Tahapan Stress Tipe yang kebal immune

2.1.4 Tahapan Stress

Menurut Amberg dalam Hawari,2001 tahapan stress terdiri dari 6 tahap sebagai berikut : a. Stress tahap pertama paling ringan, yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stress tahap kedua, yaitu stress yang di sertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau saluran cerna lainnya tidak nyaman bowel discomfort, jatung berdebar, otot tengkul dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. c. Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defikasi tidak teratur kadang-kadang diare, otot semakin tegang, emosional, insomia, terjaga dan sulit tidur kembali middle insomia, bangun terlalu pagi dan sulit untuk tidur kembali late insomia, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari loyo, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental physical and phyohological exhaustion, ketidak mampuan Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. f. Stress tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak ber keringat, kurang gairah, collaps ataupun sampai pingsan. Hans Selye dalam Nurmiati A, 2002 memperkenalkan suatu konsep tentang stress yang dikenal dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat diidentifikasikan bila seseorang terpapar stress, yaitu : 1. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis “fight or flight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stressor. Tampak fisik yang akan muncul adalah denyut jantung meningkat, peredaran darah meningkat, darah diferifer dan gartrointestinal meningkat ke kepala dan ekstremitas. Karenanya banyaknya organ tubuh terpengaruh, maka gejala stress akan mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang sama, daya tahan tubuh berkurang, dan bahkan bisa stressor sangat besar atau kuat dapat menimbulkan kematian. 2. Tahapan melawan, pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stressor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses psikologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala- Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008. gejala stress akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stressor berjalan terus dan tidak dapat diatasiterkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan individu tidak akan sembuh. 3. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap awal stress dimana tubuh individu telah terbiasa. Energi penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuaian terhadap lingkungan. Tanpa ada usaha untuk melawan, kelelahan bahkan kematian dapat terjadi. Bila tubuh terekspos pada stressor yang sama dalam waktu yang sangat lama secara terus menerus, maka tubuh yang semula telah biasa menyesuaikan diri, akan kehabisan energi untuk beradaptasi. Pada keadaan ini timbul kembali tanda-tanda waspada, namun tahap ini bersifat ireversibel. Daya tahan tubuh terhadap suatu stressor tidak dapat dianggap dapat bertahan selamanya karena pada suatu saat energi untuk adaptasi itu akan habis. Kemalahayati : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008. USU e-Repository © 2008.

2.1.5 Gejala Stress