Pekerjaan Publikasi Penelitian Tindakan Kelas
11 Peta Penelitian Pendidikan Kimia Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Kimia, Jurusan
Pendidikan Kimia UPI, Bandung 2008.
Framework for Staff and Student Research on Chemistry Education, International Conference on Research, Implementation, and Education, of Mathematics and Science 2014 ICRIEMS 2014, Universitas Negeri
Yogyakarta, May 18-21, 2014.
Laporan Penelitian:
Analisis Capaian Siswa Indonesia dalam Studi PISA Nasional Sponsor: Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Depdiknas, 2007.
Konsepsi Mahasiswa Calon Guru Kimia tentang Pengajaran Kimia di SMA Penelitian Mandiri, dipresentasikan dalam UPI-UPSI Conference, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Perak, malaysia, 25-27
November 2008.
Mengukuhkan Dampak Positif dan Mengurangi Dampak Negatif Ujian nasional dalam Konteks Mata pelajaran Kimia SMA Penelitian Mandiri, dipresentasikan dalam UPI-UPSI Conference, Universiti
Pendidikan Indonesia, Bandung, 8-10 November 2010.
Alignment between National Curriculum Content and National Examination Test – Secondary School
Chemistry Penelitian Mandiri, dipresentasikan dalam International Seminar on Science, Math dan Computer Education, FPMIPA UPI, September 2013
Aktivitas Profesi:
Anggota Hipunan Kimia Indonesia HKI cabang Jawa Barat 1980 – sekarang.
Anggota Himpunan Sarjana Pendidikan IPA HISPIPAI 1995- sekarang
12
Keynote Speaker 2 PEMBELAJARAN SAINTIFIK
YANG MENGINTEGRASIKAN TIK Uwes Anis Chaeruman
Pustekkom, Kemdikbud uwes.aniskemdikbud.go.id
Peserta seminar yang berbahagia, Pembelajaran, sebagai upaya membuat peserta belajar mengalami peristiwa belajar yang mendalam
telah menajdi obyek penelitian, pengembangan dan penerapannya di lapangan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran yang tradisional
yang dicirikan dengan istilah pembelajaran yang berorientasi pada guru teacher-centered instruction ke pembelajaran modern yang lebih berorientasi pada siswa student-centered center. Kurikulum 2013,
memiliki semangat pembelajaran moder yang lebih menekankan pada pengalaman belajar sebagai peserta aktif, daripada hanya sekedar pendengar aktif. Melalui pendekatan saintifik, yang dikenal dengan istilah 5M
mengamati, menanya, mengasosiasi, meneksperimentasi, mengkomunikasikan, mendorong peserta belajar untuk menjadi pemain utama dalam situasi pembelajaran.
Di sisi lain, masuknya pengaruh teknologi informasi dan komunikasi TIK telah memberikan warna baru dalam praktek penerapan pembelajaran modern. TIK memberikan peluang sekaligus tantangan yang
besar guna mewujudkan terjadinya proses pembelajaran yang optimal pada diri peserta belajar, jika diterapkan secara tetap guna. Jika tidak, akan memberikan dampak yang sebaliknya.
Dalam prakteknya, penerapan pembelajaran modern yang mengintegrasikan TIK tersebut memerlukan pemahaman yang utuh dan kreatifitas dalam merancang pembelajaran yang tidak hanya efektif dan efisien
tapi juga meanrik dan menantang. Dalam pidato kunci yang singkat ini, saya ingin mencoba mengajak peserta seminar mencermati beberapa point kunci dalam konteks pembelajaran modern berpendekatan
saintifik dan mengintegrasikan TIK. Peserta seminar yang terhormat,
Untuk menjawab permasalahan tersebut mari kita kaji empat contoh kasus ilustratif berikut. Melalui kasus-kasus ini saya mengajak Anda untuk dapat membedakan dari sekian kasus tersebut, manakah yang
termasuk dalam kategori pembelajaran modern? Kasus Ilustratif 1:
Seorang guru SD kelas III, ingin mengajarkan tentang perbedaan zat padat, zat cair dan gas kepada siswanya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru membagi siswa kedalam
tiga kelompok besar dan mengajaknya keluar ruangan kelas. Di lapangan yang teduh, guru meminta kelompok 1 untuk berpegangan erat-erat sekali satu sama lain. Kelompok 2 diminta
berpegangan tapi tidak erat. Kelompok 3 diminta berkumpul tanpa berpegangan sama sekali. Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menerjang menembus setiap keompok tersebut
secara bergantian. Kemudian, guru meminta semua siswa duduk berkumpul diatas rumput dan mendiskusikan apa yang terjadi. Disitulah dijelaskan bahwa kelompok satu ibarat zat padat
dimana molekulnya begitu rapat sehingga susah ditembus alias keras. Kelompok dua adalah ibarat zat cair dimana molekulnya tidak bergitu rapat sehingga relative lebih mudah ditembus. Dan
kelompok tiga ibarat gas, dimana molekul-molekulnya tidak rapat. Setelah diskusi, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk mengambil apa saja yang ada disekitar lapangan sekolah tersebut
dan dikumpulkan di lapangan. Setelah semua terkumpul, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk dapat mengelompokkan mana yang termasuk kategori padat, cair dan gas. Setelah itu, siswa
diminta mempresentasikannya atau menceritakannya didalam kelas hasil dari klasifikasi tersebut dilanjutkan dengan diskusi dan klarifikasi.
Kasus Ilustratif 2:
13 Seorang guru SD kelas III, ingin mengajarkan tentang perbedaan zat padat, zat cair dan gas
kepada siswanya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru membagi siswa kedalam tiga kelompok besar dan mengajaknya keluar ruangan kelas. Di lapangan yang teduh, guru
meminta kelompok 1 untuk berpegangan erat-erat sekali satu sama lain. Kelompok 2 diminta berpegangan tapi tidak erat. Kelompok 3 diminta berkumpul tanpa berpegangan sama sekali.
Kemudian guru meminta salah seorang siswa untuk menerjang menembus setiap keompok tersebut secara bergantian. Kemudian, guru meminta semua siswa duduk berkumpul diatas rumput dan
mendiskusikan apa yang terjadi. Disitulah dijelaskan bahwa kelompok satu ibarat zat padat dimana molekulnya begitu rapat sehingga susah ditembus alias keras. Kelompok dua adalah ibarat
zat cair dimana molekulnya tidak bergitu rapat sehingga relative lebih mudah ditembus. Dan kelompok tiga ibarat gas, dimana molekul-molekulnya tidak rapat. Setelah diskusi, kemudian guru
meminta setiap kelompok untuk membawa Handphone masing-masing dan memotret apa saja yang bisa dipotret dengan kamera HP. Setelah itu guru mengajak kedalam kelas dan duduk
berkelompok. Setelah semua terkumpul, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk dapat mengelompokkan mana yang termasuk kategori padat, cair dan gas dalam bentuk folderisasi
dalam komputer. Setelah itu, siswa diminta mempresentasikannya atau menceritakannya didalam kelas hasil dari klasifikasi tersebut. kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan klarifikasi dari guru.
Kasus Ilustratif 3: Seorang guru SM, ingin mengajarkan tentang teori penciptaan alam semesta. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut, guru membagi siswa kedalam tiga kelompok besar. Setiap kelompok masing-masing diberikan satu bacaan tentang satu teori penciptaan alam semesta. Masing-masing
kelompok diminta untuk mengkaji dan menyajikan ulang dengan media dan aplikasi TIK yang mereka kuasai tentang teori tersebut. Yang menguasai slide presentasi dengan slide presentasi,
yang menguasai gambar dengan gabar, dan lain-lain. Bahkan bagi yang bisa menyanyi dapat menyajikannya dalam bentuk lagu. Salah satu siswa anggota dari masing-masing kelompok
diminta memperesentasikan hasilnya dan dilanjutkan dengan diskusi. Pelajaran kemudian diakhiri dengan memberikan kesimpulan bersama dan tugas kelompok berupa proyek tertentu.
Kasus Ilustratif 4: Sama seperti kasus 3, seorng guru ingin mengajarkan tentang teori penciptaan alam semesta.
Guru kemudian membuat slide presentasi tentang penciptaan alam semesta. Katakan, dia berhasil membuat sebanyak 54 slide prsentasi. Kemudian ketika masuk dalam kelas, guru langsung
mengajar dengan menggunakan slide prsentasi tersebut, diproyeksikan dengan menggunakan overhead projector dan siswa menjadi pendengar setia. Pembelajaran diakhiri dengan diskusi dan
tanya jawab dan tugas kelompok sebagai pekerjaan rumah.
Peserta seminar sekalian, Dari keempat kasus ilustratif tersebut, pada dasarnya manakah yang termasuk dalam kategori
pembelajaran modern? Inilah jawabnya Kasus ilustratif 4 saya katakan termasuk dalam kategori pembelajaran KUNO
DENGAN TEKNOLOGI MODERN. Kasus ilustratif 1 saya katakana termasuk dalam kategori pembelajaran MODERN WALAU DENGAN TEKNOLOGI SEADANYA. Kasus ilustratif 2 dan 3 adalah
pembelajaran MODERN DENGAN TEKNOLOGI MODERN. Sebagai guru atau calon guru, kasus mana yang akan Anda pilih? Tentu, kita akan tinggalkan kasus ilustratif 4. Kita akan praktekkan seperti kasus
ilustratif 1, 2 dan 3.
Mengapa demikian? Sebenarnya apa yang membedakan antara pembelajaran modern dan pembelajaran “kuno”? Jawabnya sederhana. Ketika dalam suatu situasi pembelajaran, siswa menjadi PENONTON
UTAMA sementara guru menjadi PEMAIN UTAMA, maka dapat dikatakan pembelajaran tersebut adalah pembe
lajaran yang berpusat pada guru. Itulah pembelajaran “KUNO”. Tapi, ketika dalam suatu situasi pembelajarab, siswa menjadi PEMAIN UTAMA sementara guru menjadi SUTERADARA, maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran tersebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa. Itulah yang dimaksud dengan pembelajaran MODERN.
14 Saudara-saudara sekalian,
Seperti yang disampaikan oleh Driscoll 2004 menyatakan bahwa esensi belajar adalah MENGALAMI. Belajar terjadi ketika ada interaksi antara yang belajar dengan dunia sumber belajar.
Semakin mengalami maka semakin tinggi derajat peristiwa belajar terjadi. Oleh karena itu, dalam semangat kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan sainitifik yang kita kenal dengan istilah 5M mengamati,
mencobamengeksperimentasi, menalar, menanya dan mengkomunikasikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat mengalami atau peristiwa belajar pada diri siswa. Dalam kasus ilustratif 1, 2 dan 3
terlihat jelas bahwa peristiwa mengalami pada diri siswa memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan pada kasus ilustratif 4.
Bahkan, pada kasus 2 dan 3, tidak hanya menekankan pada proses mengalami, tapi juga proses mengalami tersebut ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi yang relevan. Inilah yang dimaksud
dengan mengintegrasikan TIK untuk pembelajaran. Karena dalam kasus tersebut telah menunjukkan peristiwa belajar dengan teknologi sebagai ciri pembelajaran modern, bukan mengajar dengan teknologi
sebagai ciri pembelajaran kuno tapi berteknologi modern seperti pada kasus ilustratif 4. Dalam konteks ini guru harus lebih berperan sebagai fasilitator dan sutradara pembelajaran, dimana siswa sebagai pemain utama
dalam “sinetron pembelajaran” tersebut.
Oleh karena itu, jika Anda menjadi guru atau telah menjadi guru, coba perhatikan beberapa hal berikut: 1. Ketika akan mengajar, jangan pikirkan materi apa yang akan saya pelajari. Tapi, pikirkan aktivitas
belajar pengalaman belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri siswa untuk dapat menguasai materi tersebut.
2. Selama tiap dua jam pelajaran atau satu semester, pertimbangkan, berapa banyak waktu yang tersita oleh kita untuk mengajar dibandingkan dengan waktu yang tersita oleh siswa mengalami aktifitas
belajar? Peserta seminar yang saya hormati,
Mengapa pembelajaran yang mengintegrasikan TIK penting? Tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun masyarakat berpengetahuan knowledge-based society yang memiliki 1
keterampilan melek TIK dan media ICT and media literacy skills, 2 keterampilan berpikir kritis critical thinking skills, 3 keterampilan memecahkan masalah problemsolving skills, 4 keterampilan
berkomunikasi efektif effective communication skills; dan 5 keterampilan bekerjasama secara kolaboratif collaborative skills. Keempat karakteristik masyarakat abad 21 menurut PBB tersebut dapat dibangun
melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien serta menyenangkan. Jadi, TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Jika Anda diberikan suatu pertanyaan, ”Apakah TIK di sekolah telah dijadikan sebagai sarana untuk pembelajaran atau masih dijadikan seba
gai obyek yang dipelajari?” atau ”Apakah siswa sudah belajar dengan TIK atau siswa masih belajar tentang TIK?” Apa jawaban jujur Anda? Pasti, Anda menjawab bahwa TIK di
sekolah masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari atau siswa masih diposisikan sebagai orang yang sedang belajar TIK. Padahal, apa yang seharusnya terjadi adalah sambil belajar tentang TIK learning about
ICT, siswa juga belajar dengan menggunakan atau melalui TIK learning with and or through ICT.
Saudara-Saudara sekalian yang saya hormati, Bagaimanakah peran guru dan siswa dalam pembelajaran yang mengintegrasikan TIK? Bila dilihat dari
sisi peran TIK bagi guru, maka pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan dirinya untuk:
1. menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar. 2. dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa
belajar. Jika, pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran hanya bertujuan untuk mempermudah guru
menyampaikan materi, dimana ia berperan sebagai satusatunya sumber informasi dan sumber segala
15 jawaban, maka lima keterampilan masyarakat abad 21 yang dicanangkan PBB seperti dijelaskan di atas tidak
akan berhasil. adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002. Sementara itu, bila dilihat dari sisi peran TIK bagi siswa, maka pengintegrasian TIK dalam proses
pembelajaran harus memungkinkan siswa: 1. menjadi partisipan aktif;
2. menghasilkan dan berbagi sharing pengetahuanketerampilan sert berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli.
3. belajar secara individu, sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain. Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, mereproduksi
pengetahuan sekedar menghafal, seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut diiintegrasikan dalam proses pembelajaran
yang kita lakukan. Percayalah, jika itu yang terjadi, maka siswasiswi kita nanti hanya akan memiliki ”PENGETAHUAN TENTANG ....” bukan KEMAMPUAN UNTUK .....”. adaptasi dari Division of Higher
Education, UNESCO, 2002
Jadi, secara teoretis, integrasi TIK dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang:
1. Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna. 2. Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3. Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota
kelompoknya. 4. Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. 5. Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis
dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
6. Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna real-world melalui pendekatan ”problem-based atau casebased learning”.
7. Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. Jonassen 1995, dikutip oleh Norton
et al. 2001. 8. Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar
multisensory, baik audio, visual, maupun kinestetik dePorter et al, 2000. 9. High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll. serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT media literacy” Fryer, 2001.
Disinilah letak perbedaan antara guru abad 21 dengan guru tradisional. Kita sebagai guru abad 21 guru yang telah menggeser paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru teacher-centered
learning menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa student-centered learning dimana ia lebih berperan sebagai desainer pembelajaran, fasilitator, pelatih dan manajer pembelajaran. Bukan sebagai
pencekok informasi dan satu-satunya sumber belajar, sang maha tahu. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran atau menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang mencirikan
paradgma baru pembelajaran seperti dijelaskan di atas dengan mengintegrasikan TIK sebagai sarananya. Saudara-saudara sekalian,
Demikianlah point-point kunci yang dapat saya sampaikan dalam pidato kunci ini. Sebagai kesimpulan, saya hanya ingin menekankan empat point sebagai berikut:
1. Esensi belajar terjadi karena peristiwa mengalami. Tanpa mengalami tidak ada peristiwa belajar. Semakin rendah kadar mengalami semakin rendah kadar peristiwa belajar terjadi.
16 2. Itulah sebabnya, kurikulum 2013 lebih mendorong kita untuk berpindah dari paradigma lama belajar
yang berorientasi pada siswa menjadi belajar yang berorientasi pada siswa aktifpembelajaran modern. Dalam implementasinya, juga lebih menekankan pada pendekatan saintifik mengamati,
mencobamengeksperimentasi, mengasosiasi, menanya dan mengkomunikaiskan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat peristiwa belajar terjadi pada diri siswa.
3. Dalam era informasi dewasa ini, peristiwa mengalami tersebut dapat ditunjang dengan teknologi informasi dan komunikasi TIK yang tepat guna. Oleh karena itu, penting sekali untuk
mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. 4. Integrasi TIK dalam proses pembelajaran sangat penting guna mendorong terbangunnya karakter
generasi abad 21 seperti kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, bekerja kolaboratif, komunikasi efektif dan melek teknologi dan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Driscoll, Marcy P. 2004. Pshycology of Learning for Instruction third Edition. Boston,USA: Allyn and Bacon
Dryden, Gordon, Voss, Jeanette. 1999. The Learning Revolution: to Change the Way the World Learn. the Learning Web. Torrence, USA.
http:www.thelearningweb.net .
Fryer, Wesley
A. 2001.
Strategy for
effective Elementary
Technology Integration.
http:www.wtvi.comteksintegratetcea2001powerpointoutline.pdf NIE, Singapore. General Typology of Teaching Strategies in Integrated Learning System.
http:www.microlessons.com .
Norton P, Spargue D. 2001. Technology for Teaching. Boston, USA: Allyn and Bacon. UNESCO Institute for Information Technologies in Education. 2002. Toward Policies for Integrating ICTs
into Education. High-Level Seminar for Decision Makers and Policy-Makers, Moscow. UNESCO. 2002. Information and Communication Technologies in Teacher Education: a Planning Guide.
Division of Higher Education,
17
CURRICULUM VITAE
Name : Uwes Anis Chaeruman
Place, Date of Birth : Rangkasbitung,
11 March 1974 Nationality
: Indonesia Sex
: Male Religion
: Moslem Marital Status
: Married Address
: Kompleks Lembah Pinus Sasmita Jaya Blok B3 No 4 RT 05 RW 24, Kel. Pamulnag Barat, Kec. Pamulang, Tangerang Selatan
Mobile Phone : 0812 9092 451
Email : uweschaerumangmail.com