Tipe Yang Rentan vulnerable Kondisi Lingkunga Kerja

tekanan atau tegangan yang dapat membuat pola pikir, emosi, prilakunya berubah, dapat membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu dapat berpengaruh pada denyut jantung yang cepat, perut mual, mulut kering, banyak keringat dan lain-lain. c. Hubungan antara orang yang stress dengan keadaan yang penuh stress merupakan suatu hal yang berpengaruh timbal balik dengan usaha penyesuaian dengan lingkungan stress, proses fisik dan perilaku. Menurut Rosenmen dan Chesney dalam Hawari,2001 bahwa stress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

a. Tipe Yang Rentan vulnerable

Terdapat pada tipe A yang disebut A Type Personality dengan pola perilaku Type A Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini memiliki resiko tinggi mengalami stress, dengan ciri-ciri kepribadian sebagi berikut: a. Cita-citanya tinggi ambisius b. Suka menyerang agresif c. Suka bersaing kompetitif yang kurang sehat. d. Banyak jabatan rangkap e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar f. Terlalu percaya diri over confident g. Self control kuat h. Terlalu waspada Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. i. Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam hiperaktif j. Capek dalam berorganesasi organisatoris k. Cakap dalam memimpin leader. l. Tipe kepemimpinan otoriter m. Berkerja tidak mengenal waktu workaholic n. Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri o. Disiplin waktu yang ketat p. Kurang rileks dan serba terburu-buru q. Kurang atau tidak ramah r. Tidak mudah bergaul s. Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan t. Sulit dipengaruhi u. Sifatnya kaku tidak fleksibel v. Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

b. Tipe yang kebal immune

Terdapat pada tipe B yang di sebut B Type Personality, dengan ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut: a. Cita-cita ambisinya wajar b. Berkompetisi secara sehat c. Tidak agresif Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. d. Tidak memaksakan diri e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah trsinggung, penyabar, dan tenang f. Kewaspadaan wajar g. Self control wajar h. Self confident wajar i. Cara bicara tenang j. Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat k. Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat l. Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi m. Mudah bekerja sama kooperatif n. Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan o. Bersikap ramah p. Mudah bergaul q. Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan mutual benefit. r. Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar s. Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan di saat libur t. Mampu menahan dan mengendalikan diri. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008.

2.1.4 Tahapan Stress

Menurut Amberg dalam Hawari,2001 tahapan stress terdiri dari 6 tahap sebagai berikut : a. Stress tahap pertama paling ringan, yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stress tahap kedua, yaitu stress yang di sertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau saluran cerna lainnya tidak nyaman bowel discomfort, jatung berdebar, otot tengkul dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. c. Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defikasi tidak teratur kadang-kadang diare, otot semakin tegang, emosional, insomia, terjaga dan sulit tidur kembali middle insomia, bangun terlalu pagi dan sulit untuk tidur kembali late insomia, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari loyo, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental physical and phyohological exhaustion, ketidak mampuan Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. f. Stress tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak ber keringat, kurang gairah, collaps ataupun sampai pingsan. Hans Selye dalam Nurmiati A, 2002 memperkenalkan suatu konsep tentang stress yang dikenal dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat diidentifikasikan bila seseorang terpapar stress, yaitu : 1. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis “fight or flight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stressor. Tampak fisik yang akan muncul adalah denyut jantung meningkat, peredaran darah meningkat, darah diferifer dan gartrointestinal meningkat ke kepala dan ekstremitas. Karenanya banyaknya organ tubuh terpengaruh, maka gejala stress akan mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang sama, daya tahan tubuh berkurang, dan bahkan bisa stressor sangat besar atau kuat dapat menimbulkan kematian. 2. Tahapan melawan, pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stressor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses psikologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala- Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. gejala stress akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stressor berjalan terus dan tidak dapat diatasiterkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan individu tidak akan sembuh. 3. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap awal stress dimana tubuh individu telah terbiasa. Energi penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuaian terhadap lingkungan. Tanpa ada usaha untuk melawan, kelelahan bahkan kematian dapat terjadi. Bila tubuh terekspos pada stressor yang sama dalam waktu yang sangat lama secara terus menerus, maka tubuh yang semula telah biasa menyesuaikan diri, akan kehabisan energi untuk beradaptasi. Pada keadaan ini timbul kembali tanda-tanda waspada, namun tahap ini bersifat ireversibel. Daya tahan tubuh terhadap suatu stressor tidak dapat dianggap dapat bertahan selamanya karena pada suatu saat energi untuk adaptasi itu akan habis. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008.

2.1.5 Gejala Stress

Gejala stress menurut Beehr 1987 dibagi menjadi tiga gejala yakni : gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. Tabel 2.1. Gejala stress berdasarkan gejala psikologi,fisik dan perilaku. Gejala psikologis Gejala fisik Gejala prilaku Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi dan tekanan darah Menunda, menghindari pekerjaan Binggung,marah, sensitive Meningkatnya sekresi Adrenalin Produktivitas menurun Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase Mengurung diri Mudah lelah fisik Produktivitas menurun Depresi Kematian Banyakkurang makan Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Nafsu makan hilang Kebosanan Gangguan pernafasan Tindakan resiko tinggi Ketidak puasan kerja Sering berkeringat Kriminalis Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri Hilang daya konsentrasi Kanker Hilang kreastifitas Ketegangan otot Hilang semangat hidup Sulit tidur Menurut Anoraga 2001 gejala stress ringan sampai berat meliputi : a. Gejala emosional : Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah menangis, gelisah dan putus asa. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. b. Gejala sosial : Banyak merokok, minum alkohol, sering memeriksa pintu dan jendela, mudah bertengkar, menarik diri dan bunuh diri. Cary Cooper dan Alison Straw 1995, mengatakan bahwa gejala stress dapat berupa tanda- tanda berikut : 1. Fisik, yaitu nafas cepat, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, dan gelisah. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak tertarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak. Menurut Braham dalam Charles, 1997, gejala stress dapat berupa tanda- tanda berikut : 1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, otot pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebih, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. 2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitive, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis, dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan, dan kelesuan mental. 3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Dari beberapa uraian diatas dapat dilihat bahwa gejala stress terdiri dari gejala psikologis, gejala fisik, gejala prilaku.

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress Kerja

Menurut Cooper 1983 ada beberapa faktor sumber stress antara lain : a. Lingkungan kerja : Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress, dan menurunkan produktivitas kerja. Lingkungan yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang baik, membuat penderita mudah stress. b. Overload : Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. pekerjaan yang bersangkutan, akibatnya mudah lelah dan berada dalam ketegangan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerja memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang tinggi. c. Deprivation stress : Istilah deprivation stress diperkenalkan oleh George Every dan Daniel Girdano 1980, yakni pekerjaan yang tidak lagi menantang atau menarik bagi pekerja. Akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya. d. Pekerjaan beresiko tinggi : Adalah pekerjaan yang beresiko tinggi berbahaya bagi keselamatan. Davis dan Newstrom 2001, mengemukakan bahwa stress kerja disebabkan adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stress, akan tetapi menjadi sumber stress bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi pekerja. Setiap pekerja mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas yang di bebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, terutama bagi perawat seringkali berhadapan dengan pekerjaan dengan waktu yang terbatas, akibatnya, perawat dikerjakan untuk menyelesaikan tugas. Usia dewasa mengalami perubahan bersifat fisik baik efisiensi, kesehatan dan kekuatan yang mencapai puncaknya, secara psikis muncul keinginan dan usaha pemantapan, sering mengalami ketegangan emosi karena kompleksitas persoalan, Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. kemampuan mental seperti penalaran, mengingat dan kreaktif pada posisi puncak Murbin, 2006 . Masa kerja memberi pengaruh terhadap kematangan pengalaman pejabat dalam suatu jabatannya, tetapi bila terlalu lama pada suatu jabatan akan menimbulkan kebosanan, terutama bila lingkungan kerja kurang menyenangkan, maka kondisi ini akan menimbulkan stres Andrew Goliszek 2005 . Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas dalam bekerja. Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah, dan akan menimbulkan stres Cooper, 1983 . Lesly Towner 2002, menyatakan bahwa setiap orang dimanapun mereka berada dalam suatu organisasi, adalah suatu sumber stress bagi orang lain, karena kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang dilakukan pada orang lain, apa yang mereka katakan, bagaimana mereka berperilaku, bagaimana mereka bereaksi. Kita semua bersifat individual, masing-masing bersifat uniq. Dan semua orang memiliki rentan kendali yang terbatas pada hidup kita. Seperti dikatakan di atas faktor pemicu stress ada yang berasal dari dalam organisasilingkungan pekerjaan stressor on the job, ada yang berasal dari luar organisasikeluarga dan masyarakat stressor off the job. Dalam bahasan ini yang ingin ditekankan adalah apapun stressornya bila telah mengganggu kinerja seorang pegawai, maka sebaiknya stressor harus diatasi atau dibatasi sampai dengan tingkat yang dapat ditolerir Mistiani,2007 . Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. Adapun kondisi-kondisi yang dapat menjadi pemicu stress Mistiani,2007 adalah sebagai berikut : 1. Stressor On The Job : a. Beban kerja berlebihoverload b. Desakan waktudeadline c. Kualitas pembimbingan rendahlow supervisi d. Iklim politis tidak amanlow comfort e. Umpan balik kerja rendahlow feedback f. Wewenang tidak memadailow authority g. Ketidakjelasan perananrole ambiguty h. Frustasiputus asa i. Konflik antar pribadikelompok j. Perbedaan nilai individu dan organisasi k. Perubahan situasi kantor yang mengejutkan 2. Stressor Off The Job : a. Krisis keuangan pribadikeluarga b. Permasalahan-permasalahan tentang anak c. Permasalahan-permasalahan tentang fisik d. Permasalahan-permasalahan dalam perkawinan e. Perubahan situasi rumahlingkungan f. Permasalahan-permasalahan lainnya Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi stress kerja adalah faktor dari dalam organisasi dan faktor diluar organisasi.

2.1.7 Reaksi Terhadap Stress

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi stress, secara umum reaksi tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis reaksi sebagai berikut : 1. Reaksi berupa daya tahan atau toleransi terhadap stress, setiap orang memiliki toleransi yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah sedih atau panik hanya karena suatu tekanan yang bagi orang lain merupakan hal ringan, sebaliknya ada pula orang yang tetap dapat bersikap tenangcalm terhadap gangguantekanan yang bagi kebanyakan orang dinilai cukup berat, hal ini karena mereka memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi untuk mengatasi gangguan yang menghadang. 2. Reaksi terhadap stress yang didasarkan atas tipe kepribadian seseorang. Tipe A adalah kepribadian agresif dan kompetitif merupakan individu-individu yang cenderung menetapkan standar-standar tinggi dalam kehidupan serta meletakan diri mereka sendiri dibawah tekanan waktu yang konstan selalu berusaha berlomba dengan waktu. Walau dalam tekanan tinggi mereka bahkan tetap berusaha aktif dalam berbagai kegiatan kreatif dan sosial kemasyarakatan. Akibatnya, mereka sering tidak menyadari bahwa banyak tekananstress yang mereka rasakan salah, lebih disebabkan oleh perbuatan sendiri dari pada Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. lingkungan mereka. Selanjutnya tipe B adalah kepribadian relaks dan “easy going” merupakan individu-individu yang cenderung menerima situasi dan kondisi di lingkungan pekerjaan dengan apa adanya serta tidak terlalu suka untuk “bersaing”. Akibatnya mereka cenderung terhindar dari tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan stress atau kecil kemungkinannya untuk mendapatkan stress yang berat. 3. Yang ketiga adalah reaksi pemulihan dari stress, ada individu-individu yang mudah melupakan stress yang telahpernah dialaminya dan dapat segera melanjutkan kehidupan normalnya kembali tanpa bantuan orang lain. Namun ada pula individu-individu yang tidak mudah melupakan dan sulit melepaskan diri dari situasi stress yang baru saja dihadapi sehingga diperlukan bantuan orang lain untuk mengatasinya. Dalam kehidupan berorganisasi lingkungan kerja individu-individu tipe terakhir tersebut sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari bagian personalia.

2.1.8 Stress dan Daya Tahan Tubuh

Stress yang dialami oleh seseorang mengubah sistem kekebalan tubuh dengan cara fithing disease cells Baker dkk,1987. Davis dan Newstron, 2001 membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk menderita penyakit, terkena alergi serta menurunnya sistem autoimmune-nya. Ditemukan bukti bahwa pada saat suasana hati Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. seseorang negatif terjadi penurunan respon antibody, sedangkan pada saat suasana hati positif respon antibody meningkat pula. Pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lama dan frekuensi stress yang dialami oleh seseorang. Makin kuat stressor makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit Charles, 1992.

2.1.9 Akibat Stress

Menurut Beehr dalam Freser 1992, stress akan mempunyai dampak terhadap individu maupun organisasi a. Dampak terhadap individu : Dampak stress terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang mengalami stress akan mudah terserang penyakit. Pada gangguan mental stress ber kepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung akan mengganggu kesehatan. Pada gangguan interpersonal stress akan lebih sensitive terhadap hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dan lain-lain. Reaksi terhadap stress dapat berupa reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja yang stress akan menunjukkan perubahan prilaku. Perubahan prilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stress flight atau berdiam diri freeze. Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stress. Perubahan-perubahan ini Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. ditempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stress antara lain: 1 Bekerja melewati batas kemampuan 2 Sering terlambat masuk kerja. 3 Ketidak hadiran tenaga kerja 4 Kesulitan membuat keputasan 5 Kesalahan yang sembrono 6 Kelalaian menyelesaikan pekerjaan. 7 Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri. 8 Kesulitan berhubungan dengan orang lain. 9 Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat. 10 Menunjukkan gangguan fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan. Munculnya stress, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada seseorang. Cox dalam Handoyo, 2001 membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stress, yaitu : 1 Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan ketidaksabaran, merasa rendah diri. 2 Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, perubahan nafsu makan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunya semangat untuk berolahrga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stress juga Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditempat kerja atau dijalan. 3 Pengaruh kognitif, yaitu ketidak mampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4 Pengaruh fisiologi, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu. b. Dampak terhadap organisasi : Pekerja yang mengalami stress akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan nya akan terganggu, berupa kekacauan manajemen dalam operasional kerja sehingga meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan. Schuller 2001, mengidentisifikasikan beberapa perilaku negatif tenaga kerja berkolerasi dengan prestasi kerja, peningkatan ketidak hadiran kerja serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa : 1 Terjadi kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja. 2 Mengganggu kenormalan aktivitas kerja. 3 Menurunya tingkat produktivitas. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. 4 Menurunnya pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa akibat stress pada pekerja dapat berdampak terhadap individu dan organisasi sehingga manajemen dan operasional kerja terhambat dan produktivitas kerja menurun.

2.2 Kondisi Lingkunga Kerja

Kondisi lingkungan kerja meliputi variabel lingkungan fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan penelitian yang sesuai dengan situasi organisasi termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang terlibat, dan aturan standar eksternal yang sesuai. Occupational Safety and Health Administration, dalam Pudjaatmaka, 1998 . Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress psikologi dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi lingkungan kerja psikis adalah lingkungan yang lebih bersifat batin yang dapat mempengaruhi pekerja. Lingkungan psikis ini terutama berhubungan dengan pimpinan dan rekan kerja dalam suatu organisasi Nitisemito,1996 . Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008.

2.3 Beban Kerja