Perceiving: Solusi-solusi yang fleksibel

65 Tabel 4. Rekapitulasi Penilaian terhadap Rancangan Bahan Perkuliahan Penelitian Laboratorium Konteks Batu Gamping Berbasis PSDM Tahapan STL Kesesuaian materi dengan kurikulum Ketepatan gambar dan tugas Kesesuaian materi : kemampuan mahasiswa CVR rata- rata Tahap Kontak CVR CVR CVR 1. Konversi lahan gambut dan netralisasi pH lahan gambut 1 0,66 0,66 0,77 2. Kapur Tohor dan kapur padam 0,66 1 1 0,88 3. Bahan Pemutih 1 0,66 1 0,88 4. Pupuk an Organik 0,66 0,66 1 0,88 5. Penjernihan air 0,66 0,66 1 0,66 CVR 0,81 Tabel 5. Rancangan bahan perkuliahan penelitian laboratorium konteks berbasis PSDM dengan nilai pada tahap kontak dengan nilai CVR Tahapan Elaborasi Tujuan Perkuliahan Ketepatan materi konten dan konteks Kesesuaian antara konten dan konteks Kesesuaian materi dengan kurikulum tujuan perkuliahan Ketepatan gambar, ilustrasi, Kesesuaian materi dengan kemampuan mahasiswa CVR rata- rata CVR CVR CVR CVR CVR 1. Mahasiswa dapat menerapkan konsep batu gamping pada penelitian laboratorium berbasis PSDM 0,66 0,66 1 1 0,66 0,79 2 . Mahasiswa dapat menerapkan konsep pembentukan batu gamping pada penelitian laboratorium berbasis PSDM 1 1 0,66 1 0,66 0,86 3. Mahasiswa dapat menerapkan konsep sifat fisik-kimia batu gamping pada penelitian laboratorium berbasis PSDM 0,66 0,66 0,66 0,66 1 0,72 Tahap Nexus CRV CRV CRV CRV CRV CVR rata- rata 1. Contoh soal 1. Pembentukan batu gamping 1 0,66 0,66 1 1 0,86 2. Contoh soal 2. Sifat fisik batu gamping 1 1 0,66 0,66 0,66 0,79 3. Tugas 0,66 0,66 0,66 1 1 0,79 CVR 0,80 Pada Tabel 5 menunjukkan rancangan bahan perkuliahan penelitian laboratorium konteks berbasis PSDM dengan nilai pada tahap kontak dengan nilai CVR 0,80 artinya responden mempunyai persfektif baik terhadap kesesuaian materi dengan kurikulum 2013, ketepatan gambar, serta kesesuaian materi dengan kemampuan mahasiswa, dengan CVI hitung 0,80 0,67 nilai batas minimum CVI tabel. Hal ini menunjukkan bahwa tahapan penyusunan bahan ajar STL pada tahap kontak alur konversi lahan gambut dan netralisasi pH lahan gambut, kapur tohor dan kapur padam, bahan pemutih, pupuk anorganik, dan penjernihan air memberikan kesesuaian dengan teks keluaran. Demikian juga pada tahap elaborasi yaitu dimana mahasiswa dapat menerapkan konsep batu gamping, pembentukannya, sisfat fisika kimianya pada 66 penelitian laboratorium berbasis PSDM. Selain itu tahap nexus memahami contoh serta menyelesaikan tugas rancangan PL berbasis PSDM terkait batu gamping, hal ini ditunjukkan pada nilai CVR 0,66-1menunjukkan persfektip yang baik berdasarkan ketepatan materi konten dan konteks, kesesuai antara konten dan konteks, kesesuaian materi dengan kurikulum,ketepatan gambar, dan kesesuaian materi dengan kemampuan mahasiswa dengan nilai CVI hitung 0,81 CVI tabel 0,67, dalam hal ini tingkat kesesuaian yang amat baik. Tingkat penerimaan mahasiswa kepada bahan ajar melalui analisis materi subjek batu gamping berbasis PSDM. Komponen pertama MER adalah klarifikasi struktur konten yaitu klarifikasi materi subjek dan analisis signifikansi pendidikan. Pada penelitian ini ada empat buku teks yang dijadikan acuan dalam melakukan analisis konten secara kualitatif. Secara keseluruhan tampilan naskah dari beberapa buku teks meliputi: pengantar, isi pokok, penilaian, dan rangkuman. Konten sains harus diproses sesuai dengan rekonstruksi didaktis Duit, 2012. Sehingga struktur konten asli dari buku teks asli yang sudah ditetapkan, dipindahkan kedalam struktur konten perkuliahan melalui tahap elementasi dan konstruksi “proses penyederhanaan ” untuk pengurangan tingkat kesulitan bahan ajar agar mahasiswa dapat memahami dengan mudah melalui penghalusan, penyisipan dan penghapusan kata atau frasa. Tahap Kontak, dikembangkan isu- isu serta beberapa permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar yaitu, isu konversi lahan gambut, konversi batu gamping menjadi bahan semen, bahan bleching pemutih, defisiensi unsur hara tanaman, dan penjernihan air. Dalam hal ini agar mahasiswa menyadari dan membuka cakrawala berpikirnya bahwa material bahan gamping merupakan sesuatu yang penting dipahami dan ditelusuri untuk kebutuhan pengembangan ilmu dan sains. Tahap Kuorisiti, pada tahap ini mahasiswa diberikan pertanyaan PSDM sesuai dengan isu atau fakta yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. 1. Tahap Elaborasi, pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep sampai pada tahap kuriositi dapat terjawab. 2. Tahap pengambilan keputusan, melakukan analisis dan evaluasi terhadap masalah yang ada. Tahapan ini mengajak mahasiswa menggali jawaban terkait dengan konteks permasalahan melalui berbagai proses penelusuran terkait batu gamping. 3. Tahap Nexus, tahap ini merupakan fase dekontekstualisasi dan rekontekstualisasi. Penyajian susunan wacana teks yang telah dijabarkan pada bahan perkuliahan yang dirangkum untuk proses pengambilan intisari. Dalam hal ini konteks lain yang dikembangkan adalah mengenai pembentukan batu gamping, sifat fisika kimia, dan berbagai aplikasi pada bidang kehidupan. Perspektif mahasiswa terhadap isu PL terkait batu gamping berbeda-beda. Berdasarkan wawancara dengan 10 pertanyaan pada 10 mahasiswa angkatan yang berbeda-beda yaitu bagaimana keterkaitan konsep batu gamping pada konteks penelitian. Pertanyaan nomor 1-5 menanyakan prakonsepsi mahasiswa tentang batu gamping sedangkan pertanyaan 6-10 menanyakan tentang sikap dan ketertarikan mahasiswa terhadap isu kimia bahan galian batu gamping yang telah berkembang. Pada Tabel 6 pertanyaan nomor 1 dan 2 pada hanya 20 menjawab pernah mendengar dan membacanya. Nomor 3 dijawab benar hanya 10. Melihat pola jawaban yang diberikan 10 mahasiswa, dapat diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa tentang batu gamping sebagai prospek PL kimia masih sangat minim blank mind. Pertanyaan nomor 4 pada hanya dijawab benar 40, selebihnya pada penggunaan secara fisik saja. Nomor 5, 100 menjawab secara singkat tanpa penjelasan konkrit. Pertanyaan nomor 6 sebanyak 20 memberikan alasan dengan sikap yang diinginkan. Pertanyaan nomor 7 dijawab baik oleh 100 mahasiswa.Pertanyaan nomor 8 dijawab 100 mahasiswa pendapat yang sangat dangkal. Pertanyaan nomor 9 dijawab 100 mahasiswa, dengan tidak ada keterkaitan antara PL dengan mata kuliah. Pertanyaan nomor 10, 100 menunjukkan respon yang sangat baik. Berdasarkan wawancara tersebut dapat dikatakan 80 mahasiswa sangat minim memahami batu gamping sebagai prospek penelitian kimia. Sehingga perlu dimunculkan perkuliahan PL konteks batu gamping berbasis PSDM. 67 Tabel 6. Pedoman Wawancara Mahasiswa No. Pertanyaan Tanggapan 1. Apakah kamu pernah membaca atau mengetahui tentang kimia batu gamping sebagai bahan penetral keasaman tanah, bahan pembuatan semen, bahan pemutih, sebagai pupuk anorganik, dan penjernih air? 2. Dari manakah kamu mendapatkan informasi tersebut? 3. Menurut pendapatmu apakah batu gamping sangat berarti bagi perkembangan penelitian kimia? 4. Berikanlah salah satu contoh aplikasi batu gamping pada kehidupan yang pernah anda ketahui. 5. Apakah anda pernah mendengaratau membaca tentang permasalahan kimiawi menyangkut batu gamping? Menurut pendapatmu, adakah perbedaan pemahaman anda pada batu gamping yang anda lihat selama ini dengan batu gamping pada prospek kimiawi? 6. Apakah yang kamu pikirkan tentang gambar dibawah ini 7. Bila ada permasalahan yang anda temui di lingkungan sekitar anda. Solusi apa yang anda dapat berikan, bila hal itu dapat diselesaikan dengan cara mengaplikasikan keberadaan batu gamping? 8. Pernahkah anda mendengar prinsip-prinsip tentang pengelolaan lingkungan dengan pemanfaatan batu gamping?, keuntungan apakah yang anda dapat peroleh jika mengikuti prinsip kimiawi batu gamping? 9. Apakah bahan perkuliahan yang kamu gunakan telah mengkaitkan antara konten kimia bahan galian dengan konteks penelitian laboratorium? 10. Menurut anda, perlukah perkuliahan kimia bahan galian dirancang menjadi suatu prospek penelitian laboratorium ? apa alasan anda? KESIMPULAN Temuan dan analisis data penelitian memiliki karakteristik bahan ajar yang dikembangkan melalui MER yaitu: bahan ajar dikembangkan sesuai dengan aspek kompetensi dan sikap PSDM-MBT, konteks pembelajaran disesuaikan dengan isu sosial-ilmiah PSDM dan kurikulum 2013, konten perkuliahan disesuaikan dengan tingkat kognitif mahasiswa kriteria accesible, peracangan bahan perkuliahan menggunakan urutan pengajaran STL dengan tahap perkuliahan berbasis PSDM, konsep PL konteks kimia batu gamping yang berbasis PSDM. 1. Perspektif mahasiswa terhadap isu PL konteks batu gamping berbasis PSDM digali melalui hasil wawancara, 80 prakonsepsi salah terhadap penelitian. 2. Penilaian bahan ajar keseluruhan meliputi : 1.Ketepatan materi konten dan konteks, 2 Kesesuaian antara konten dan konteks, 3 Kesesuaian materi dengan kurikulum tujuan pembelajaran, 4 Ketepatan gambar dan tugas percobaan, dan 5 Kesesuaian materi dengan kemampuan mahasiswa. Berdasarkan poin penilaian tersebut maka diperoleh CVR rata-rata untuk bahan ajar perkuliahan adalah 0,84. CV Ih CV It 0,83 0,68 ini menandakan bahwa bahan perkuliahan yang dihasilkan layak untuk mahasiswa pendidikan kimia. DAFTAR PUSTAKA Donnel CM, Cristine O, Michael K S. 2007. ”Developing Practical Chemistry Skill by Means of Students- Driven Problem Based Learning Mini- Projects Mini”. Journal Chemistry Education Research and Practice. 8, 2,130-139. Duit R, Harald G, Kattmann U, Komorek M, Ilka P. 2012. ” The Model of Educational Reconstruction-A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Science Education Research and Practice in Europe. Huitt G, William. 1992. “Problem solving decision making, consideration of individual differences using the Meyers Briggs Type Indicator. [online] Avalaible: http:www.edssyanteractive.orgpgpersprbsm Ross MS, Morrison GR. 2003. Hand Book: Research Methods in Experimental. The University of Memphis Wayne State University. Aect.orgedteched 138 pdf. 68 PEMANFAATAN JEJARING SOSIAL “FACEBOOK” PADA DISKUSI ISU SOSIOSAINTIFIK UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI MAHASISWA Yanti Herlanti Pendidikan Biologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yantiherlantiuinjkt.ac.id Abstrak Makalah ini memaparkan cara memanfaatkan jejaring sosial “facebook” sebagai media diskusi isu sosiosaintifik. Jejaring sosial “facebook” merupakan media yang popular di Indonesia. Ada sekitar 50 juta pengguna facebook di Indonesia, namun pemanfaatannya masih bersifat entertainment. Padahal dunia pendidikan dapat memanfaatkan facebook sebagai media diskusi, terutama diskusi isu sosiosaintifik. Diskusi isu sosiosaintifik adalah diskusi isu-isu sains yang dipandang tidak hanya dengan sudut pandang sains tetapi juga sosial yaitu politik, ekonomi, budaya, dan etika. Beberapa penelitian menunjukkan diskusi isu sosiosaintifik lebih mudah meningkatkan keterampilan berargumentasi. Facebook dimanfaatkan sebagai media diskusi isu sosiosaintifik karena, facebook memiliki fasilitas grup. Fasilitas grup dapat mengumpulkan partisipan dalam satu kelompok diskusi. Fasilitas kirim tulisan dan komentar yang bersifat interaktif dapat dimanfaatkan sebagai media diskusi antara partisipan. Kata Kunci: jejaring sosial, facebook, diskusi isu sosiosaintifik, argumentasi. PENDAHULUAN Penggunaan jejaring sosial facebook facebookers Indonesia cukup banyak, namun pemanfaatannya dalam bidang pendidikan masing kurang. Padahal jejaring sosial ‘facebook’ mempunyai beberapa kelebihan yang berpotensi untuk digunakan dalam pembelajaran. Jejaring sosial memiliki karakter interaksi dan umpan balik, sehingga antar partisipan dapat berhubungan, berbagi, dan berkolaborasi Bosman Zagenczyk, 2011, serta dapat melakukan konstruksi pengetahuan secara kolaboratif Serrano, 2011. Selain itu menurut Brunsell Cimino 2009: sifat komunikasi tulis secara maya pada jejaring sosial menciptakan lingkungan belajar yang bersifat partisipatif dan ramah bebas dari waswas dan malu. Salah satu pemanfaatan jejaring sosial dalam pembelajaran sains adalah sebagai media diskusi isu sosiosaintifik. Diskusi isu sosiosantifik adalah permasalahan atau isu sainstifik yang menimbulkan kontroversi di masyarakat karena dipengarui oleh sudut pandang sosial politik Salder Zeidler, 2004; Sadler, 2011; Dawson Venville, 2009; Robert Gott, 2009. Kelebihan diskusi isu sosiosaintifik menurut Cross et al. 2008 adalah sangat efektif dalam mengkontruksi pengetahuan, karena para pelajar mengemukakan ideanya, bertanya, memberikan umpan balik, dan mengevaluasi idenya. Kelebihan lainnya menurut penelitian Osborne 2005, Chang Chiu 2008, dan Dawson Venville 2009 adalah peningkatan kemampuan argumentasi pelajar. Menurut Osbone, Eduran Simon 2005; McNeill, 2009 peningkatan kemampuan argumentasi terjadi karena partisipan diskusi membangun, mempertimbangkan, dan mendebatkan argumennya, sehingga terjadi keluasan diskusi tidak hanya melibatkan pengetahuan saintifik, tetapi sosial, politik, etika atau nilai. Kelebihan lainnya menurut Osborne 2005 diskusi isu sosiosaintifik peningkatan partisipasi dalam diskusi, karena partisipan berargumen dengan berbagai sudut pandang. Facebook menawarkan sebuah media diskusi isu sosiosaintifik untuk meningkatkan keterampilan berargumentasi. Makalah ini akan memaparkan bagaimana memanfaatkan facebook sebagai sarana diskusi isu sosiosaintifik yang dapat meningkatkan keterampilan berargumentasi partisipan diskusi. DISKUSI ISU SOSIOSAINTIFIK Selama tahun 1970-1990-an diyakini bahwa strategi Science Technology Society STS merupakan cara terbaik untuk mempromosikan literasi sains DeBoer, 1991. Yager 1996 menyatakan STS bertolak dari isu yang kemudian digunakan untuk mengorganisasikan pembelajaran sains di sekolah. Pada STS pembelajar 69 berperan merencanakan dan melaksanakan aktivitas pemecahan masalah berdasarkan isu-isu yang berkembang dalam masyarakat. Pada masa kini 2000-an, STS saja dipandang belum lengkap. Zelder et al. 2005 menyatakan pengetahuan dan pemahaman tentang keterkaitan antara ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat, dan lingkungan merupakan komponen utama dari pengembangan literasi sains, tetapi konteksi antara kompetensi utama tersebut sangat berkaitan dengan “keyakinan” yang bersumber dari kognitif personal dan perkembangan moralnya. Keyakinan ini akan memunculkan perbedaan persepsi atau pluralisme pendapat, dan STS belum mengakomodasi ini. Zelder et al. 2005 mengusulkan perlunya melibatkan unsur sosisiosaintifik untuk mempromosikan literasi sains. Unsur-unsur sosiosaintifik yang dapat meningkatkan literasi sains terlihat pada Gambar 1. Isu budaya, kritis, kasus, dan saintifik kemudian diistilahkan dengan isu sosiosaintifik. Dawson Venville 2009 menafsirkan isu sosiosaintifik sebagai isu berbasis konsep dan masalah sainstifik, kontroversi yang terjadi, dan diskusi publik yang banyak dipengaruhi sosial politik. Chang Chiu 2008 menyatakan isu-isu sosiosaintifik terjadi karena hubungan sains dan sosial. Robert Gott 2009 menyatakan isu sosiosaintifik melibatkan komponen sosial sebagaimana keterlibatan saintifik. Berdasarkan definisi di atas, isu sosiosaintifik adalah isu kontroversial terkait dengan sains yang terjadi di masyarakat. Kontroversial terjadi karena isu tersebut dipandang dari berbagai sudut pandang, tidak hanya dari sudut pandang sains tetapi juga sudut pandang budaya, sosial politik, moral dan etika. Gambar 1. Unsur-unsur sosiosaintifik meningkatkan literasi sains Zeidler, et al., 2005 Promosi literasi sains melalui pendekatan isu sosiosaintifik di kelas sains dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya diskusi. Menurut Lewis 2003 diskusi isu sosiosaintifik memiliki kelebihan, yaitu menjadikan kelas sains lebih hidup karena adanya perdebatan saintifik, pembelajaran sains pun mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan membuat keputusan. Beberapa penelitian menunjukkan diskusi isu sosiosaintifik dapat mempromosikan literasi sains Osborne, 2005; Dawson Venville, 2009; Marreo Mensah, 2010; Nuangchalernm, 2010. Penelitian lain menggambarkan diskusi isu sosiosaintifik di kelas sains, membuat sains lebih manusiawi dan lebih menarik bagi siswa. Lee 2008 menyatakan strategi hakikat sains melalui diskusi isu sosiosaintifik NOS SSI telah mengubah pandangan siswa terhadap sains. Sains semula digambar sebagai kegiatan laboratorium yang kaku menjadi lebih humanis. NOS SSI pun telah membuat siswa terpacu untuk mencari informasi dan bertanggung jawab secara sosial terhadap keputusannya. Harris Ratcliffe 2005 menyatakan diskusi isu sosiosaintifik membuat siswa lebih tertarik pada sains, karena sains lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Meningkatkan 70 DISKUSI ISU SOSIOSAINTIFIK DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI “I’m not really interested in it Biology, but the ethical side was really interesting and made it more life ” from a student, Harris, R. Ratcliffe, M., 2005 Pernyataan di atas diungkapkan oleh peserta didik yang telah melakukan diskusi isu sosiosaintifik. Hasil penelitian mengungkapkan diskusi isu sosiosaintifk membuat pembelajaran sains lebih humanis dan juga meningkatkan keterampilan berargumentasi Osborne, 2005; Chang Chiu, 2008; Dawson Venville, 2009. Argumen dan argumentasi memiliki makna tersendiri. Argumen diartikan sebagai sebuah penyataan yang berisi sebuah klaim yang didukung oleh data dan dikemukakan untuk mempengaruhi seseorang Inch, et al., 2006. Kuhn Udell 2003 mendefinisikan argumen sebagai sebuah pernyataan dengan disertai pembenaran. Mean and Voss Dawson Venville, 2009 menggambarkan argumen sebagai pendapat dari suatu kesimpulan yang didukung minimalnya oleh satu alasan. Girle 1991 mendefinisikan argumen sebagai serangkaian pendapat yang bersifat interakif yang memungkinkan untuk disanggah. Menurut Inch et al. 2006 argumen memiliki tiga karakteristik. Pertama, sebuah klaim berupa opini atau kesimpulan yang ingin diterima pembantah. Kedua, sebuah klaim didukung oleh fakta dan alasan atau kesimpulan yang terhubung antara fakta ke klaim. Ketiga, sebuah argumen berusaha mempengaruhi pendapat seseorang yang berada dalam ketidaksetujuan. Ciri sebuah argumen yang baik menurut Toulmin 2003 mengangung komponen klaim, data, penjamin, pendukung, kualifer, dan reservasi. Komponen ini menggambarkan sebagai fungsi dalam argumen. Gambar 2 memperlihatkan komponen argumentasi dan keterkaitannya Gambar 2. Model lengkap argumentasi Toulmin Toulmin, 2003 Keterangan: D = Data, Q = Qualifierkualifer, K = Klaim, B = Backingpendukung, W = warrantpenjamin Inch et al. 2006 dan Freeley Steinberg 2009 menjelaskan lebih lanjut keenam komponen tersebut yaitu. 1. Data grounds adalah sinonim dari bukti evidence. Databukti adalah fakta atau kondisi obyektif yang dapat diamati, kepercayaan, atau premis yang telah diterima sebagai sebuah kebenaran oleh audien atau kesimpulan-kesimpulan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ringkasnya, data adalah bukti dan alasan untuk menyokong dasar dari argumen. 2. Klaim claim adalah pendapat atau kesimpulan yang dikemukan oleh orang yang berpendapat dan ingin diterima audien. 3. Penjamin warrant adalah penalaran yang digunakan untuk menghubungkan data dan klaim. Bukti dan alasan dikembangkan menjadi klaim yang tak terbantahkan kebenarnya. D Maka Q, K Berdasarkan B Kecuali R Karena W 71 Sumber: Freeley Steinberg 2009 1. Pendukung backing adalah fakta lebih lanjut atau penalaran yang digunakan untuk mendukung atau melegitimasi prinsip yang ada pada penjamin. Sumber: Freeley Steinberg 2009 2. Kualifikasi modal qualifications adalah kata keterangan sehari-hari adverb atau kalimat keterangan tambahan adverbial frase yang memodifikasi klaim dan menunjukkan kekuatan rasional atau derajat kekuatan dari orang yang berpendapat tersebut. Ketika berpendapat derajat kekuatan pendapat biasanya tercermin dari ungkapan atau tulisannya dengan beberapa kata seperti “kuatsangat stongly, kemungkinan probably, tentu certainly, bisa saja possibly”. 3. Pengecualian reservation adalah keadaan atau kondisi yang melemahkan argumen. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan atau pengecualian yang membatalkan penerapan penjamin. Reservasi ini dikemukan oleh ini Inch et al. 2006. Adapun Freeley Steinberg 2009 menyatakan komponen keenam adalah penyanggah rebutal, yaitu bukti atau alasan yang akan melemahkan atau menghancurkan klaim. Menurut Inch et al. 2006 ada empat model argumentasi Toulmin yang mungkin terjadi dalam sebuah teks. Keempat model tersebut adalah sebagai berikut. a Data – Klaim DK b Data – PenjaminWarrant – Klaim DWK c Data – Penjamin – PendukungBacking – Klaim DWBK d Data –Penjamin–Pendukung – Reservasi-Qualifier– Klaim DWBRQK Keempat model argumentasi Toulmin yang dikemukan Inch et al. 2006 merupakan argumentasi informal. Menurut Chang Chiu 2008 argumentasi informal dapat dibedakan dengan formal dari cara pengambilan klaim. Pengajuan klaim pada argumentasi formal didasarkan pada premis-premis yang baku, penambahan dan penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Pengajuan klaim pada argumentasi informal mengandung fitur kognitif dan afektif, individu dapat mengubah premis berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari media massa, buku teks, atau pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan perbedaan ini, argumentasi informal memiliki karakteristik membuat klaim, menyediakan alasan, menyajikan argumen kounter, menunjukkan kualifer, dan mengevaluasi argumen. Argumentasi yang terjadi pada diskusi isu sosiosaintfik bersifat argumentasi informal. Argumentasi informal dikembangkan berdasarkan model Toulmin. Argumentasi pada model Toulmin merupakan Data Teroris melakukan aksi terror untuk mendapatkan publisitas Penjamin Media sensasional memberikan peluang bagi publikasi teroris Klaim Pelarangan media sensasional akan mengurangi aksi terorisme Data Kekerasan oleh anak menghasilkan kematian dan kecelakaan Penjamin Karena media kekerasan menghantarkan pada kekerasan pada anak Klaim Pelarangan media kekerasan akan mengurangi kematian dan kecelakaan Pendukung: Kajian memperlihatkan hubungan antara media dan kekerasan dan kekerasan pada anak 72 aktivitas rasional yang melibatkan klaim yang dikembangkan dan didukung oleh data, penjamin yang menghubungkan data pada klaim. Klaim mempunyai kualifer dan penjamin didukung oleh pendukungbacking. Lebih jauh lagi, aktivitas diskusi berkaitan dengan memberikan sanggahan rebuttal terhadap argumen. Pengembangan argumentasi di kelas sains dapat dilakukan dengan metode diskusi berbasis isu sosiosaintifik Osbone, 2005; Erduran et al., 2005, Dawson Venville, 2009, dan dengan melakukan perdebatatan isu saintifik di kelas Aleixandre et al., 2000; Hakyolu Bekiroglu, 2011. Diskusi isu sosiosaintifik mempunyai potensi yang lebih besar dalam meningkatkan kualtias argumentasi, karena argumentasi pada konteks sosiosaintifik lebih mudah. Pada konteks isu sosiosaintfik peserta didik berargumen dengan sudut pandang yang dikuasainya atau diminatinya, akibatnya argumentasi pun meluas tidak hanya menggambarkan pengetahuan ilmiah, tetapi juga etika dan nilai Osborne, 2005. Osborne dan Erduran adalah pakar yang mengembangkan keterampilan argumentasi dalam pembelajaran sains. Osborne dan Erduran mengembangkan penilaian kualitas argumentasi berdasarkan model argumentasi Toulmin. Osborne 2005 mengklasifikasikan argumen ke dalam tiga kelompok yaitu: 1 klaim sederhana, 2 argumen dengan justifikasi, dan 2 argumen dengan justifikasi dan penyanggah. Tiga kelompok ini kemudian dikuantifikasi menjadi lima level argumentasi, yang merupakan sebuah kerangka kerja analitik untuk menilai kualitas argumentasi. Kerangka kerja analitik untuk menilai kualitas argumentasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kerangka analitik digunakan untuk menilai kualitas argumentasi pada diskusi isu sosiosaintifik kelas Level Keterangan 5 Argumen meunjukkan keluasan argumen dengan lebih dari satu sanggahan 4 Argumentasi menunjukkan beberapa argumen dengan klaim atau klaim-klaim dan klaim balasan dengan sanggahan yang jelas 3 Argumentasi mengandung beberapa argumen dengan serangkaian klaim atau klaim balasan dengan data, penjamin atau pendukung dengan terkadang sanggahan yang kurang bagus 2 Argumentasi mengandung beberapa argumen yang mengandung klaim dengan data, penjamin, atau pendukung, tapi tidak ada sanggahan 1 Argumentasi mengandung beberapa argumen yaitu klaim sederhana lawan sebuah klaim balasan atau klaim lawan klaim Sumber Osborne 2005: 371 dan Erduran et al., 2005:390. Kerangka analitik kualitas argumen yang dikembangkan Osborne, Erduran, Simon 2005 sangat cocok digunakan untuk menganalisis dialog yang digunakan siswa pada sebuah diskusi isu sosiosaintifik dalam bentuk berpasangan atau kelompok kecil, penyanggah merupakan komponen penting pada kerangka ini Dawson Venville, 2009. Bagi diskusi yang kurang memberi kesempatan untuk memunculkan penyanggah, Dawson Venville 2009 memodifikasi kerangka Osborne, Erduran, Simon menjadi kerangka baru lihat Tabel 2. Tabel 2. Kerangka analitis kualitas argumentasi Level Keterangan 4 Klaim, data, penjamin, pendukung, dan kualifer 3 Klaim, data, penjamin, pendukung asumsi yang mendukung penjamin atau kualifer kondisi tentang ketepatan klaim 2 Klaim, data bukti yang mendukung klaim, danatau penjamin penghubung antara data dan klaim 1 Klaim pernyataan, kesimpulan, proposisi saja Sumber: Dowson Venville 2009: 1432-1433 memodifikasi dari Osborne Erduran, et al. 2005: 371, 390 73 DIS KUSI ISU SOSIOSAINTIFIK MELALUI JEJARING SOSIAL “FACEBOOK” Media sosial memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia, dilihat dari dua sisi yaitu jumlah pengguna dan sifat media sosial. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia cukup besar terutama terutama facebook. Sejak didirikan pada tahun 2004 sampai tahun 2012, situs socialbakers mencatat pengguna facebook aktif di seluruh dunia berjumlah 900 juta orang, dan pengguna facebook di Indonesia mencapai hampir 44 juta. Pada 1 Febuari 2013 jumlah pengguna facebook di Indonesia meningkat menjadi 48.777.600. Menurut Wahyudi 2011 ada 55 juta pengguna internet di Indonesia, berdasarkan data ini maka hampir 80 pengguna internet di Indonesia adalah pengguna facebook. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang memungkinkan seseorang berhubungan dengan orang lain secara bertatapan muka face to face secara online tertulis ataupun interaksi secara multilog pada sebuah komunitas group facebook. Seperti media sosial lainnya, faceebook pun memiliki sifat berhubungan, berbagi, dan berkolaborasi connecting, sharing, and collaborating. Sifat media sosial seperti ini memberikan beberapa keuntungan antara lain menambah kuantitas komunikasi antara pengajar dan pembelajar, membuka peluang berdiskusi dan berkolaborasi dalam penyelesaian tugas, dan meningkatkan partisipasi serta keterlibatan pembelajar dalam berbagai program aksi di sekolah. Sifat dan kepopuleran facebook berpotensi digunakan sebagai media diskusi isu sosiosaintifik. Ragupathi 2011 mengemukakan facebook bersifat kontruksi sosial yaitu peserta didik mengirim dan bebagi pandangannya dan peserta lain memberi komentar. Saikaew 2011 menyatakan facebook bersifat memberi kenyamanan dan kemudahan dalam berinteraksi sosial dalam berdiskusi. Popularitas facebook di kalangan peserta didik, membuat kiriman guru cepat ditanggapi oleh peserta didik. Perbandingan antara blog dan facebook terlihat dari Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Blog dan Facebook No Fasilitas Weblog Facebook 1. Pembuatan akun gratis V V 2. Pembuatan dan pengeloaan mudah tidak menggunakan bahasa programwebmaster V V 3. Pengiriman tulisan V V 4. Pemberian komentar V V 5. Pemberitahuan setiap tulisankomentar V V 6. Pemberitahuan terintegrasi secara “mobile” melalui telepon gengam X V 7. Tulisan dan komentar yang dikirimkan bersifat terbuka bagi public V V 8. Tulisan dan komentar yang dikirimkan dapat dibuat tertutup hanya untuk jaringan teman X V 9. Grup diskusi dan partisipan dapat dipilih dapat bersifat tertutup atau terbuka pada publik X V 10. Penanda tag in yang dapat terkoneksi secara mobile dan muncul dalam pemberitahuan, untuk memanggil pengguna lain, sehingga aktif berdiskusi. X V 11. Satu tulisan dapat menampung lebih dari 100 komentar tanpa “low loading” X V 12. Selain diskusi ON I OFF juga dapat dilakukan diskusi online X V Keterangan: V = ada, X = tidak ada Dibandingkan dengan weblog, facebook memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah. a. Daya tampung komentar dan kecepatan akses. Daya tampung komentar pada grup jejaraing facebook dapat mencapai ratusan dalam satu halamansatu kiriman status, tanpa mengalami kelambatan muat low 74 loading. Jumlah komentar lebih dari seribu pada grup jejaring facebook pun tidak mengalami kelambatan muat low loading. b. Sistem unggah komentar. Pada grup facebook, setiap komentar akan terunggah dengan baik, walaupun ada beberapa komentar yang masuk bersamaan. c. Fasilitas mengaktifkan partisipan dalam diskusi. Partisipan yang mempunyai nilai rendah, cenderung rendah tingkat partisipasinya. Moderator dapat memanggil partisipan yang belum memberi komentartanggapan untuk berpartisipasi dalam diskusi, melalui fasilitas “menandaitag in” yang tersedia dalam facebook. Penandaan oleh moderator pada partisipan, akan muncul pada pemberitahuannotifikasi facebook partisipan, hal ini akan mendorong partisipan untuk berpartisipasi. d. Kemudahan akses. Facebook dapat diakses dengan mudah melalui telepon genggam, sehingga partisipasi dapat dilakukan secara mobile. e. Pemberian rasa nyaman. Grup pada facebook dapat dibuat terbuka atau tertutup. Jika dibuat tertutup, maka hanya anggota grup yang dapat mengakses dan melihat perbincangan yang terjadi, sehingga privasi dan kenyamaan partisipan terlindungi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan facebook sebagai media diskusi isu sosiosaintifik adalah sebagai berikut. 1. Sesi diskusi untuk menghantarkan pada literasi sains Empat sesi diskusi dilakukan untuk menghantarkan pada literasi sains partisipan. Empat sesi pada diskusi isu sosiosaintifik bersifat kontekstual, konstruksional, dan problem solving. Sesi I polemik berdiskusi isu kontekstual dan kontroversial yang terjadi di masyarakat. Pada sesi I, isu sains bersifat sosial yang menimbulkan kontroversi, karena perbedaan sudut pandang. Argumentasi pro dan kontra akan didukung data, fakta, dan alasan logis serta rasional, penilaian bukan salah dan benar, tetapi kuat dan tidak argumentasi yang dikemukakan. Tujuan dari sesi I adalah mengeksplorasi kemampuan argumentasi partisipan. Sesi II eksplorasi mengkonstruksi pengetahuan sains secara kolaboratif. Sesi dua lebih membahas tentang hakikat dan penjabaran sainstifik tentang pokok persoalan yang dipermasalahkan menjadi isu. Sesi ini bertujuan untuk mengembalikan isu sosial kepada isu sains, sehingga partisipan memperoleh literasi sains tentang topik yang sedang didiskusikan. Literasi sains yang sudah diperoleh pada sesi kedua, menjadi sebuah patokan untuk menyikapi isu yang terjadi di masyarakat secara benar. Sesi III merumuskan solusi dan berperan aktif memberi pemahaman pada masyarakat terhadap permasalahan kontroversial yang terjadi di masyarakat. Sebagai seorang calon guru sains yang memiliki literasi sains, solusi terhadap isu sosiosaintifik harus kembali diletakkan secara sainstifik, sehingga masyarakat dapat memperoleh solusi praktis dan ilmiah saintifik. Sesi IV kesimpulan menegaskan kembali posisi terhadap isu yang berkembang. Partisipan pun mengkontruksi argumen yang lebih kaya daripada argumen sebelum diskusi dilaksanakan. Hal yang patut diperhatikan pada setiap sesi diskusi adalah waktu jeda. Waktu jeda setiap sesi diskusi diperlukan partisipan untuk mencari dan membaca literatur yang relevan dengan topik diskusi. Kejelasan alokasi waktu jeda setiap sesi diskusi sangat diperlukan untuk memberi kesempatan pada partisipan memahami dan mencerna isi diskusi.

2. Aturan diskusi

Aturan diskusi merupakan bagaian penting dalam diskusi isu sosiosaintifik, karena tujuan diskusi adalah meningkatkan mengembangkan kualitas argumentasi secara individual maupun sosial. Secara individual, kualitas argumentasi akan terasah dengan seringnya memberi argumen pada saat diskusi berlangsung. Aturan diskusi isu sosiosaintifik yang ditampilkan pada media facebook adalah sebagai berikut. Aturan diskusi: a. Diskusi ini akan dimoderatori oleh saya Yanti Herlanti Full. b. Sesi 1: Polemik E. sakazakii akan berlangsung 1 hari saja, yaitu 20 November Pukul 19.00 WIB - 21.00 WIB, secara online, so tune on and stay on selama 2 jam. c. Pukul 19.00-19.05, ditunggu untuk posting pertama: satu orang mengemukan pendapat pro, dan satu orang mengemukakan pendapat kontra. 75 d. Posting kedua dan selanjutnya, dimulai pukul 19.05, posting dapat berupa menambahkan atau memperkuat argumen posting sebelumnya, dengan cara merujuk pendapat sebelumnya, caranya dengan memberi tag ketik lalu nama orang yang dirujuk pendapatnya berikan juga hastag sebagai identifikasi anda berada dikubu mana, misalnya KubuKontraIPB artinya berpendapat bahwa IPB harus mengumumkan susu formula E. sakazakii, atau KubuProIPB artinya berpendapat bahwa IPB tidak perlu mengumumkan susu formula E. sakazakii. e. Ingat tandasimbol yang moderator berikan: ..... = diskusi lanjutkan ,,,,,, = diskusi stop untuk jeda sementara waktu XXX = diskusi diakhiri untuk dilanjutkan pada dinding barusesi berikutnya, partisipan tidak berkomentar lagi di dinding yang telah diberikan f. Untuk setiap posting, perolehan point akan mengikuti penilaian seperti terlampir atau termuat di bagian D. Evaluasi BlogQuest 1.02 pada weblog g. Pada saat memandu diskusi, moderator akan menggunakan HURUF KAPITAL, partisipan dilarang menggunakan huruf kapital. SILAHKAN BERI JEMPOL ANDA, JIKA ANDA SUDAH MEMBACA DAN MEMAHAMI ATURAN DISKUSINYA Penggunaan simbol dan huruf kapital oleh moderator dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem facebook. Beberapa kelemahan pada sistem facebook adalah sebagai berikut. a. Komentar moderator terlihat jelas pada pengiriman status standpoint, tetapi sukar terlihat bedanya pada proses diskusi. Oleh sebab itu pada proses diskusi moderator mengarahkan diskusi melalui kolom komentar dengan penggunaan huruf kapital untuk moderator. b. Komentar yang dikirmkan cepat mengalami penggulungan scrolling. Hal ini karena layar komputer memuat jumlah komentar sesuai luas pandangan partisipan yaitu sebanyak 10 komentar atau setara dengan 215 kata atau 1.391 karakter atau 10 kali twit 1 kali twit pada twitter = 140 karakter. Ketika moderator memberikan arahan diskusi pada kolom komentar pada pukul 19.40, maka pada pukul 19.41 baru ada komentar yang menanggapi moderator, tetapi dominanya masih membahas permasalahan sebelumnya. Dalam satu menit, komentar yang masuk mencapai 571 kata atau setara 4.619 karakter setara 32 twit, luas pandang layar hanya 10 twit. Facebook tidak memiliki fasilitas memunculkan komentar penting dari moderator secara permanen, sehingga huruf kapital dan pengulangan arahan sangat diperlukan dan untuk hal-hal yang berkaitan dengan jeda dan berhenti diskusi digunakan tanda tersendiri agar lebih jelas terlihat partisipan. c. Sistem penggulungan yang cepat dan tidak adanya fasilitas mendeteksi duplikasi komentar memyebabkan partisipan sering sekali mengulang-ulang tautan yang dirujuk dan mengulang-ulang pendapat sebelumnya. Penggunaan sistem minus point belum mampu mengendalikan komentar multi ganda, karena berdasarkan 32 kuisioner yang diisi oleh partisipan menunjukkan 38 menyatakan membaca penilaian, tetapi tidak memperhatikan lagi ketika diskusi isu sosiosaintifik dilaksanakan

3. Menyediakan rubrik penilaian dengan sistem minus point

Facebook adalah media diskusi informal, hal ini menyebabkan partisipan sering memberi komentar diluar konteks dari diskusi isu sosiosaintifik. Untuk mengatasi hal ini dan untuk menjaga kualitas argumen partisipan maka digunakanlah sistem penilaian minus. Penelitian menunjukkan sistem minus point sistem penilaian minus berhasil dalam mengendalikan komentar partisipan. Penelitian Cowan 2002 tentang penggunaan sistem nilai minus plusminus marking menghasilkan hasil yang sama. Penskoran dengan sistem minus menjadi assesmen diri bagi mahasiswa self assesment dan menjadi pendorong untuk memperoleh kinerja yang lebih baik. Rubrik sistem minus point dapat dilihat pada Tabel 4.