Hubungan Kondisi Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja Pejabat Eselon

yang bersifat mendadak atas tuntutan kepala daerah atau kepala instansinya, sehingga dengan waktu yang relatif cepat mereka harus menyelesaikan pekerjaanya, ada ketakutan terselubung jika tidak menyelesaikan secara sempurna akan memicu stres kerja mereka, karena hal tersebut tergolong pada beban kerja yang berat. Menurut peneliti beban kerja berat tersebut sangat memicu stres kerja pejabat Eselon III apalagi jarak tempuh ke lokasi kerja di Kabupaten Aceh Besar relatif jauh dari jalan negara dengan medan jalan sulit, karena umumnya mereka tinggal di Kota Banda, selain itu tuntutan pekerjaan mereka ”dibayang-bayangi” oleh ketakutan pemeriksaan lembaga-lembaga pemeriksaan keuangan atau kinerja dari pemerintah seperti badan pemeriksa keuangan pusat, dan komisi pembarantasan korupsi maupun dari pengaduan-pengaduan masyarakat yang ditangi oleh pihak kepolisian.

5.3 Hubungan Kondisi Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja Pejabat Eselon

III Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja pejabat eselon III di Kabupaten Aceh Besar 46,5 termasuk kategori sedang. Keadaan ini dapat diterima karena distribusi indikator lingkungan kerja dari faktor fisik cenderung tidak menjadi masalah bagi mereka, tetapi tekanan, hubungan dan persaingan sesama pejabat lainnya memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi lingkungan kerja mereka. Berdasarkan proporsinya terhadap stres kerja, variabel kondisi lingkungan kerja yang kurang 57,1 menyebabkan stres kerja yang berat bagi pejabat eselon III, dan hasil uji statistik dengan korelasi spearman’ rho juga menunjukkan terdapat Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. hubungan signifikanp=0,025. antara kondisi lingkungan kerja dengan stres kerja pejabat eselon III di Kabupaten Aceh Besar. Kondisi lingkungan kerja terdiri dari lingkungan fisik berupa kenyamanan dalam bekerja baik dari aspek pencahayaan, suhu udara dan kebisingan, serta dari lingkungan psikis berupa hubungan baik sesama rekan kerja, dan dengan atasan serta persaingan sesama pejabat lainnya. Menurut Nitisemito 1996, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak baik berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress psikologi dan menurunnya produktivitas kerja dan kondisi lingkungan kerja psikis adalah lingkungan lebih bersifat batin yang dapat mempengaruhi pekerja. Lingkungan psikis ini terutama berhubungan dengan pimpinan dan rekan kerja dalam suatu organisasi. Hal ini karena kondisi lingkungan kerja yang kurang akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan mereka, seperti kebisingan. Menurut Ivancevich dan Matteson 1981 dalam Munandar, 2001 berpendapat bahwa bising yang berlebih sekitar 80 desibel yang di dengar berulangkali untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising yang berlebih ialah mengurangi toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit stres yang lain, dan menurunkan produktivitas kerja. Selain itu dimensi psikologis kaitannya dengan hubungan kerja, persaingan dan penilaian atasan terhadap kinerja mereka. Hubungan kerja yang tidak baik akan menyebabkan penurunan semangat kerja, apalagi ada persaingan yang tidak baik antar pejabat lainnya yang memicu terhadap gejala-gejala stres kerja mereka. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fazillah dan Zafir 2006, bahwa kehidupan sosial atau hubungan kerja yang tidak baik merupakan salah satu indikator kurangnya kondisi lingkungan kerja pekerja dalam suatu organisasi, karena sebenarnya, masalah stres yang berlaku di tempat kerja juga memberi impak terhadap kehidupan sosial individu. Di samping impak kronik seperti penyakit mental yang telah dijelaskan, stres di tempat kerja boleh menyebabkan seseorang individu berada dalam kemurungan, cepat marah dan tidak suka bergaul. Keadaan stres yang berlebihan boleh menyebabkan masalah ini berpanjangan sehingga ke rumah dan melibatkan pihak lain. Stres yang berlaku di tempat kerja boleh menyebabkan terbawanya tanda kebimbangan tersebut ke rumah. Ini boleh mengganggu sikologi dan hubungan sosial mereka. Kesemua impak sosial ini menunjukkan stres di tempat kerja bukan sahaja memberikan masalah kepada organisasi masa kini, tetapi ia melibatkan masalah peribadi yang menekan individu. Selain itu menurut Munadar 2001, hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan rendah, dan minat rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bcntuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan rekan kerjanya. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dapat memicu stres kerja pejabat eselon III di Kabupaten Aceh Besar, mengingat substansi dari lingkungan kerja tersebut menyangkut lingkungan fisik berupa kondisi fisik berupa pencahayaan, suhu maupun suhu berhubungan dengan dampaknya terhadap kondisi kesehatan mereka, selain itu juga menyangkut faktor psikis berupa hubungan kerja, persaingan antar pejabat serta tuntutan penilaian atasan dari hasil kerja dapat menjadi faktor pemicu stres kerja.

5.4 Hubungan Fasilitas Kerja dengan Stres Kerja Pejabat Eselon III