Faktor-Faktor Terbentuknya Respon Pesan Dakwah

oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario. Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib. Tema yang cukup laris dalam sinetron-sinetron Indonesia saat ini, antara lain sebagai berikut: 18 a Religius Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik- konflik dan plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, 18 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, h.38 demikian pula dengan tokoh-tokohnya. Seperti, Tukang Bubur Naik Haji, Do ‟a Membawa Berkah, Para Pencari Tuhan. b Percintaan Tema seperti itu banyak menghiasi sinetron atau film di Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata „cinta‟ itu sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri, Cinta Indah, Siapa Takut Jatuh Cinta. c Rumah Tangga Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga atau keluarga, seperti: Keluarga Cemara, Noktah Merah Perkawinan. d Perselingkuhan Tema ini bercerita tentang seoang suami atau istri yang tetarik pada laki-laki atau wanita lain. Yang biasanya berkisar pada masalah tentang sepasang suami yang mengalami konflik dalam rumah tangganya lalu salah satu atau keduanya berhubungan dengan wanita atau laki-laki lain. e Persahabatan Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk geng. Cerita yang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama dengan teman-teman satu geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti Sahabat, Get Merried The Series. f Kepahlawanan Tema ini biasanya digunakan dalam sinetron yang ditujukan untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang yang hebat serta memiliki kelebihan dibandingkan tokoh yang lainnya. Seperti, Panji Manusia Millenium, Anak Ajaib. Memproduksi sebuah sinetron, tata laksana kerjanya hamper sama dengan memproduksi film. Diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum produksi berlangsung. Produksi program sinetron biasanya lahir dari sebuah gagasan. Lewat suatu riset, gagasan diolah menjadi satu skenario. Ketika skenario sudah siap, maka produser-orang yang bertanggung jawab pada sebuah progam- kemudian mengumpulkan staff untuk memilih sutradara, menentukan jadwal kerja, dan menetapkan estimasi biaya produksi. 19

2. Jenis-jenis Sinetron

Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron di televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu. Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam sinetron-sinetron Indonesia. 20 19 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, Jakarta: Grasindo, h. 154-155. 20 JB. Wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, h.16 a Laga Klasik Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya, bahwa yang dimaksud dengan laga klasik adalah untuk sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu jawa, sunda dan lain-lain, misalnya jaka tingkir, saur sepuh, nenek lampir. b Drama Rumah Tangga Jenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga. Temanya berkisar perbuatan warisan, kekerasan terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya. c Komedi Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu. d Religius Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja konflik- konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula dengan tokoh-tokohnya. e Drama Remaja Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang nge-trend di televisi Indonesia. Didominasi tokoh-tokoh remaja dengan segala persoalannya mulai dari percintaan, persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-lain. f Horror Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan. Misalnya sinetron Di Sini Ada setan dan sundel bolong.

3. Unsur-unsur Sinetron

Menurut JB. Wahyudi dalam bukunya Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergetar, bahwa unsur-unsur dari sinetron adalah : a. Produser Yaitu seseorang yang membiayai produksi sebuah sinetron dan orang yang betanggung jawab atas pembuatan sinetron secara keseluruhan. b. Sutradara Adalah orang yang memimpin pertunjukan pementasan dalam sebuah sinetron. c. Naskah atau sript atau ide gagasan suatu cerita Naskah adalah penjelasan serta pengembangan sebuah ide cerita atau konsep yang secara operasional dapat di buat visualnya, oleh karena itu penulis naskah dituntut untuk berimajinasi secara kreatif dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa yang jelas. d. Artisactor Yaitu orang yang memainkan peran sesuai naskah yang telah dibuat. e. Engineering Yaitu orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat-alat produksi, seperti kamera, mika, dan listrik. f. Kostum Walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam pembuatan sinetron, kostum juga diperhatikan, maka kostum ditentukan agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut. g. Make-up atau tata rias Hal ini juga harus diperhatikan, me-make-up para pemain dengan karakter yang harus dimainkannya.

F. Konsep Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja da ‟a yad‟u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta panggilan kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam Sabilillah Jalan Allah secara menyeluruh Kaffah, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan. 21 Menurut Nasarudin Latif, “Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, 21 Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Dakwah Jurnal dan Komunikasi, h.2 vol.6 no.1 serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT., sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah ”. 22 Secara terminology atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma ‟ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara. 23 Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 24 Dakwah merupakan kewajiban individual fardhu „ain seorang muslim, akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupkan kewajiban kolektif fardhu kifayah.

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya, antara lain: 22 Rafi ‟udi dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung; Pustaka Setia, 2001, cet. Ke-2. 23 Samsul Munir Amin, Rekrontuksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008. Cet. Ke-1 h.5 24 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1984, h.1 a. Da ‟i Da ‟I adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya orang yang dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang, baik individual ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni Al-Qur ‟an dan hadits. Da ‟I ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu, namun ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi. 25 Yang dimaksud da ‟I di sini bukan hanya sekedar seorang khatib yang berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya, suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun hal ini merupakan bagian darinya. Yang dimaksud dengan da ‟I adalah seseorang yang mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema yang ada. 26 b. Mad ‟u Mad ‟u objek dakwah adalah isim maf‟ul dari kata da‟a, berarti orang yang di ajak, atau yang dikenakan perbuatan dakwah. Mad ‟u adalah objek sekaligus subjek dakwah. c. Materi Dakwah Materi dakwah atau yang biasa disebut juga dengan isi pesan dakwah yaitu segala sesuatu yang disampaikan oleh da ‟I kepada mad ‟u yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan hadits. Materi dakwah h.8 h.263 25 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, cet. Ke-1 26 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, cet. Ke-1 meliputi bidang akidah, syariah ibadah dan mu‟amalah, dan akhlak.

G. Pesan Dakwah

Pesan dakwah mengandung arti “Perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain. 27 Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur ‟an dan sunah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan risalah terse but”. 28 Islam sendiri sebagai ajaran yang universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial, keluarga, kebudayaan dan lain sebagainya. Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan mu ‟amalah. 29 Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan oleh seorang da ‟I kepada mad‟u berdasarkan keterangan di atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya arkan al-iman, syari ‟ah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah, serta h.43 27 Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, Surabaya: Al-ikhlas, 1993, h. 19 28 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, cet. Ke-2, 29 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers,2011, cet. Ke-1 h.8 akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan tumbuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materi- materi dakwah yang harus disampaikan kepada mad ‟u atau objek dakwah adalah berkaitan denga masalah-masalah sebagai berikut: a. Pesan Aqidah Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan atau iman. 30 Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh Hassan Saleh adalah “keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhujam dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga mengikat kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya ”. Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman rukun iman yang enam antara lain: 1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya 3. Iman kepada Kitab-kitabNya 4. Iman kepada Rasul-rasulNya 5. Iman kepada hari Kiamat 6. Iman kepada Qada dan Qadar Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya. 30 E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, Jakarta: Penerbit ISTN, 2000, cet. Ke-2, h. 55 Aqidah merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah. Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi keimanan seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah dan rapuh sehingga mudah roboh keyakinannya. b. Pesan Syariah Secara bahasa etimologi kata syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan- peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 31 Syariah hal yang sifatnya pokok dasar, maka Islam juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina suatu perundang-undangan syariat sebagai cabangnya. Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir nyata dalam rangka menaati semua peraturanhukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. 32 Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan h.343 31 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, cet. Ke-1, 32 Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h.61 ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut muamalah. Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa, zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak lupa kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih deket lagi dengan Tuhannya. Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan dengan berbagai macam isinya. 33 c. Pesan Akhlak Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jama dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak dari segi istilah terminologi adalah budi pekerti, yang berarti perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku. Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam 33 Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005, cet. Ke-1, h.118 jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia akhlak mahmudah, atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak tercela akhlak madzmumah sesuai dengan pembinaannya. Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa dan memohon kepada-Nya dan selalu mencari keridhoan-Nya. 34 Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal- hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, dan ucapan yang baik, mendoakan dan saling membantu. Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lain. Untuk itu salah satu materi dakwah islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak. h.147 34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, cet. Ke-1, Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga sangat melibatkan pikiran.

H. Pengertian Jama ’ah

Jama ‟ah secara bahasa diambil dari kata dasar jama ‟a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Dan kata tersebut berasal dari kata ijti ma‟ perkumpulan, yang merupakan lawan kata dari tafarruq perceraian dan juga lawan kata dari furqah perpecahan. 35 Istilah jama ‟ah mempunyai arti yang berbeda-berda sesuai dengan konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikaitkan dengan kata “ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti sunnah dan tradisi Nabi SWT serta berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan ij ma‟ sebagai sumber hukum. Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di dalamnnya terjadi saling pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam. Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam pelaksanaan shalat jum ‟at harus mencukupi jumlah 40 orang., sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi 35 Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, “Pengertian Jama‟ah”, artikel diakses pada 11 September 2008 dari http:armyx7.blogspot.com06definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam – maka sholat jum‟at sah. Hali ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak, atau lebih dari tiga orang. Namun yang dimaksud jamaah di sini yaitu suatu kumpulan atau sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadzah.

I. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaat hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih optimal. Berdakwah melalui televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya atau sang da ‟I hanya pada pusat pemberitaan distudio saja. Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi secara umum, dalam berkomunikasi secara umum, dalam berkomunikasi kecanggihan media, disamping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feed back, merupakan salah satu faktor suksesnya suatu aktivitas komunikasi. Hadirnya televisi swasta di Indonesia merupakan suatu imbas teknologi informasi yang tidak bisa dibendung lagi, perkembangan media televisi

Dokumen yang terkait

INTERPRETASI MASYARAKAT TENTANG SINETRON RELIGI KOMEDI Studi Resepsi Pemirsa Sinetron Tukang Bubur Naik Haji RCTI di Dusun Sukotirto Desa Badang Kec. Ngoro Jombang

0 16 45

Respon Jamaah Majelis Ta'lim al-Muhajirin terhadap sinetron Munajah Cinta di RCTI

2 12 65

Respon Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Film La Tahzan

0 10 75

Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di Rcti

2 21 135

Respon Jamaah Haji Tahun 2013 Terhadap Bimbingan Manasik Haji Kbih Darunnisa Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

1 53 126

Variasi Bahasa Dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH) Kajian Etnografi Komunikasi"Reviwer

0 4 4

PENGARUH SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA Pengaruh Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Terhadap Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus Di Dukuh Pengkol, Kaligawe, Pedan, Klaten).

0 1 13

PENGARUH SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA Pengaruh Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Terhadap Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus Di Dukuh Pengkol, Kaligawe, Pedan, Klaten).

0 2 18

MOTIF PEMIRSA MENONTON SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES DI RCTI (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa di Surabaya Dalam Menonton Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series di RCTI).

0 0 107

MOTIF PEMIRSA MENONTON SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES DI RCTI (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa di Surabaya Dalam Menonton Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series di RCTI) SKRIPSI

1 0 20