mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.
41
Pada tahun 1960, perkoperasian di Indonesia dikelola oleh Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan
Masyarakat Desa Transkopemada, di bawah pimpinan seorang Menteri. Kemudian di tahun 1963 Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi. Pada tahun
1964, Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan Koperasi.
3. Periode Tahun 1966-2006
Pada tahun 1966 Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri. Namun di tahun yang sama, Departemen Koperasi dirubah menjadi Kementerian Perdagangan
dan Koperasi di bawah pimpinan Sumitro Djojohadikusumo. Setahun kemudian yakni pada tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian pada tanggal 18
Desember 1967. Koperasi masuk dalam jajaran Departemen Dalam Negeri dengan status Direktorat Jenderal.
Pada tahun 1968, kedudukan Direktorat Jenderal Koperasi dilepas dari Departemen Dalam Negeri, digabungkan ke dalam jajaran Departemen Transmigrasi
dan Koperasi. Namun, pada tahun 1974, Direktorat Jenderal Koperasi kembali mengalami perubahan yaitu digabung ke dalam jajaran Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi. Di tahun 1978, Direktorat Jenderal Koperasi masuk
41
Rasyid Yusuf, Nyoman Suprastha dan Widayatmoko, “Ekonomi Koperasi”, Cetakan Kedua, Jakarta: Yayasan Mpu Ajar Artha, 2000, hal. 17.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
dalam Departemen Perdagangan dan Koperasi. Untuk memperkuat kedudukan koperasi dibentuk pula Menteri Muda Urusan Koperasi.
Pada tahun 1992 pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, selanjutnya mencabut dan tidak berlakunya lagi
Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Setahun kemudian pada tahun 1993, berdasarkan Keputusan Presiden No. 96 Tahun 1993
tentang Kabinet Pembangunan VI dan Keppres Nomor 58 Tahun 1993, telah terjadi perubahan nama Departemen Koperasi menjadi Departemen Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha Kecil. Pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 1998, tanggal 14 Maret 1998, dan Keppres Nomor. 102 Tahun 1998 telah terjadi penyempurnaan nama Departemen Koperasi dan Pembinaan Penguasaha Kecil
menjadi Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil, hal ini merupakan penyempurnaan yang kritis dan strategis karena kesiapan untuk melaksanakan
reformasi ekonomi dan keuangan dalam mengatasi masa krisis saat itu serta menyiapkan landasan yang kokoh, kuat bagi Koperasi dan Penguasaha Kecil dalam
memasuki persaingan bebasera globalisasi yang penuh tantangan.
42
Pada tahun 1999, melalui Keppres Nomor 134 Tahun 1999 tanggal 10 November 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
42
Pandji Anoraga, “Sejarah Kelembagaan Koperasi”, diakses di http:\\www.depkop.go.id,
Jum’at, 23 Mei 2008.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Kerja Menteri Negara, maka Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah.
Kemudian pada tahun 2001, melalui Keppres Nomor 101 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara, maka dikukuhkan kembali Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan menetapkan bahwa:
a Berdasarkan Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Pemerintah, maka Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi
dan Pengusaha Kecil Menengah dibubarkan.
b Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan UKM ditetapkan membawahi Setmeneg, Tujuh Deputi, dan Lima Staf Ahli.
Kebijakan ini belum mengalami perubahan sampai awal tahun 2006.
43
B. Dasar Hukum Koperasi dan Tujuan Koperasi
Koperasi mempunyai arti bekerjasama antara orang-orang yang bermoral untuk mencapai suatu tujuan kemakmuran secara bersama-sama yang berasaskan
kekeluargaan.
44
Frank Robotko dalam tulisannya berjudul A Theory of Cooperative, mengemukakan bahwa kebanyakan ekonom-ekonom Amerika Serikat yang telah
menulis tentang teori koperasi, pada umumnya menerima ide-ide umum tentang perkumpulan koperasi cooperative business association sebagai berikut:
43
Ibid.
44
Rahayu Hartini, “Hukum Komersial”, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 1974, hal. 101.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
a. Suatu perkumpulan koperasi adalah suatu bentuk badan usaha atau persekutuan
ekonomi, yakni suatu perkumpulan yang anggota-anggotanya adalah para langganannya patrons. Koperasi diorganisasikan oleh mereka dan pada dasarnya
dimiliki dan diawasi oleh para anggota dan bekerja untuk kemanfaatan mereka, hal ini sangat berlawanan dengan unit-unit usaha yang bekerja untuk kemanfaatan
atau keuntungan bagi para pemilik modal atau para penerima upah.
b. Mengenai teknik organisasi dari teknik operasional, pembagian, dan praktik
usahanya terhadap kesesuaian pendapat dengan apa yang disebut Rochdale Principle, misalnya berdagang dengan harga umum, pembagian sisa hasil usaha
menurut jasa anggota, menolak pemberian suara yang diwakili proxy voting, pengawasan hanyalah oleh anggota yang aktif active partrons members,
pembayaran yang rendah oleh para anggotanya untuk keanggotaannya, netral dalam politik dan agama, dan seterusnya.
c. Selanjutnya Frank Robotko mengutip pendapat J.D. Black yang mengemukakan
bahwa koperasi sebagai struktur ekonomi merupakan suatu kombinasi horizontal dari unit-unit yang dikoordinasikan, yang melayani berbagai tujuan dari unit-unit
itu. Akan tetapi, bila integrasi vertikal dipertimbangkan baik ke depan terhadap para konsumen horizontal adalah perlu di antara unit-unit yang terlalu kecil untuk
melaksanakan integrasi vertikal secara individual. Dalam pada itu E.G. Nourse memandang bahwa koperasi adalah suatu alat untuk mengefektifkan organisasi
berskala besar, merupakan suatu proses integrasi vertikal, dan integrasi horizontal.
d. Mengenai hubungan ekonomi yang terjadi di antara anggota suatu koperasi, Black
mengatakan bahwa koperasi merupakan antitesis dari persaingan, yakni bahwa anggota-anggota lebih bersifat bekerjasama dari pada bersaing di antara mereka
sendiri.
e. Pengakuan atas implikasi dari bentuk bukan kumpulan modal dan bukan
mengejar keuntungan dari koperasi yang bertitik tolak dari prinsip-prinsip Rochdale di mana Nourse telah menunjukkan bentuk organisasi demikian yaitu
suatu bentuk yang sangat berbeda dengan sebuah perseroan yang mengejar keuntungan dan bekerja dengan suatu rencana atau skema khusus untuk
memperoleh keuntungan.
f. Keanggotaan di dalam koperasi lebih mendasarkan kepada anggota secara
perseorangan daripada atas dasar yang bersifat finansial bukan perorangan impersonal financial basis. Orang akan secara sukarela bergabung atas dasar
keinginan mereka sendiri, penilaian perseorangan dan kesanggupan serta kemauan untuk menepati janji termasuk di dalamnya pelaksanaan timbal balik
terutama terhadap risiko dan biaya-biaya.
g. Koperasi merupakan suatu wadah di mana para anggotanya secara lebih efektif
menunjukkan fungsi-fungsinya yang tertentu, proses atau aktivitas-aktivitas yang berhubungan secara integral dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dari para anggota
Koperasi semacam ini bukan suatu unit ekonomi yang mengejar karier ekonomi yang bersifat bebas peruses, each own independent economic carrier.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
h. Keanggotaan dalam koperasi yang sungguh-sungguh tidak ditentukan oleh
pengikutsertaan modalnya, akan tetapi oleh partisipasinya dalam kegiatan- kegiatan koperasi yang bersangkutan. Modal koperasi yang demikian terlepas
sama sekali dari konotasi entrepeneur yang tradisional traditional entrepreneurial connotation dan didasarkan atas dasar pinjaman.
i. Karena suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kooperatif adalah suatu usaha
yang timbal balik, maka anggota-anggota koperasi itu setuju untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dalam usaha memperoleh keuntungan timbal balik dalam
hubungannya dengan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu yang biasa berlaku dalam mencapai tujuan ekonomi mereka, yang bukan anggota adalah bukan
bagian dari perkumpulan semacam ini. Oleh karena itu, tidak konsisten koperasi melayani mereka.
45
R.M. Margono Djojohardikoesoemo menyatakan bahwa “koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak
bekerjasama untuk memajukan ekonominya.
46
Soeryaatmaja memberikan definisi “koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak
memandang haluan agama dan politik dan secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.
47
Wirjono Prodjodikoro mendefinisikan “koperasi adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang ingin
bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja.”
48
45
Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Op. Cit, hal. 17-18.
46
R.M. Margoro Djojohadikoesoemo, ”Sepuluh Tahun Koperasi :Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah 1930-1940”, Batavia-C: Balai Pustaka, 1941, dalam Ibid, hal. 19.
47
Ibid, hal. 19.
48
Wirjono Prodjodikoro, ”Hukum Perkumpulan, Perseroan, dan Koperasi di Indonesia”. Jakarta: Dian Rakyat, 1969, dalam Ibid, hal. 19.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Mohammad Hatta dalam bukunya “The Cooperative Movement in Indonesia, mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
49
Mohammad Hatta dalam pidatonya tanggal 12 Juli 1951 mengatakan sebagai berikut:
Apabila kita membuka UUD 1945 dan membaca serta menghayati isi Pasal 38, maka tampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas
tujuan yang satu. Tujuannya ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerja
sama antara mereka yang berusaha sebagai keluarga. Di sini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin dan pekerja. Segala
yang bekerja adalah anggota dari koperasinya, sama-sama bertanggung jawab atas keselamatan koperasinya itu. Sebagaimana orang sekeluarga bertanggung
jawab atas keselamatan rumah tangganya, demikian pula para anggota koperasi sama-sama bertanggung jawab atas koperasi mereka. Makmur
koperasinya, makmurlah hidup mereka bersama, rusak koperasinya, rusaklah hidup mereka bersama.
50
Yang dimaksudkan dengan Pasal 38 dalam pidato Muhammad Hatta tersebut adalah Pasal 38 UUDS 1950, yang isinya sama persis dengan Pasal 33 UUD 1945,
yaitu: 1
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 2
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
3 Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
49
Muhammad Hatta dalam Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit., hal. 19.
50
Ibid, hal. 19-20.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dari berbagai definisi dan pengertian koperasi, pada umumnya terdapat beragam unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu:
a. Merupakan perkumpulan orang, bukan semata perkumpulan modal;
b. Adanya kesamaan baik dalam tujuan, kepentingan maupun dalam kegiatan
ekonomi, yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi; c.
Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi; d.
Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi untuk kepentingan kesejahteraan anggota;
e. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan gotong-royong.
Untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat adil dan makmur seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dengan
berlandaskan Pancasila seperti tertuang dalam Bab II, Bagian Pertama, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang berlandaskan
kekeluargaan yang sudah berurat berakar dalam jiwa raga kepribadian bangsa Indonesia.
Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia, Koperasi Indonesia harus menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai cermin kehidupan,
berbangsa dan bernegara dengan adanya unsur Ketuhanan Yang Maha Esa, kegotong- royongan dalam arti bekerjasama, saling bantu membantu kekeluargaan dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian, meskipun Koperasi merupakan usaha bersama, namun hal
ini lain dengan Maatschap seperti diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Perdata KUH Perdata yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas perseorangan atau individualistik. Dalam koperasi yang dimaksud dengan usaha
bersama di sini adalah berdasarkan kekeluargaan, dengan pengertian bukan merupakan asas keakraban.
Adapun dasar hukum koperasi yaitu: a.
Terbentuknya Kementerian Koperasi dan usaha Kecil dan Menengah berdasarkan:
1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228 M Tahun 2001.
2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Tata Kerja Menteri Negara.
3 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
4 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara. 5
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Tata Kerja, dan Susunan Organisasi Kementerian Koperasi dan UKM.
6 Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Merupakan dasar hukum Perkoperasian sejak 21 Oktober 1992 berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sehingga
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok Perkoperasian dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum
diganti berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Karena itu Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 dinyatakan
masih berlaku sebagai Dasar Hukum Perkoperasian di Republik Indonesia.
51
b. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah UKM. 1
Tugas dan Fungsi Kementerian Koperasi dan UKM telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negera Republik Indonesia, Pasal 94 dan Pasal 95 yaitu membangun dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi
kebijakan di bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam melaksanakan tugas Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
2 Sedangkan fungsi dan peran Koperasi Indonesia di dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992, membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dalam masyarakat pada
51
Sukanto Reksohadiprodjo, ”Managemen Koperasi”, edisi 5, Jogjakarta: BPFE UGM, 1998, hal. 2.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Koperasi membantu para anggotanya untuk meningkatkan penghasilannya.
52
a Perumusan kebijakan dan Pemerintah di bidang pembinaan Koperasi dan
UKM b
Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan penyusunan rencana dan program, pemantauan analisis dan evaluasi Koperasi dan UKM.
c Pengikatan peran serta masyarakat di bidang Koperasi dan UKM.
d Pengkoordinasian kegiatan operasional lembaga pengembangan sumber
daya ekonomi rakyat. e
Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
3 Kewenangan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah UKM
antara lain: a
Penetapan kebijakan di bidang Koperasi dan UKM untuk mendukung pembangunan secara makro.
b Penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimum yang
wajib dilaksanakan oleh KabupatenKota Daerah. c
Penyusunan Rencana Nasional secara makro di bidang Koperasi dan UKM.
52
RT. Sutantya Rahardja Hadikusuma, ”Hukum Koperasi Indonesia”, Cetakan II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 4.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
d Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian, pedoman, pelatihan atas supervisi di bidang Koperasi dan UKM.
e Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama negara di bidang Koperasi dan UKM. f
Penerapan standar pemberian izin oleh Daerah di bidang Koperasi dan UKM.
g Penerapan kebijakan sistem informasi Nasional di bidang Koperasi dan
UKM. h
Penerapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang Koperasi dan UKM.
i Penerapan pedoman akuntansi Koperasi dan UKM.
j Penetapan pedoman tata kerja penyertaan modal dan Koperasi.
k Pemberian dukungan dan kemudahan dalam pengembangan sistem
distribusi bagi Koperasi dan UKM. l
Pemberian dukungan dan kemudahan dalam kerjasama antara Koperasi dan UKM serta kerjasama dengan badan lainnya.
Hakikat koperasi dari ungkapan Charles Gide, yang berbunyi bahwa koperasi “kalau mau berkembang dan tetap setia pada dirinya sendiri dan tidak menyimpang
menjadi bentuk lain, maka nilai-nilai moral yang mendasarinya harus merupakan realita-realita hidup dalam kegiatan maupun tingkah laku orang-orang koperasi”.
53
53
Andjar Pachta W., dkk, Op.Cit, hal. 21.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan perkataan lain, hakikat koperasi bukan ditentukan oleh nama yang disandangnya atau hak badan hukum yang diperolehnya dari pemerintah, akan tetapi
apakah asas dan prinsip-prinsipnya sudah merupakan realita-realita hidup dalam kegiatan maupun tingkah laku koperasi dan anggotanya.
Dalam Pasal 11, Bagian Kedua, Pasal 3 Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang tujuan Koperasi Indonesia seperti memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
54
Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan
himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
55
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan
bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi seperti digunakannya sistem pembuktian yang baku, diadakannya pemeriksaan secara
periodik, adanya cadangan, dan sebagainya.
54
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Op. Cit, hal. 40.
55
Andjar Pachta, W.dkk., Op. Cit, hal. 21.
Pahrullaili : Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi: Studi Pada Koperasi Pegawai…, 2008 USU e-Repository © 2008
Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti kedermawanan philantropis, tetapi lebih unsur menerangkan kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar
sesama anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar
masuk anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan jasanya, serta menolong diri sendiri.
56
Koperasi bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang masuk golongan kurang mampu dalam hal kekayaan kleine luiden yang ingin meringankan beban
hidup atau beban kerja. Persamaan dengan bentuk usaha lain adalah sama-sama mengejar suatu
keuntungan kebendaan stoffelijk voordeel. Perbedaannya adalah bahwa biasanya koperasi didirikan oleh orang-orang yang benar-benar memerlukan sekali kerja sama
ini untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan orang-orang yang mendirikan bentuk usaha lain sebenarnya masing-masing dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dengan
mendapat cukup keuntungan tetapi mereka ingin memperbesar keuntungan ini.
C. Nilai dan Prinsip-prinsip Koperasi