Nilai Koperasi Prinsip-prinsip Koperasi

Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti kedermawanan philantropis, tetapi lebih unsur menerangkan kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan jasanya, serta menolong diri sendiri. 56 Koperasi bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang masuk golongan kurang mampu dalam hal kekayaan kleine luiden yang ingin meringankan beban hidup atau beban kerja. Persamaan dengan bentuk usaha lain adalah sama-sama mengejar suatu keuntungan kebendaan stoffelijk voordeel. Perbedaannya adalah bahwa biasanya koperasi didirikan oleh orang-orang yang benar-benar memerlukan sekali kerja sama ini untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan orang-orang yang mendirikan bentuk usaha lain sebenarnya masing-masing dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dengan mendapat cukup keuntungan tetapi mereka ingin memperbesar keuntungan ini.

C. Nilai dan Prinsip-prinsip Koperasi

1. Nilai Koperasi

Koperasi memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung dalam organ perkoperasian tersebut. Adapun menurut Andjar Pachta Nilai-nilai yang menjadi dasar koperasi adalah: 56 Ibid, hal. 22. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kemandirian bertanggung jawab, demokrasi, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas. Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama, keyakinan terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan dan akuntabilitas keuangan Koperasi, Laporan Hasil Usaha harus merinci mengenai hasil usaha yang berasal dari anggota dan profit yang diperoleh dari aktivitas Koperasi yang berasal dari anggota dan bukan anggota. 57

2. Prinsip-prinsip Koperasi

Adapun prinsip-prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Sukarela dan Terbuka Voluntary and Open Membership. Koperasi adalah organisasi sukarela, terbuka kepada semua orang untuk dapat menggunakan pelayanan yang diberikannya dan mau menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, sosial, suku, politik, atau agama. b. Kontrol Anggota Demokrasi Democratic Member Control. Koperasi adalah organisasi demokratis yang dikontrol oleh anggotanya, yang aktif berpartisipasi dalam merumuskan kebijaksanaan dan membuat keputusan. c. Partisipasi Ekonomi Anggota Member Economic Participation Anggota berkontribusi secara adil dan pengawasan secara demokrasi atas modal koperasi. d. Otonomi dan Independen Autonomy and Independence. Koperasi adalah organisasi mandiri yang dikendalikan oleh anggota-anggotanya. Walaupun koperasi membuat perjanjian dengan organisasi lainnya termasuk pemerintah atau menambah modal dari sumber luar, koperasi harus tetap dikendalikan secara demokrasi oleh anggota dan mempertahan otonomi koperasi. e. Pendidikan, Pelatihan dan Informasi Education, Training and Information. Koperasi menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk anggota, wakil-wakil yang dipilih, manager, dan karyawan sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif untuk perkembangan koperasi. f. Kerja sama Antar Koperasi Cooperation among Cooperatives. Koperasi melayani anggota-anggotanya dan memperkuat gerakan koperasi melalui kerja sama dengan struktur koperasi lokal, nasional, dan internasional. g. Perhatian terhadap Komunitas Concern for Community. 57 Rudianto, “Akuntansi Koperasi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan”, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2006, hal. 17. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Koperasi bekerja untuk perkembangan yang berkesinambungan atas komunitasnya. 58 Untuk lebih sederhana memahami prinsip-prinsip koperasi, berikut adalah Rochdale Principles. Rochdale adalah sebuah kota kecil di Inggris, di mana untuk pertama kalinya koperasi konsumsi didirikan. Dalam sejarah prinsip-prinsip koperasi Rochdale ini terkenal dengan nama The Equitable Pioneers of Rochdale, yang telah merupakan perintis jiwa koperasi. Prinsip-prinsip Rochdale tersebut adalah sebagai berikut: a. Masuk dan berhenti menjadi anggota atas dasar sukarela; b. Seorang anggota mempunyai hak satu suara; c. Netral terhadap agama dan aliran politik mana pun juga; d. Siapa saja dapat diterima sebagai anggota; e. Pembelian dan penjualan secara tunaikontan; f. Pembagian keuntungan menurut pembelianjasa anggota; g. Penjualan disamakan dengan harga pasar setempat; h. Kualitas ukuran dan timbangan harus dijamin; i. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya; j. Pembagian keuntungan harus dicadangkan untuk memperbesar modal, sebagai dana untuk pendidikan. 59

D. Pemberdayaan Koperasi di Indonesia

Secara praktis upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat diarahkan untuk meningkatkan produktivitas rakyat, sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, 58 Ibid, hal. 23-25. 59 Ibid, hal. 26. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya merupakan kewajiban mutlak dari suatu negara. Bagi bangsa Indonesia yang berasaskan Pancasila, menggerakkan ekonomi adalah untuk mencapai tujuan kemakmuran yang dinyatakan dalam Sila ke Lima dari Pancasila yaitu, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Ekonomi nasional yang tangguh dan mandiri hanya mungkin dapat terwujud apabila pelaku-pelakunya tangguh dan mandiri, dan seluruh potensi masyarakat dapat dikerahkan, berarti partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya. Jika kegiatan ekonomi terpusat pada kelompok yang terbatas dan di wilayah yang terbatas, maka perekonomian tidak berkembang sesuai dengan potensinya. Berarti pula sebagian masyarakat dan wilayah yang tidak terbawa dalam arus perekonomian, atau dengan istilah lain tertinggal. 60 Ekonomi yang mandiri, dipahami sebagai ketidaktergantungan kepada pihak lain dependency. Ketidaktergantungan tidak berarti keterisolasian, dan tidak berarti tidak mengenal adanya saling ketergantungan interdependency. Oleh karena tidak semua negara memiliki potensi atau endowment yang sama, maka ada kebutuhan untuk saling mengisi, dan kebutuhan ini menciptakan perdagangan, dan dengan demikian mengakibatkan adanya lembaga yang disebut pasar. 60 Ginandjar Kartasasmita, “Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan Guna Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh Dan Mandiri”, Seminar Nasional Lembaga Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah dan Koperasi LP2KMK-GOLKAR, Jakarta, 7 Nopember 1996. hal. 1. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tidak ada negara di dunia yang tidak membutuhkan perdagangan, baik barang maupun jasa karena saling ketergantungan adalah wajar dan bahkan mencerminkan kehidupan perekonomian yang modern. Kini makin sulit dicari produk yang sepenuhnya dihasilkan di suatu negara. Teknologi telah membuat konsep keunggulan komparatif menjadi makin relatif sehingga lahir konsep keunggulan kompetitif. Prinsip pembangunan partisipatif yang kini diterapkan sebagai manajemen nasional merupakan model ekonomi rakyat melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang, yaitu: 1. Penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang; 2. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, latihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah; 3. Perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 61 Menurut Ginandjar Kartasasmita Ekonomi yang tangguh, ada dua ciri pokok, di samping syarat-syarat lainnya, yaitu: memiliki daya tahan dan daya saing. 62 Ekonomi yang memiliki daya tahan adalah perekonomian yang tidak mudah terombang-ambing oleh gejolak yang datang, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Perekonomian tersebut, antara lain ditandai oleh tiga ciri berikut: Pertama, adanya diversifikasi kegiatan ekonomi, seperti tercermin dalam keragaman sumber mata pencaharian penduduknya, sumber penerimaan negaranya, sumber penerimaan devisa dan sebagainya. Kedua, pelaku ekonominya mempunyai keluwesan yang 61 Gunawan Sumodiningrat, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal. 24. 62 Ginandjar Kartasasmita, Op. Cit , hal. 3. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 tinggi flexibility dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan usaha yang dapat berubah dengan cepat. Ketiga, kerangka kebijakan dan peraturan yang mendukung conducive terciptanya iklim usaha yang sehat. Daya saing perekonomian akan dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi mengenai produktivitas, maka unsurnya yang paling pokok adalah sumber daya manusia SDM dan teknologi. Efisiensi menyangkut aspek kelembagaan ekonomi, terutama bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan sedikitnya hambatan dalam transaksi. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya. Dapat diartikan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai- nilai sosial. 63 Dalam rangka meningkatkan usaha ekonomi rakyat dan menciptakan pemerintahan yang baik good governance, pemerintah diharapkan melakukan pembangunan yang lebih menekankan pada pendekatan “bottom up” dan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan yang partisipatif. Pendekatan partisipatif dalam arti penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat maupun birokrasi. 64 63 Ibid, hal. 5. 64 Made Suyana Utama, ”Pemberdayaan Usaha Ekonomi Rakyat Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, tanpa tahun, hal. 37. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian charity karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Permberdayaan ekonomi rakyat adalah tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi, juga merupakan tanggung jawab masyarakat, terutama mereka yang telah lebih maju, karena telah terlebih dahulu memperoleh kesempatan bahkan mungkin memperoleh fasilitas yang tidak diperoleh kelompok masyarakat lain. Salah satu strategi agar yang kuat membantu yang lemah adalah dengan melalui kemitraan. 65 Kemitraan usaha bukanlah suatu konsep baru. Kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling menghidupi, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Prinsip kerja sama seperti itu dapat mengatasi pembatas potensi usaha yang melekat pada satu unit usaha. Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah KUKM mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran usaha kecil dan menengah UKM yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. 65 Ginandjar Kartasasmita, Op. Cit, hal. 6. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Menurut data Departemen Koperasi tahun 2005, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Indonesia saat ini sebanyak 42,4 juta unit usaha, menyerap 79 juta tenaga kerja, dan menyumbang hampir 57 PDB Produk Domestik Bruto nasional Badan Pusat Statistik BPS 2003. Dari jumlah tersebut 99,9 merupakan usaha mikro dan kecil. Jadi hanya 0,1 yang merupakan usaha menengah. Ini menunjukkan betapa banyaknya pengusaha mikro dan kecil yang harus diberdayakan. Apabila setiap unit usaha mikro dan kecil mampu difasilitasi dan diberdayakan untuk menciptakan 1 satu orang kesempatan kerja atau kesempatan usaha tambahan baru, maka akan tercipta 40 juta kesempatan kerja baru. Ini artinya, jika kita mampu memberdayakan UMKM tersebut, berarti upaya pemberantasan kemiskinan akan berhasil secara signifikan. 66 Gerakan pemberdayaan UMKM tersebut harus menjadi perhatian pemerintah secara serius, tentunya bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi. Pencanangan tahun keuangan mikro yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005, harus direalisasikan secara nyata dengan berbagai upaya strategis. Hal ini agar pencanangan itu tidak sebatas retorika belaka. Kebijakan pokok secara garis besar, terdapat 3 tiga kebijakan pokok yang dibutuhkan dalam pemberdayaan koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM, yaitu: 66 Diakses melalui http:\\www.depkop.go.id, Jum’at, tanggal 23 Mei 2008. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 1. menciptakan iklim usaha yang kondusif conducive business climate sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu enabling environment mendorong pengembangan koperasi, UMKM secara sistemik, mandiri, dan berkelanjutan; 2. menciptakan sistem penjaminan guarantee system secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh koperasi, UMKM; dan 3. menyediakan bantuan teknis dan pendampingan technical assistance and facilitation secara manajerial guna meningkatkan status usaha koperasi, UMKM agar feasible sekaligus bankable dalam jangka panjang. 67 Kebijakan dan strategi pertama pada dasarnya merupakan penerjemahan dari fungsi pemerintah sebagai regulator dalam kegiatan ekonomi di masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah harus mampu mengembangkan regulasi-regulasi ekonomis yang dapat memberikan tingkat kepastian usaha sekaligus memberikan keberpihakan yang tepat kepada segenap pelaku UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Kebijakan dan strategi kedua pada dasarnya merupakan solusi terobosan terhadap adanya gap antara UMKM, dan perbankanlembaga keuangan bukan bank, dalam hal permodalanpembiayaan usaha. Secara empiris, selama ini UMKM terutama usaha mikro sangat sulit untuk memenuhi kriteria 5-C character, condition of economy, capacity to repay, capital, collateral yang merupakan aturanmekanisme baku perbankan dalam penyaluran kredit untuk membiayai usaha dan permodalan. Oleh karenanya wajar apabila selama ini pemerintah melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan lebih cenderung menciptakan sekaligus menyediakan skema kredit program yang lebih banyak 67 Ibid. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 bersifat dana hibah bergulir kepada berbagai kelompok masyarakat pokmas yang bergerak dalam usaha mikro. Skema kredit program tersebut merupakan salah satu alternatif strategi untuk membiayai kegiatan UMKM dan koperasi terutama usaha mikro yang berkesan lebih cenderung untuk mengabaikan kriteria 5-C yang diberlakukan kalangan perbankan. Dalam era Kabinet Indonesia Bersatu KIB sekarang ini, prioritas pembangunan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Keinginan tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah RPJM Tahun 2005-2009. Dalam Perpres tersebut secara jelas dan tegas dinyatakan bahwa tujuan pembangunan adalah difokuskan pada usaha mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Tujuan ini akan dicapai dengan menggerakkan semua kekuatan yang ada pada rakyat untuk menggerakkan roda pembangunan. 68 Dalam skenario menggerakkan ekonomi rakyat, keberpihakan pemerintah sifatnya mutlak. Pemerintah harus menyediakan modal material, intelektual dan institusional. Mengingat UMKM merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia maka untuk tujuan tersebut UMKM dalam jangka panjang harus didorong untuk mampu bersaing dalam pasar global. Tetapi sampai sekarang ini keberpihakan pemerintah dinilai masih belum optimal. 68 Wayan Suarja, “Kebijakan Pemberdayaan Ukm Dan Koperasi Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat Dan Menanggulangi Kemiskinan”, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, disampaikan dalam acara “Bimbingan Teknis Pengembangan UMKM dalam rangka Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan” yang diadakan oleh LPPM. IPB-Bogor, 7 dan 8 Nopember 2007. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kebijakan di bidang perbankan merupakan salah satu bukti ketidakadilan. Kebijakan tersebut melupakan kondisi kelompok UMKM yang sebagian besar termasuk dalam katagori miskin dan berpengetahuan rendah. Demikian juga dalam penggolongan atau mengelompokan usaha berdasarkan kriteria pemilikan aset dan omset yang melahirkan istilah usaha mikro, kecil dan menengah. Pengelompokan ini belum sepenuhnya ditindaklanjuti dengan pemberian kesempatan usaha yang sesuai dengan potensi dan kemampuan kelompok usaha tersebut. Akibatnya ada kecenderungan pengelompokan ini malah mempersempit ruang gerak mereka. Untuk menggerakkan ekonomi rakyat sudah waktunya memutar jarum kompas ke arah pemberian kesempatan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM dan koperasi. Komitmen ini tidak saja diperlukan di kalangan pengambil kebijakan, tetapi harus menjadi komitmen semua pihak termasuk para pakar dan praktisi. Pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia menurut Wayan Suarja, dilakukan melalui: 1. Meningkatkan kembali peran koperasi dan perkuatan posisi UMKM dalam sistem perekonomian nasional. 2. Meningkatkan kembali koperasi dan perkuatan UMKM dilakukan dengan memperbaiki akses KUMKM terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar serta memperbaiki iklim usaha; 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pembangunan; dan Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 4. Mengembangkan potensi sumberdaya lokal. 69 Untuk tujuan tersebut di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama dengan instasi terkait dan Pemerintah Daerah Provinsi serta Pemerintah Daaerah KabupatenKota, telah melaksanakan program-program pemberdayaan UMKM dan koperasi yang difokuskan pada: 1. Pemberdayaan Institusional Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam bentuk program: a. Penyederhanaan perizinan dan pengembangan sistem perizinan satu pintu, serta bagi usaha mikro perizinan cukup dalam bentuk registrasi usaha; b. Penataan Peraturan Daerah Perda untuk mendukung pemberdayaan KUMKM; c. Penataan dan penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan pengembangan KUMKM; d. Pengembangan koperasi berkualitas; e. Revitalisasi koperasi. 2. Peningkatan Akses UMKM terhadap Sumber-Sumber Pendanaan: a. Pengembangan berbagai Skim Perkreditan untuk UMKM; 1 Program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro; 2 Program pembiayaan wanita usaha mandiri dalam rangka pemberdayaan perempuan, keluarga sehat dan sejahtera; 3 Program skim pendanaan komoditas KUMKM melalui Resi Gudang; 69 Ibid, hal. 8. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 4 Kredit bagi usaha mikro dan kecil yang bersumber dari dana Surat Utang Pemerintah Nomor 005 SUP-005. b. Pengembangan Lembaga Kredit Mikro LKM baik bank maupun non bank; c. Pemberdayaan mikro dan usaha kecil melalui program Sertifikasi Tanah; d. Bantuan perkuatan secara selektif pada sektor usaha tertentu sebagai stimulant. 3. Pemberdayaan di bidang produksi melalui bantuan sektor usaha selektif sebagai stimulant: a. Program pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank padi; b. Program pengembangan usaha KUMKM melalui pengadaan bibit Kakao, Jambu Mente dan Jarak; c. Program pengembangan usaha penangkapan ikan; d. Program pengembangan usaha sarana penunjang perikanan; f. Program pengembangan usaha budidaya ternak; g. Program bantuan perkuatan alat pemecah batu; h. Program bantuan perkuatan pengolahan eceng gondok dan alat tenun bukan mesin; j. Program pengembangan penggunaan Liquit Petroleum Gas LPG dan bioenergi untuk mendukung kegiatan produksi UMKM; k. Program pemberdayaan UMKM melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari PLTMH; l. Pemberdayaan KUMKM melalui usaha pengolahan dan budidaya Rumput Laut. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 4. Pengembangan Jaringan Pemasaran: a. Promosi proyek UMKM; b. Modernisasi usaha ritel koperasi; c. Pengembangan sarana pemasaran UMKM; d. Pengembangan Trading Board dan Data Center; e. Pameran di dalam dan di luar negeri. 5. Pemberdayaan Sumberdaya UMKM: a. Penumbuhan Wirausaha baru; b. Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial Koperasi dan UMKM; c. Pengembangan kualitas layanan Koperasi; d. Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi kelompok usaha produktif; e. Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan dan pelatihan. 6. Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya UMKM dan Koperasi: a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan potensi kendala dan permasalahan Koperasi dan UKM; b. Diskusi permasalahan dan isu-isu strategis dalam proses pemberdayaan UMKM; c. Sosialisasi hasil-hasil kajian, penelitian, pengembangan dan diskusi pemberdayaan Koperasi dan UKM, melalui penerbitan buku, jurnal dan majalah Ilmiah; d. Pengkaderan dan pengawasan kinerja aparat dan Sumberdaya Koperasi dan UKM. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB III PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN

KOPERASI PEGAWAI NEGERI DEPARTEMEN AGAMA KOTA TEBING TINGGI

A. Syarat Pendirian Koperasi dan Tata Cara Pendirian Koperasi

Koperasi pada hakekatnya merupakan suatu perkumpulan orang-orang yang mempunyai satu kepentingan yaitu secara bersama-sama, bahu-membahu dengan penuh kegotong-royongan untuk mencapai suatu tujuan bersama yaitu peningkatan hidup masyarakat di lingkungan daerah kerjanya yang ekonominya sama relatif lemah. Sesuai dengan prinsip-prinsip dari suatu negara hukum yaitu hak-hak dan kewajiban dari warga negara dijamin oleh hukum, maka terbantulah suatu perkumpulan, seperti koperasi yang harus mempunyai dasar hukum. Dasar hukum koperasi adalah Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sebagai yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut, bahwa koperasi baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Peranan koperasi dalam hal ini adalah untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan memperkokoh perekonomian rakyat serta mengembangkan perekonomian nasional. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 55 Cara mendirikan koperasi adalah sesuai dengan Pasal 6 sampai dengan Pasal 14 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang meliputi: 1. Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang dan koperasi sekunder dibentuk oleh beberapa himpunan koperasi sekurang- kurangnya 3 tiga koperasi. 2. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar. 3. Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 4. Anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya: a. Daftar nama pendiri; b. Nama dan tempat kedudukan; c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha; d. Ketentuan mengenai permodalan; e. Ketentuan mengenai pengelolaan; f. Ketentuan mengenai keanggotaan dan rapat anggota; g. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; h. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; i. Ketentuan mengenai sangsi. Setelah melihat ketentuan di atas, maka syarat yang utama sebelum terbentuknya koperasi harus ada anggotanya. Sebagaimana yang ditegaskan di dalam Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pasal 6 Undang-undang No. 25 Tahun 1992, yang berbunyi sebagai berikut: a. Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang. b. Koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 tiga koperasi. Setelah itu diadakan rapat pembentukan dan dibuat suatu akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar Koperasi, juga membuat jumlah anggota, nama mereka yang diberikan kuasa untuk menandatangani akta pendirian tersebut. Penyusunan Anggaran Dasar memuat antara lain: 1. Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para pendiri anggota koperasi. 2. Nama lengkap dan nama singkatan koperasi 3. Maksud dan tujuan. 4. Ketegasan usaha. 5. Tempat dan kedudukan koperasi dan daerah kerjanya. 6. Syarat-syarat keanggotaan. 7. Ketetapan tentang permodalan. 8. Peraturan tentang tanggungjawab anggota. 9. Peraturan tentang pimpinan koperasi dan kekuatan anggota. 10. Ketetapan tentang quorum anggota. 11. Penetapan tahun buku. 12. Ketentuan tentang sisa hasil usaha pada akhir tahun buku. 13. Ketentuan mengenai sisa kekayaan bila koperasi dibubarkan. 70 Untuk mendapatkan status badan hukum dan koperasi tersebut, maka para pendiri tersebut harus mengadakan akta pendiriannya kepada pejabat yang berwenang yakni Pemerintah untuk mengesahkan Pasal 9 Undang-undang No. 25 tahun 1992. Namun, akta pendirian koperasi dalam perkembangannya dibuat dihadapan Notaris. Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 Tentang Notaris 70 Ninik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Op. Cit, hal. 35. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Sebagai Pembuat Akta Koperasi yang dikeluarkan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia. Adapun tata cara pendirian koperasi dapat dibagi menjadi 2 priode yaitu, tata cara pendirian koperasi sebelum berlakunya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, dan tata cara pendirian koperasi setelah berlakunya keputusan tersebut. Adapun tata cara pendirian koperasi adalah: 1. Sebelum berlakunya keputusan tersebut tata cara pendirian kopersi diatur dalam Pasal 6 - 14 Undang-undang No. 25 Tahun 1992, dan dalam pasal-pasal tersebut diuraikan syarat-syarat, prosedur dan akibat hukum pendirian koperasi seperti diuraikan berikut ini: a. Rapat Pembentukan Koperasi Sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang pendiri mengadakan rapat pembentukan Koperasi, dari rapat tersebut dibuatkan berita acara yang memuat catatan tentang hasil kesepakatan, jumlah anggota dan nama mereka yang diberi kuasa untuk menandatangani akta pendirian. Akta pendirian tersebut memuat Anggaran Dasar Koperasi yang disusun berdasarkan pedoman dalam Pasal 8 Undang-undang No. 25 Tahun 1992. b. Surat Permohonan Pengesahan Para pendiri mengajukan surat permohonan pengesahan pendirian Koperasi yang dilampiri dengan akta pendirian dan petikan berita acara rapat kepada Pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus dari Menteri Koperasi. Pada waktu menerima akta pendirian, Pejabat menyerahkan sehelai tanda terima yang bertanggal kepada para pendiri Koperasi. c. Pengesahan dan pendaftaran akta pendirian. Jika Pejabat Koperasi berpendapat bahwa isi akta pendirian Anggaran Dasar tidak bertentangan dengan Undang-undang, maka menurut ketentuan Pasal 10 ayat 2 Undang-undang No. 25 Tahun 1992 pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan setelah diterima permintaan pengesahan. Akta pendirian yang telah disahkan itu didaftarkan dalam buku daftar umum yang disediakan untuk keperluan itu di Kantor Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 Pejabat dengan dibubuhi tanggal dan nomor pendaftaran serta tanda tangan pengesahan Pejabat. Tanggal pengesahan akta pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya Koperasi. Sejak pengesahan tanggal itu, Koperasi yang bersangkutan adalah badan hukum Pasal 9 Undang-undang No. 25 Tahun 1992. d. Pengiriman akta pendirian kepada pendiri. Akta pendirian yang bermeterai dikirim kepada para pendiri untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Sedangkan akta pendirian yang tidak bermeterai disimpan di kantor Pejabat. Jika ada perbedaan antara dua akta pendirian tersebut, yang disimpan di kantor Pejabat dianggap benar. e. Pengumuman dalam Berita Negara. Setiap akta pendirian yang sudah disahkan diumumkan oleh Pejabat dengan menempatkannya dalam Berita Negara. Tetapi pengesahan sebagai badan hukum sejak pengesahan akta pendirian, bukan sejak diumumkan dalam Berita Negara. 71 2. Setelah berlakunya keputusan tersebut, pada hakekatnya memiliki perbedaa dengan masa sebelumnya, yaitu terletak pada pembuatan akta pendiriannya. Masa sebelum lahirnya keputusan ini, akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar Koperasi dibuat para pendiri melalui rapat yang beranggotakan minimal 20 dua puluh orang tanpa menyertakan peran Notaris. Namun, setelah dikeluarkannya keputusan tersebut, para pendiri koperasi harus membuat akta pendirian yang ditandatangani oleh Notaris koperasi yang diangkat pemerintah. Selebihnya, proses pendiriannya sama seperti yang telah diatur dalam Pasal 6 - 14 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. Menurut Budi Untung cara dan syarat pendirian koperasi meliputi: 1. Orang yang mendirikan Koperasi harus mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. 2. Memiliki tujuan yang sama. 3. Memenuhi syarat wilayah tertentu dan 71 Abdulkadir Muhammad, “Hukum Perusahaan Indonesia”, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 83 84. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 4. Telah membuat konsep anggaran dasar Koperasi. 72 Pemrakarsa pembentukan koperasi mengundang anggotanya untuk rapat pendirian koperasi, selanjutnya konsep anggaran dasar koperasi telah dipersiapkan lebih dahulu oleh panitia pendiri dan disahkan dalam rapat pendirian, dimana dibentuk pengurus dan pengawas. Selanjutnya pengurus koperasi sekaligus pendiri, berkewajiban mengajukan pengesahan pada pejabat yang berwenang, dengan melampirkan akta pendirian koperasi dan berita acara rapat pendirian. Dalam akta pendirian tersebut berisikan anggaran dasar koperasi yang telah disahkan dalam rapat pendirian dengan mencantumkan nama-nama anggota pengurus yang pertama yang diberi wewenang melakukan pengurus. Selanjutnya dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak diterimanya permohonan pengesahan, pejabat yang berwenang wajib memberikan keputusan diterima atau ditolaknya pengesahan tersebut. Jika ditolak, wajib diberitahukan secara tertulis alasan-alasan penolakan, dan selanjutnya pendiri boleh mengajukan permohonan pengesahan ulang dalam jangka waktu 1 bulan. Status koperasi menjadi badan hukum pada saat mendapat pengesahan, yaitu dengan diumumkannya akta pendirian koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dengan disahkannya sebagai badan hukum, maka koperasi mempunyai 72 Budi Untung, ”Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia”, Jogjakarta: Andi, 2005, hal. 27. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 status sebagai badan hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. 73

B. Alat Perlengkapan Koperasi

Koperasi sebagai organisasi ekonomi artinya, koperasi adalah sebuah perkumpulan yang bergerak dalam bidang ekonomi untuk rakyat yang miskin dan lemah ekonominya. Sehubungan dengan adanya pengelolaan koperasi, setiap anggota mempunyai hak yang sama, termasuk hak suaranya yaitu satu orang untuk satu suara. Jika tidak tercapai kata sepakat dalam rapat, maka harus diputuskan dengan pemungutan suara. Disini terlihat praktek demokrasi berlaku dalam koperasi. Setiap anggota koperasi harus ikut serta secara aktif dalam kegiatan usaha koperasinya. Untuk memperlancar tugas-tugas koperasi, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan usaha koperasi, maka perkumpulan koperasi harus mempunyai satu organisasi yang diatur dengan baik. Di samping itu setiap usaha koperasi harus didasarkan kepada alat perlengkapan organisasi yang terdiri dari: 1. Rapat Anggota; 2. Pengurus Koperasi; 3. Badan Pengawas. 74 Di samping ketiga macam alat perlengkapan koperasi yang disebutkan diatas, koperasi dapat pula membentuk sebuah Dewan Penasehat, yang anggota-anggotanya 73 Ibid, hal. 28. 74 Sagimun M.D., ”Koperasi Soko Guru Ekonomi Nasional Indonesia”, Cetakan Ketiga, Jakarta, tanpa penerbit, 1989, hal. 84. Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008 terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang perkoperasian dan dibutuhkan nasehat-nasehatnya. Oleh karena itu maka disebut juga Dewan Penasehat, tetapi badan ini tidak boleh mengurangi hak dan wewenang ketiga alat perlengkapan koperasi tersebut, karena badan ini bukan merupakan alat perlengkapan koperasi. Tugas dari penasehat ini adalah mendampingi pengurus dan badan pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Badan ini memberi nasehat baik itu diminta maupun tidak diminta. Wewenang dan tanggungjawab alat-alat perlengkapan merupakan kunci keberhasilan usaha koperasi.

1. Rapat Anggota