang independen dan objektif atas suatu kegiatan tertentu,

4) penetapan apakah organisasi sudah memenuhi prosedur, peraturan, kebijaksanaan, serta tujuan yang telah ditetapkan, 5) penetapan efisiensi dan efektivitas sistem pengendalian

manajemen,

6) penetapan tingkat keandalan laba (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai laporan manajemen,

7) identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya,

8) identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya untuk hambatan dalam organisasi.

f. Ruang Lingkup dan Sasaran Audit Operasional

Ruang lingkup pemeriksaan operasional meliputi semua aspek kegiatan manajemen. Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (1993:7), ruang lingkup itu dapat mencakup seluruh kegiatan/program atau hanya mencakup bagian/elemen/dimensi tertentu dari suatu bagian kegiatan atau program. Cakupan periode yang diperiksa juga bervariasi mungkin seminggu, beberapa bulan, setahun atau bahkan beberapa tahun tergantung pada masalah yang diidentifikasi memerlukan perbaikan.

Sasaran pemeriksaan operasional adalah kegiatan, aktivitas, program atau bidang-bidang organisasi yang diketahui dan diidentifikasi memerlukan perbaikan/peningkatan dalam segi kehematan, efisiensi dan efektivitasnya. Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


(31)

(1993:7), sasaran pemeriksaan operasional harus selalu mempunyai 3 unsur pokok, yaitu :

1)kriteria yang jelas berupa standar /ukuran, ketentuan yang harus diikut i/ditaati,

2)penyebab dari suatu tindakan atau kegiatan yang tidak sesuai dengan criteria,

3)akibat dari suatu tindakan, atau kegiatan menyimpang dari kriteria yang dapat diukur/dinilai dengan uang atau akan menyebabkan tidak tercapainya sasaran dan tujun yang harus dicapai.

g. Tahap-Tahap Audit Operasional

Struktur umum dari audit operasional adalah proses lima tahap, yaitu :

1) Pengenalan

Sebelum memulai suatu audit operasional, auditor terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang diaudit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi dan pengendalian kegiatan atau fungsi yang sedang diaudit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan.

2) Survei

Selama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal sebagai survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang diaudit.


(32)

3) Pengembangan Program

Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang yang dianggap penting dari hasil survei pendahuluan. Auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personil yang sesuai, menentukan keterlibatan personil lainnya dalam penugasan, serta menelaah kertas kerja audit.

4) Pelaksanaan Audit

Pelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional. Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam program audit untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. Selama melakukan pekerjaan lapangan, auditor harus menyelesaikan setiap langkah audit yang spesifik dan mencapai tujuan audit secara keseluruhan untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi.

5) Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsure utama, yaitu (1) tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta (2) temuan-temuan khusus dan rekomendasi.


(33)

Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (1993:8), tahap-tahap audit operasional adalah persiapan pemeriksaan, pengujian pengendalian manajemen, pemeriksaan lanjutan, dan pelaporan.

1) Persiapan Pemeriksaan

Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi yang telah diperoleh guna mengidentifikasikan hal-hal yang potensial mengandung titik kelemahan. Tahap ini juga merupakan tahap perencanaan.

2) Pengujian Pengendalian Manajemen

Tahap ini bertujuan untuk menemukan masalah yang ada dan melihat/mengumpulkan bukti

3) Pemeriksaan Lanjutan

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan bukti yang cukup, guna mendukung audit objective yang telah diperoleh pada tahap pengujian dan pengkajian ulang sistem pengendalian manajemen.

4) Pelaporan

Tahap ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil pemeriksaan termasuk rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan guna meyakinkan pihak manajemen tentang nilai, arti penting dan keabsahan hasil pemeriksaan serta mendorong pihak manajemen atau pejabat yang berwenang untuk melakukan perbaikan.

3. Perbedaan Audit Keuangan dengan Audit Operasional

Sebelum mengadakan audit operasional, hendaknya kita mengetahui perbedaan antara audit operasional dengan audit keuangan biasa. Audit keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham dan kantor pelayanan pajak. Sedangkan audit operasional adalah penelaahan secara sistematik aktivitas operasi


(34)

organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang objektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:791) ada tiga perbedaan antara audit keuangan dan audit operasional.

Perbedaan pertama terletak pada audit keuangan berorientasi pada masa lalu dan lebih menekankan pada apakah informasi historis dicatat dengan benar. Sedangkan audit operasional berorientasi pada kinerja operasi masa mendatang dan lebih menekankan pada efisiensi dan efektivitas.

Perbedaan yang kedua adalah dalam hal distribusi laporan. Laporan yang diterbitkan sebagai hasil dari audit keuangan ditujukan kepada banyak pemakai laporan keuangan dan didistribusikan secara detail, sehingga kata-kata yang digunakan dalam laporan tersebut harus tepat. Sedangkan laporan audit operasional sangat berbeda dari satu audit ke audit lainnya karena keterbatasan distribusi laporan operasional dan beragamnya sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas.

Perbedaan yang ketiga adalah mengenai keterlibatan bidang bukan keuangan. Audit operasional mencakup banyak aspek efisiensi dan efektivitas dalam sebuah badan usaha. Oleh karenanya banyak melibatkan berbagai aktivitas yang khas. Audit keuangan dibatasi hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.

4. Penjualan dan Penagihan Piutang

a. Definisi Penjualan dan Penagihan Piutang

Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil dilihat dari kemampuannya dalam memperoleh laba. Dengan laba yang diperoleh, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta dapat mengembangkan dan memperluas bidang usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar volume penjualan, semakin besar pula laba yang akan diperoleh


(35)

perusahaan. Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan dalam penjualan yaitu mencapai volume penjualan, mendapatkan laba tertentu, dan menunjukkan pertumbuhan perusahaan.

Definisi penjualan menurut Arens dan Loebeckke (2000:398), “The sales and collection involve the decition and process necessary for the transfer of the ownership of goods and service to customer and end with the conversation of material service into an account receivable and ultimately into cash.”

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dinyatakan bahwa penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan. Definisi piutang menurut Kieso dan Wygrandt (2002:325), “Receivables are claims held against customers and others for money, good or service. Those receivables expected to be collected within a year or during the current operation cycle, whichever is longer, are classified as current receivables. All other receivables are classified as non current.”

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yaitu badan usaha atau seseorang yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak.


(36)

b. Arti Penting Penjualan dan Penagihan Piutang

Penjualan merupakan sumber penghasilan utama perusahaan. Secara sederhana, penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak milik atas barang dan jasa dari pihak penjual ke pihak pembeli. Pada umumnya, penjualan dilakukan secara tunai dan kredit. Dalam penjualan tunai, pihak pembeli langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahkan penjual dan menjadi haknya. Sebaliknya, dalam penjualan kredit, pihak pembeli tidak langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahkan penjual dan menjadi haknya. Akibatnya timbul piutang.

Piutang merupakan kewajiban pihak pembeli terhadap penjual. Piutang usaha merupakan piutang yang terjadi akibat transaksi penjualan atas barang atau jasa dalam kegiatan normal. Piutang di luar usaha merupakan piutang yang tidak terjadi karena penjualan barang atau jasa. Misalnya, piutang yang timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, klaim asuransi, retitusi pajak, royalti, dan lain-lain. Piutang dalam hubungan istimewa merupakan piutang yang timbul akibat adanya hubungan istimewa perusahaan dengan pihak terutang.

Sebagian besar perusahaan, melakukan penjualannya secara kredit sehingga semakin besar nilai penjualannya maka semakin besar pula nilai piutangnya. Dengan demikian, sebagian besar aktiva perusahaan dalam bentuk piutang, artinya penjualan dan penagihan piutang merupakan salah satu faktor utama penentu kelangsungan hidup perusahaan. Penagihan


(37)

piutang yang terkendali, akan membawa dampak positif bagi perkembangan perusahaan.

c. Penjualan dan Penagihan Piutang

Penjualan dan penagihan piutang merupakan salah satu akun penting dalam perusahaan. Melalui akun ini, perusahaan mendapat pendapatan (revenue) sebagai penentu profit perusahaan dan menjamin berlangsungnya aktivitas perusahaan.

Akun penjualan dan penagihan piutang meliputi keputusan dan proses yang diperlukan dalam pengalihan hak kepemilikan barang dan jasa yang siap dijual kepada pelanggan. Akun ini dimulai dari penerimaan order pesanan pelanggan dan berakhir dengan penerimaan uang kas perusahaan.

Fungsi-fungsi dalam akun penjualan dan penagihan piutang adalah sebagai berikut :

1) Pemrosesan pesanan pelanggan

Permintaan barang dan jasa dari pelanggan merupakan titik awal dari semua akun penjualan dan penagihan piutang, yang merupakan penawaran resmi pelanggan terhadap pembelian sejumlah barang dan jasa berdasarkan syarat tertentu.

Dokumen yang dipergunakan meliputi :

a) Customer order, merupakan permintaan barang dan jasa dari pelanggan, yang dapat diterima melalui surat, telepon, formulir


(38)

tercetak yang dikirimkan kepada calon pelanggan yang ada, salesman, ataupun cara lainnya.

b) Sales order, merupakan dokumen yang berisi deskripsi, jumlah dan informasi berkaitan dengan barang dan jasa pesanan pelanggan. Dokumen ini digunakan sebagai bukti persetujuan kredit dan pengiriman barang.

2) Pemberian persetujuan kredit

Sebelum pengiriman barang pihak berwenang harus menyetujui kredit bagi pelanggan yang membeli secara kredit. Bila pengendalian terhadap fungsi ini lemah maka akan menyebabkan besarnya piutang tak tertagih. Bagi sebagian besar perusahaan, penjualan kredit menunjukkan persetujuan untuk mengirimkan barang dan jasa.

3) Pengiriman barang

Merupakan fungsi kritis, karena merupakan titik awal dalam siklus penyerahan aktiva perusahaan. Dokumen yang digunakan adalah shipping document, yang merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk melakukan otorisasi pengiriman barang, mencatat deskripsi barang yang dikirim dan data lain yang relevan. Dokumen ini juga digunakan sebagai tagihan kepada pelanggan. Salah satu jenis dokumen ini adalah bill of landing, yang merupakan kontrak tertulis antara perusahaan pengangkutan barang dengan penjual atas penerimaan dan pengiriman barang.


(39)

4) Penagihan kepada pelanggan

Penagihan kepada pelanggan, lebih dikenal dengan istilah billing, yang menyatakan bahwa semua pengiriman yang terjadi telah dibuat penagihnya, tidak ada pengiriman yang tidak ditagih lebih dari sekali dan setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang benar. Artinya, membebankan pelanggan atas sejumlah barang dan jasa yang dikirim sesuai dengan harga yang telah diotorisasi.

Sistem billing meliputi : pembuatan faktur penjualan, diikuti dengan pembaharuan buku besar, dengan terjadinya penjualan dan penagihan piutang.

a) Faktur penjualan, merupakan dokumen yang berisi deskripsi sejumlah barang dan jasa yang dijual, termasuk ongkos angkut, asuransi, jangka waktu pembayaran dan data relevan lainnya. b) Jurnal penjualan, merupakan jurnal yang mencatat transaksi

penjualan.

c) Laporan ikhtisar penjualan, merupakan dokumen yang merangkum penjualan selama satu periode.

d) Berkas induk piutang usaha, merupakan catatan atau file yang berisi penjualan, penerimaan kas, retur untuk pelanggan dan saldo piutang setiap pelanggan.

e) Neraca saldo piutang usaha, merupakan daftar jumlah piutang untuk setiap pelanggan dan tanggal transaksi setiap penjualan, pembayaran kas yang diterima (pembayaran tunai), nota kredit


(40)

yang diterbitkan dan saldo akhir. Dokumen ini dikirimkan ke setiap pelanggan.

5) Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas

Fungsi ini meliputi penerimaan, penyetoran dan pencatatan penerimaan kas. Hal penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya pencurian yang dapat terjadi sebelum dan sesudah pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang kas ke bank dalam jumlah yang benar dan waktu yang tepat. Semua uang kas yang disetor ke bank, dicatat dalam berkas transaksi penerimaan kas yang digunakan untuk pencatatan jurnal penerimaan kas dan memperbaharui buku besar.

Dokumen yang digunakan :

a) Remittance advice, merupakan dokumen yang menyertai faktur penjualan yang dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual beserta pembayaran tunai. Dokumen ini berisi nama pelanggan, nomor faktur pelanggan dan jumlah faktur pada saat penerimaan pembayaran.

b) Prelisting of cash receipt, merupakan daftar yang dipersiapkan oleh pihak independen, yaitu pihak yang tidak mempunyai akses terhadap kas tidak bertanggung jawab atas pencatatan penjualan dan piutang ketika kas diterima. Dokumen ini digunakan untuk memverifikasi apakah kas yang diterima telah dicatat dan disetorkan dengan jumlah dan pada waktu yang tepat.


(41)

c) Cash receipt journal, merupakan jurnal untuk mencatat penerimaan kas hasil penagihan penjualan tunai dan penerimaan kas lainnya.

6) Pemrosesan dan pencatatan pengembalian dan potongan penjualan Jika pelanggan tidak puas terhadap barang yang diterima, biasanya penjual bersedia menerima pengembalian barang tersebut atau memberikan potongan harga. Pada umumnya, perusahaan mempersiapkan laporan penerimaan barang yang dikembalikan dan pengembalian barang tersebut ke gudang.

Dokumen yang digunakan :

a) Credit memo, merupakan dokumen yang menunjukkan pengurangan jumlah tagihan kepada pelanggan yang disebabkan oleh adanya barang yang dikembalikan atau potongan penjualan. b) Sales return and allowance journal, merupakan jurnal untuk

mencatat pengembalian barang dan potongan penjualan. 7) Penghapusan piutang tak tertagih

Jika piutang tak dapat ditagih karena diperkirakan debitur pailit, maka jumlah piutang tersebut harus dihapuskan. Praktek akuntansi yang tepat menghendaki penyesuaian piutang tak tertagih. Dokumen yang digunakan adalah uncollectable account authorization form yaitu dokumen yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan kewenangan dan mengotorisasi penghapusan piutang tak tertagih.


(42)

8) Penentuan cadangan kerugian piutang

Penentuan cadangan kerugian piutang, harus mencakup jumlah yang memadai untuk jumlah penjualan periode berjalan yang menurut perusahaan tidak dapat tertagih di masa yang akan datang. Penentuan cadangan kerugian piutang ini melalui metode penyisihan yakni penentuan suatu perkiraan akhir tahun atas saldo piutang yang tidak dapat ditagih, yang dapat menggunakan dasar penjualan bersih atau saldo piutang.

B. Tinjauan Penelitan Terdahulu

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Hasil

1. George Agung Bhuvana (2001)

Penerapan Audit Operasional untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Fungsi Produksi pada PT. Graha Cendana

Tidak adanya departemen internal audit sehingga tidak diketahui penyebab terjadinya hambatan dalam fungsi produksi 2. Unggul

Trudeau (2007)

Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang (Studi Kasus pada PT. INTI Bandung)

Audit internal perusahaan telah memadai sehingga berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang

3. Talita Ully Situmorang (2009)

Tinjauan Pengendalian Internal atas Penjualan Kredit

pada PT. Sumatera Berlian Motors

Aktivitas pengendalian internal yang diterapkan perusahaan terhadap penjualan kredit dan penagihan piutang masih memiliki kelemahan dan tidak


(43)

menerapkan aktivitas pemantauan terhadap efektivitas

pengendalian intern Sumber : Diolah Penulis, 2010

Bhuvana dalam penelitiannya di Universitas Petra Christian pada tahun 2001 yang berjudul “Penerapan Audit Operasional untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Fungsi Produksi pada PT. Graha Cendana” menemukan bahwa PT. Graha Cendana tidak mempunyai departemen internal audit untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap setiap aspek yang terjadi pada proses bisnis sehingga tidak mengetahui penyebab terjadinya hambatan-hambatan dalam fungsi produksi yang akhirnya menyebabkan keterlambatan pengiriman barang pesanan ke pelanggan. Penyebab terjadinya hambatan-hambatan dalam fungsi produksi dapat dipecahkan dengan melakukan cara pemeriksaan operasional, sehingga dapat dicari alternatif perbaikan terhadap fungsi produksi badan usaha ini.

Trudeau dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang (Studi Kasus pada PT. INTI Bandung)” tahun 2007 menyimpulkan bahwa audit internal perusahaan telah memadai sehingga berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang. Adapun saran yang disampaikan penulis yaitu mengenai syarat audit internal, pelaksanaan pelatihan bagi auditor internal dan jumlah auditor yang efektif dalam melakukan audit, agar dapat dijadikan bahan pertimbangan guna meningkatkan kinerja perusahaan.


(44)

Fungsi Penjualan dan Piutang

(Y)

Situmorang dalam penelitiannya di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 yang berjudul “Tinjauan Pengendalian Internal atas Penjualan Kredit pada PT. Sumatera Berlian Motors” menyimpulkan bahwa prosedur penjualan yang diterbitkan perusahaan sudah cukup baik, namun aktivitas pengendalian internal yang diterapkan perusahaan terhadap penjualan kredit dan penagihan piutang masih memiliki beberapa kelemahan. Selain itu, perusahaan tidak menaksir resiko yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan secara wajar dan tidak menerapkan aktivitas pemantauan terhadap efektivitas pengendalian intern.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan antara suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual seperti pada gambar 2.1.

H1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pemeriksaan

Operasional (X)


(45)

Keterangan :

Variabel Bebas

• (X) : Pemeriksaan Operasional

Variabel Terikat

• (Y) : Fungsi Penjualan dan Piutang

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena, dengan demikian, hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menurut Erlina (2007:41), “Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : variabel pemeriksaan operasional secara simultan berpengaruh terhadap fungsi penjualan dan piutang di PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang menguraikan tentang sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian pada saat penelitian dilakukan yang didasarkan pada landasan teoritis dengan rancangan studi kasus yang ruang lingkupnya dibatasi pada audit operasional atas fungsi penjualan dan piutang usaha.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data yang bersifat kualitatif, yang bersumber dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diambil secara langsung ke lapangan atau objek penelitian berupa hasil wawancara yang merupakan tanya jawab langsung maupun diskusi dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh yang kemudian diolah lebih lanjut oleh penulis.

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder ini dimaksudkan untuk memperoleh dan menyusun landasan teoritis guna menganalisa dan mengevaluasi hasil penelitian lapangan.


(47)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik wawancara.

1. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pengawasan operasional atas fungsi penjualan dan piutang

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dan berkompeten pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh.

3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dokumentasi atau mengadakan catatan yang ada pada perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Dalam melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode di mana data yang dikumpulkan, disusun dan diimplementasikan sehingga memberikan keterangan atau penjelasan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.

E. Responden

Data yang penulis kumpulkan berasal dari responden yang merupakan karyawan dan staff PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Responden tersebut adalah karyawan bagian akuntansi, audit internal perusahaan dan operation manager.


(48)

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh yang beralamat di Jalan Tgk. H. Daud Beureu’eh No. 172 Lampriet Banda Aceh.

Jadwal penelitian yang direncanakan sebagai berikut: Tabel 3.1

Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

Mar’10 Apr’10 Mei’10 Jun’10 Jul’10 Agt’10 Sept’10 Okt’10 Pemilihan

Judul dan Penyelesaian

proposal

Pengajuan dan Persetujuan

Proposal

Bimbingan Proposal

Seminar

Proposal

Pengumpulan

dan Pengolahan

Data

Bimbingan dan Penulisan

Penyelesaian

Skripsi


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Perusahaan

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja.

Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.


(50)

Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

2. Tentang PLN (Persero) Wilayah Aceh

PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh merupakan salah satu kantor wilayah PT. PLN (Persero) di daerah paling ujung bagian barat Pulau Sumatera yang membawahi 6 unit kantor cabang dan 30 unit kantor ranting di seluruh daerah dalam Propinsi NAD. Enam kantor cabang yang berada di bawah PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh, yaitu kantor cabang Banda Aceh, cabang Sigli, cabang Lhokseumawe, cabang Langsa, cabang Meulaboh dan kantor cabang Subulussalam.

Jumlah pelanggan PT. PLN Wilayah Aceh secara keseluruhan 726.001 pelanggan dengan jumlah kWh yang terjual 839.232.572 kWh. Beban puncak pemakaian energi listrik di seluruh wilayah NAD saat ini mencapai 204,5 MW. Dari beban puncak tersebut yang dibangkitkan oleh mesin pembangkit PLN Wilayah Aceh adalah 58,2 MW, sisanya dipasok


(51)

melalui sistem transmisi 150 KV dari PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara khususnya untuk daerah pesisir timur Aceh. Sedangkan pesisir barat masih merupakan sistem kelistrikan yang isolated.

Pada dasawarsa sebelum tahun 2000, PT. PLN Wilayah Aceh beroperasi pada kondisi layaknya satu perusahaan yang tumbuh kembang, walaupun secara nasional di penghujung tahun 1998 kita mulai dilanda krisis ekonomi dan belum memberi nilai positif dalam pemulihannya hingga sekarang.

Tahun terus berjalan sebagaimana bumi juga berputar, namun Bumi Serambi Mekah yang di dalamnya PT. PLN Wilayah Aceh mengalami suatu kondisi yang sangat menguras tenaga dan pikiran bagi kami selaku insan yang telah mengabdikan diri di PLN, karena banyak hal terjadi di sana yaitu konflik horizontal dan terjadinya gempa yang disusul pula oleh gelombang Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.

Pada saat konflik melanda Aceh, dalam kondisi yang sangat tidak kondusif itu, PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh terus berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pelanggan. Apalagi dalam masa konflik Aceh ini PT. PLN Wilayah Aceh tidak sedikit mengalami gangguan sarana dan prasarana yang dimiliki, baik penumbangan tower, maupun pengrusakan jaringan lainnya, yang semua itu mengakibatkan tidak sedikit kerugian yang dialami oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh.

Dalam masa pasca tsunami seiring dengan suasana perdamaian Aceh sekarang ini, kondisi pelayanan sumber energi listrik di wilayah NAD terus


(52)

membaik. Meskipun kondisi penyuplaian dari Belawan Sumatera Utara masih mengalami gangguan akibat rusaknya beberapa unit di PLTU Belawan yang membuat kebutuhan listrik di Aceh kadang harus digilirkan pada kondisi tertentu, terutama di wilayah Pantai Timur hingga ke Banda Aceh. Untuk memperkecil pemadaman PLN (Persero) Wilayah Aceh harus mengoperasikan beberapa PLTD, seperti PLTD Cot Trueng Lhokseumawe, PLTD Pulo Pisang Sigli dan PLTD Sektor Lueng Bata Banda Aceh.

a. Profil Perusahaan

PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh

Jl. Tgk. H. Daud Beureu’eh No. 172, Lampriet Banda Aceh – Kode Pos : 23124

Telp. (0651) 22188 Fax. (061) 21516 email

b. Kantor Cabang Perusahaan

1) PT. PLN (Persero) Cabang Banda Aceh

Jl. Tentara Pelajar No. 11, Merduati Banda Aceh – Kode Pos : 23247

Telp. (0651) 23569 Fax. (0651) 22225 email

2) PT. PLN (Persero) Cabang Lhokseumawe

Jl. Merdeka No. 2, Cunda Lhokseumawe – Kode Pos : 24351 Telp. (0645) 47862-47863-47866 Fax. (0645) 42970 email


(53)

3) PT. PLN (Persero) Cabang Langsa

Jl. Jend. Ahmad Yani No. 6 Langsa – Kode Pos : 24416 Telp. (0641) 21195-21288-21637 Fax. (0641) 21721 email : pln_lsa@pln.co.id

4) PT. PLN (Persero) Cabang Meulaboh

Jl. Swadaya No. 30 Meulaboh – Kode Pos : -

Telp. (0655) 700621 – 7006068 Fax. (0655) 22345 email :

5) PT. PLN (Persero) Cabang Subulussalam Jl. T. Umar Subulussalam – Kode Pos : - Telp. (0627) 31786 Fax. (0627) 31775 email

6) PT. PLN (Persero) Cabang Sigli

Jl. Tgk. Cik Ditiro No. 3 Sigli – Kode Pos : - Telp. (0653) 22232-21014 Fax. (0653) 22232 email

3. Visi, Misi dan Motto a. Visi Perusahaan

Visi perusahaan adalah diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.


(54)

b. Misi Perusahaan

Misi perusahaan antara lain :

1) menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham,

2) menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

3) mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi,

4) menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

c. Tujuan Perusahaan

Motto perusahaan adalah sahabat setia untuk kemajuan.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Pengujian Instrumen a. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuisioner. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika pertanyaan tersebut mampu mengungkapkan apa saja yang hendak diukurnya.

Pengujian ini dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh. Terdapat 57 item pernyataan, di mana seluruh item pernyataan dinyatakan


(55)

valid dengan syarat r hitung > r tabel (N = 10;0,05) = 0,632. Rincian pengujian validitas daat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Uji Validitas Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

x1 213.1000 2952.100 .884

x2 213.3000 2957.567 .817

x3 213.2000 2963.067 .792

x4 213.1000 2978.100 .811

x5 213.0000 2949.333 .874

x6 213.1000 2986.989 .742

x7 213.2000 2963.289 .902

x8 213.0000 2949.333 .874

x9 213.2000 2969.956 .924

x10 213.4000 2998.933 .663 x11 213.2000 2963.511 .901 x12 213.1000 2942.767 .810 x13 213.0000 2974.667 .870 x14 213.6000 2980.044 .704 x15 213.3000 2973.789 .958 x16 213.0000 2980.444 .823 x17 213.1000 3001.878 .759 x18 213.1000 2972.989 .928 x19 213.1000 2979.656 .871 x20 213.1000 2974.989 .911 x21 213.0000 2975.111 .866 x22 213.2000 2991.956 .819 x23 213.0000 2957.556 .932

y1 213.2000 2969.067 .931

y2 213.0000 2947.556 .886

y3 213.4000 2966.711 .919

y4 213.0000 2967.778 .926

y5 213.3000 2973.122 .879

y6 213.2000 2946.844 .810

y7 213.4000 2991.378 .669


(56)

y9 213.4000 2984.489 .720 y10 213.1000 2986.989 .809 y11 213.4000 2975.822 .926 y12 213.6000 2989.156 .810 y13 213.0000 2974.444 .805 y14 213.2000 3003.511 .806 y15 213.0000 3004.000 .781 y16 213.7000 2989.344 .748 y17 213.3000 2971.789 .975 y18 213.4000 2989.822 .897 y19 213.5000 2991.833 .873 y20 213.2000 3005.067 .701 y21 213.4000 2970.489 .823 y22 213.2000 2987.956 .715 y23 213.1000 2970.989 .867 y24 213.2000 3009.956 .658 y25 213.1000 2978.322 .810 y26 213.2000 2983.511 .655 y27 213.1000 2984.100 .710 y28 213.2000 2963.289 .902 y29 213.0000 3011.111 .711 y30 213.4000 3021.156 .687 y31 213.0000 2983.333 .649 y32 213.5000 2985.167 .712 y33 212.8000 3004.400 .797 y34 213.3000 3008.011 .737

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan terbukti valid. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan korelasinya diatas r tabel sebesar 0,632 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya.


(57)

Tabel 4.1 menunjukkan tingkat validitas dari instrumen yang digunakan cukup bagus. Nilai r semua item pernyataan di atas lebih besar dari 0,632 sehingga seluruh item pernyataan atau sebesar 57 item pernyataan dinyatakan valid.

b. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilaukan setelah pengujian validitas. Berdasarkan hasil pengujian terdapat 57 pernyataan yang valid, pernyataan tersebut yang dapat diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua di mana pernyataan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu belahan I (ganjil) dan belahan II (genap).

Skor untuk setiap item pernyataan tersebut dijumlahkan sehingga akan diperoleh skor RR dan apabila skor RR telah diperoleh untuk data ganjil dan data genap, maka korelasi antara item pernyataan ganjil dan pernyataan genap dapat dicari.

Tabel 4.2

Data Perhitungan Korelasi

Responden Ganjil Genap X2 Y2 XY

1 116 110 13456 12100 12760

2 133 127 17689 16129 16891

3 119 113 14161 12769 13447

4 116 114 13456 12996 13224

5 119 117 14161 13689 13923

6 120 115 14400 13225 13800

7 130 121 16900 14641 15730

8 122 118 14884 13924 14396

9 35 32 1225 1024 1120

10 94 99 8836 9801 9306

Jumlah 129168 120298 124597


(58)

Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang rumusnya :

rxy = ∑ xy

x2)(∑ y2) di mana :

rxy = Korelasi antara skor item ganjil dan skor item genap X = Skor RR setiap responden untuk data ganjil

Y = Skor RR setiap responden untuk data genap Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.2, maka diperoleh :

rxy = 124597

129168)( 120298) rxy = 0,9995

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh koefisien korelasi antara skor kelompok ganjil dan skor kelompok genap sebesar 0,999. Selanjutnya untuk menguji reliabilitas intrumen digunakan rumus Spearman Brown :

ri = 2.rb 1 + rb ri = 2 x 0,9995 1 + 0,9995 ri = 0,9997 di mana :

ri = Reliabilitas seluruh instrumen

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan di atas adalah sebesar 0,9997. Jadi, instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebesar 99,97 %.


(59)

2. Analisis Data Kualitatif Hasil Mengenai Pemeriksaan Operasional a. Kualifikasi

Tabel 4.3

Pernyataan Responden untuk Indikator Independensi

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 1. Auditor internal secara

langsung bertanggung jawab kepada general manager

4 40 4 40 1 10 1 10

2. Auditor internal cukup memperoleh

kemudahan dalam hal pemeriksaan fasilitas dan catatan dari bagian yang diperiksa

4 40 2 20 2 20 1 10 1 10

3. Status organisasi yang diberikan kepada auditor internal dapat menunjang

independensi dalam mengaudit

4 40 3 30 1 10 1 10 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 40% responden sangat setuju, 40% responden setuju, 10% responden tidak setuju dan 10% sangat tidak setuju bahwa auditor internal secara langsung bertanggung jawab kepada general manager; 40% responden sangat setuju, 20% responden setuju, 20% ragu-ragu, 10% tidak setuju dan 10% sangat tidak setuju bahwa auditor internal cukup memperoleh kemudahan dalam hal pemeriksaan fasilitas dan catatan dari bagian yang diperiksa; dan 40% responden sangat setuju, 30% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, 10% responden tidak setuju, 10% responden sangat tidak setuju bahwa status organisasi yang diberikan kepada auditor dapat menunjang


(60)

independensi dalam mengaudit. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki kualifikasi dalam menetapkan auditor internal.

Tabel 4.4

Pernyataan Responden untuk Indikator Objektivitas

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 4. Auditor internal tidak

mempunyai hubungan kekerabatan dengan salah satu/lebih

staf/manajer dari objek yang diperiksa

3 30 5 50 1 10 1 10

5. Kemandirian auditor internal memungkinkan dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif

5 50 3 30 1 10 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 30% responden sangat setuju, 50% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, dan 10% sangat tidak setuju bahwa audit internal tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan salah satu/lebih staf/manajer dari objek yang diperiksa; 50% responden sangat setuju, 30% responden setuju, 10% responden tidak setuju, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa kemandirian auditor internal memungkinkan dapat melakukan pekerjaan secara bebas dan objektif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah bebas dan objektif dalam melakukan pemeriksaan.


(61)

Tabel 4.5

Pernyataan Responden untuk Indikator Keandalan

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 6. Auditor internal dapat

dijamin keandalannya

3 30 5 50 1 10 1 10

7. Auditor internal memiliki pengalaman yang memadai mengenai audit

3 30 4 40 2 20 1 10

8. Auditor internal dalam menjalankan tugasnya mendapat pendidikan dan latihan khusus dalam bidang audit dari perusahaan

5 50 3 30 1 10 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 30% responden sangat setuju, 50% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa auditor internal dapat dijamin keandalannya; 30% responden sangat setuju, 40% responden setuju, 20% responden ragu-ragu dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa auditor internal memiliki pengalaman yang memadai mengenai audit; dan 50% responden sangat setuju, 30% responden setuju, 10% responden tidak setuju, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa auditor internal dalam menjalankan tugasnya mendapat pendidikan dan latihan khusus dalam dalam bidang audit dari perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah bebas dan objektif dalam melakukan pemeriksaan.


(62)

b. Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Tabel 4.6

Pernyataan Responden untuk Indikator Independen

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 9. Auditor internal

memiliki mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari

kemungkinan

timbulnya pertentangan

2 20 6 60 1 10 1 10

10. Audit internal memenuhi tanggung jawabnya

1 10 7 70 1 10 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 20% responden sangat setuju, 60% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa audit internal memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan; 10% responden sangat setuju, 70% responden setuju, 10% responden tidak setuju, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa audit internal memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaannya, audit internal perusahaan telah memenuhi tanggung jawabnya.


(63)

Tabel 4.7

Pernyataan Responden untuk Indikator Kecakapan Profesional

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 11. Latar belakang

pendidikan auditor internal minimal S2

3 30 4 40 2 20 1 10

12. Seluruh staf audit internal mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus

5 50 3 30 2 20

13. Seluruh staf audit internal memiliki pengalaman yang cukup dalam hal pelaksanaan pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan

3 30 6 60 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 30% responden sangat setuju, 40% responden setuju, 20% responden ragu-ragu, dan 10% responden sangat tidak setuju dengan latar belakang pendidikan auditor internal minimal S2; 50% responden sangat setuju, 30% responden setuju dan 20% responden sangat tidak setuju bahwa seluruh staf audit internal mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus; 30% responden sangat setuju, 60% responden setuju dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa seluruh staf audit internal memiliki pengalaman dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melaksanakan kecakapan profesional pada auditor dalam pemeriksaan dan penulisan laporan.


(64)

Tabel 4.8

Pernyataan Responden untuk Indikator Program Pemeriksaan

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 14. Kesempatan program

pendidikan dan pelatihan terbuka bagi seluruh staf audit internal

2 20 4 40 1 10 2 20 1 10

15. Program audit internal telah ditetapkan tujuan pemeriksaan, resiko, pelaksanaan

pemeriksaan dan luas kegiatan yang diperiksa

1 10 7 70 1 10 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 20% responden sangat setuju, 40% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, 20% responden tidak setuju, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa kesempatan program pendidikan dan pelatihan terbuka bagi seluruh staf audit internal; 10% responden sangat setuju, 70% responden setuju, 10% responden ragu-ragu, dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa program audit internal telah ditetapkan tujuan pemeriksaan, resiko, pelaksanaan pemeriksaan dan luas kegiatan yang diperiksa. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam melakukan program pemeriksaan telah melaksanakan program pelatihan, pendidikan dan pelaksanaan pemeriksaan yang luas.


(65)

Tabel 4.9

Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaksanaan Pemeriksaan

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 16. Rencana kerja

pemeriksaan harus mampu mendapat persetujuan dari

pimpinan audit internal

3 30 6 60 1 10

17. Persetujuan rencana pemeriksaan

diwujudkan secara tertulis dari general manajer

3 30 4 40 2 20 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 30% responden sangat setuju, 60% responden setuju, dan 10% responden sangat tidak setuju dengan rencana kerja pemeriksaan harus mampu mendapat persetujuan dari pimpinan audit internal; 30% responden sangat setuju, 40% responden setuju, 20% responden ragu-ragu, dan 10% responden tidak setuju bahwa rencana pemeriksaan diwujudkan secara tertulis dari general manager. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan pemeriksaan yang diwujudkan secara tertulis dari general manager.


(66)

Tabel 4.10

Pernyataan Responden untuk Indikator Laporan Hasil Pemeriksaan

No. Keterangan SS S R TS STS

Res % Res % Res % Res % Res % 18. Laporan hasil

pemeriksaan diterbitkan segera setelah pengujian terhadap pemeriksaan

2 20 7 70 1 10

19. Laporan hasil pemeriksaan yang disajikan berorientasi pada pokok

permasalahan

2 20 7 70 1 10

20. Laporan hasil pemeriksaan akhir direview dan diotorisasi oleh pimpinan audit internal

2 20 7 70 1 10

Sumber : Diolah Penulis, 2010

Berdasarkan kuisioner diketahui bahwa 20% responden sangat setuju, 70% responden setuju dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa laporan hasil pemeriksaan diterbitkan segera setelah pengujian terhadap pemeriksaan; 20% responden sangat setuju, 70% responden setuju dan 10% responden sangat tidak setuju bahwa laporan hasil pemeriksaan yang disajikan berorientasi pada pokok permasalahan; sedangkan untuk pernyataan laporan hasil pemeriksaan akhir direview dan diotorisasi oleh pimpinan audit internal 20% responden sangat setuju, 70% responden setuju dan 10% responden sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melaksanakan laporan hasil pemeriksaan melalui pengujian yang berorientasi pada pemeriksaan dan diotorisasi oleh pimpinan audit.


(1)

Pernyataan Responden untuk Indikator Program Pemeriksaan 14. Kesempatan program pendidikan pelatihan

terbuka bagi seluruh staf audit internal 15. Program audit internal telah ditetapkan

tujuan pemeriksaan, resiko, pelaksanaan pemeriksaan dan luas kegiatan yang diperiksa

Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaksanaan Pemeriksaan 16. Rencana kerja pemeriksaan harus mampu

mendapat persetujuan dari pimpinan audit internal

17. Persetujuan rencana pemeriksaan diwujudkan secara tertulis dari general manager

Pernyataan Responden untuk Indikator Laporan Hasil Pemeriksaan 18. Laporan hasil pemeriksaan diterbitkan

segera setelah pengujian terhadap pemeriksaan

19. Laporan hasil pemeriksaan yang disajikan berorientasi pada pokok permasalahan 20. Laporan hasil pemeriksaan akhir direview

dan diotorisasi oleh pimpinan audit internal

Pernyataan Responden untuk Indikator Tindak Lanjut 21. Dalam setiap hasil audit selalu diperlukan

tindakan tindak lanjut

22. Program audit internal memiliki jadwal kegiatan tindak lanjut

23. Selama dilakukan perbaikan terhadap temuan hasil audit, auditor melakukan tindakan monitoring

Pernyataan Responden untuk Indikator Perencanaan Pemeriksaan Operasional Penjualan dan Piutang Usaha

24. Perencanaan merupakan suatu kerangka dasar untuk mencapai hasil secara efektif pada setiap organisasi

25. Penyusunan rencana pemeriksaan perlu dilakukan secara sistematis dan

memperhatikan keseuaian dengan tujuannya

Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Penjualan dan Piutang Usaha

26. Pelaksanaan pemeriksaan operasional merupakan salah satu tahap yang penting dari rangkaian proses pemeriksaan


(2)

27. Pemeriksaan merupakan tahap untuk menguji efektivitas sistem pengendalian manajemen yang ditetapkan pada perusahaan

Pernyataan Responden untuk Indikator Pelaporan Pemeriksaan Operasional Penjualan dan Piutang Usaha

28. Laporan merupakan kesempatan bagi auditor internal untuk menarik perhatian manajemen mengenai manfaat dari audit operasional

29. Laporan hasil pemeriksaan dibuat tertulis agar dapat dijadikan bahan untuk

pemeriksaan periode berikutnya

Pernyataan Responden untuk Indikator Eksistensi 30. Penjualan yang dicatat adalah untuk

pekerjaan yang secara aktual dilaksanakan oleh pegawai

Pernyataan Responden untuk Indikator Kelengkapan 31. Transaksi penjualan dilakukan secara

tercatat dan dilakukan secara komputerisasi

Pernyataan Responden untuk Indikator Akurasi 32. Transaksi penjualan dicatat dalam jumlah

waktu kerja aktual dan tingkat upah yang semestinya

Pernyataan Responden untuk Indikator Klasifikasi 33. Transaksi penjualan diklasifikasikan secara

efisien

Pernyataan Responden untuk Indikator Tepat Waktu 34. Transaksi penjualan dicatat pada waktu

yang telah ditentukan

Pernyataan Responden untuk Indikator Pengikhtisaran 35. Transaksi penjualan dimasukkan dalam

berkas induk penggajian dan diikhtisarkan dengan semestinya

Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Daftar Harga

36. Perusahaan menggunakan daftar harga (price list)

37. Penyimpangan dari daftar harga disetujui oleh staf yang berwenang

38. Perusahaan mempunyai pedoman dalam pemberian potongan secara tertulis


(3)

Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Delivery Order

39. Untuk setiap penjualan diminta surat pesanan dari pembeli

40. Setiap pengiriman barang didasarkan pada

delivery order

41. Delivery order dapat dikendalikan dengan pemberian nomor urut tercetak

42. Delivery order hanya dapat diotorisasi oleh staf yang berwenang

Pernyataan Responden untuk Indikator Prosedur Penggunaan Faktur Penjualan

43. Faktur penjualan dapat dikendalikan dengan cara pemberian nomor urut tercetak

44. Faktur penjualan cukup diawasi oleh bagian akuntansi

45. Jumlah kuantitas yang dicantumkan dalam faktur penjualan

46. Perhitungan penjualan diperiksa oleh bagian akuntansi

47. Syarat kredit penjualan ketepatannya diperiksa oleh bagian akuntansi

48. Faktur penjualan yang batal telah tersimpan dengan baik untuk pemeriksaan

Pernyataan Responden untuk Indikator Penggunaan Kartu Piutang 49. Kartu piutang dibuat secara bulanan

50. Pengamanan fisik kartu piutang telah dilakukan perusahaan

51. Pengamanan fisik kartu piutang dilakukan oleh staf berwenang

52. Pencatatan di kartu piutang dilakukan secara bergilir

53. Pencatatan di kartu piutang dilakukan secara terpisah dari buku besar

Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Pencatatan Penjualan Kredit

54. Fungsi pencatatan penjualan kredit bertanggung jawab untuk mencatat setiap aktivitas penjualan yang dilakukan secara kredit

Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Pengiriman Barang 55. Fungsi pengiriman barang bertanggung

jawab untuk mengirim barang-barang kepada pembeli dengan dilampiri surat perintah pengiriman yang sah


(4)

Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Akuntansi 56. Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk

mencatat setiap transaksi penjualan yang terjadi baik secara kredit maupun tunai

Pernyataan Responden untuk Indikator Fungsi Keuangan 57. Fungsi keuangan bertanggung jawab untuk


(5)

Lampiran iii Jawaban Responden atas Kuisioner

Variabel Pemeriksaan Operasional Variabel

X

Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 4 5 5 4 5 4 5 4 1 2

2 3 5 5 4 3 4 5 5 1 2

3 5 4 5 4 3 4 5 5 1 2

4 4 5 4 3 4 4 5 4 1 5

5 4 5 5 5 5 4 5 4 1 2

6 5 4 4 4 3 4 5 4 1 5

7 4 5 4 3 5 4 5 4 1 3

8 5 5 5 4 4 4 5 5 1 2

9 4 4 4 4 4 5 5 4 1 3

10 4 4 2 4 4 4 4 4 1 5

11 4 5 4 3 4 5 5 4 1 3

12 4 5 4 5 5 4 5 5 1 1

13 4 4 4 5 5 4 4 5 1 4

14 3 5 4 4 5 4 2 4 1 2

15 4 4 4 4 4 4 5 4 1 3

16 4 4 4 4 5 4 5 4 1 5

17 5 5 4 3 4 5 4 4 2 3

18 4 5 4 4 5 4 4 4 1 4

19 4 4 4 5 5 4 4 4 1 4

20 4 4 4 4 5 4 5 4 1 4

21 4 5 4 4 4 4 5 4 1 5

22 4 4 4 4 4 4 4 4 1 5


(6)

Variabel Fungsi Penjualan dan Piutang Variabel

Y

Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 4 5 4 5 4 4 4 4 1 3

2 4 5 4 5 5 4 5 5 1 2

3 4 5 4 4 4 4 4 4 1 2

4 5 5 4 4 4 4 5 4 1 4

5 4 4 3 4 5 4 5 4 1 3

6 4 5 4 5 4 4 5 5 1 1

7 3 5 5 4 4 4 2 4 1 4

8 4 5 4 5 4 5 5 5 1 4

9 2 4 5 4 3 4 4 4 1 4

10 4 4 4 4 4 4 4 5 1 5

11 3 4 4 4 4 4 5 4 1 3

12 4 4 5 3 3 3 4 4 1 3

13 4 5 3 4 5 4 5 4 1 5

14 4 5 4 3 5 4 4 4 2 3

15 5 5 3 4 4 4 5 4 2 4

16 2 4 5 3 3 4 4 4 1 33

17 4 5 4 4 4 4 4 4 1 3

18 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4

19 3 4 3 4 4 4 4 4 1 4

20 3 5 4 5 5 4 4 3 2 3

21 4 5 4 4 4 5 3 4 1 2

22 5 3 5 4 3 4 5 4 1 4

23 4 5 4 3 5 4 4 5 1 4

24 5 5 3 4 4 5 3 4 1 3

25 4 4 5 5 4 4 5 3 1 4

26 4 5 3 4 2 5 5 4 1 5

27 5 5 4 4 3 3 4 5 1 5

28 4 5 4 3 5 4 5 4 1 3

29 4 4 5 3 5 5 4 4 2 4

30 3 4 4 3 3 4 5 4 2 4

31 5 4 4 5 4 5 5 5 2 1

32 3 5 4 4 5 4 2 4 1 3

33 4 4 5 5 4 5 4 5 2 4