26 digunakan. Naloxone digunakan sebagai antidotum untuk sedasi narkotik dengan efek inhibitor
kompetitif. Durasinya lebih pendek dibanding narkotik dan justru digunakan untuk mengatasi overdosis opiat narkotik.
19,20
Anestesi topikal pada traktus aerogigestive atas, area glottis dan bronkial dapat diperoleh dengan aplikasi lidokain, benzocaine tetracaine dan kokain. Lidokain paling banyak dipakai karena
onset cepat durasi pendek dan efek terapeutik lebar. Safety margin pada dosis 7 mgkg.
19,21
2.9. TINDAKAN BRONKOSKOPI
Sebelum memulai tindakan bronkoskopi, dilakukan pemantauan tekanan darah, detak jantung, frekwensi pernafasan, denyut nadi oksimetri oksigen saturasi. Penderita harus diberikan
suplemen oksigen selama dan setelah tindakan bronkoskopi.
1,5,17
Ada tiga cara untuk melakukan FOB, yaitu melalui hidung trans nasal, mulut trans oral atau melalui tabung endotrakeal ETT. Elastisitas FOB memungkinkan bronkoskop melewati
hidung, tenggorokan posterior, pita suara, trakea, karina membagi bronkus utama kanan dan kiri. Kemudian FOB masuk ke bronkus dan segmen yang lebih kecil kanan dan kiri paru. Karina dan
semua segmen pada trakeobronkial divisualisasikan pada layar video bronkoskopi. Karina dinilai ketajamannya. Subsegmen paru dinilai posisi, tekstur, warna, ukuran dan patency. Mukosa bronkial
juga diperiksa apakah ada infiltrasi, peradangan dan sekresi.
2,10,22
Setelah tindakan bronkoskopi selesai dilakukan, penderita dipantau tanda-tanda vital seperi tekanan darah, denyut nadi, serta penderita tidak boleh mengkonsumsi apapun sampai dua jam
setelah tindakan bronkoskopi selesai dilakukan. Batuk dengan sedikit darah, sakit tenggorokan dan ketidaknyamanan karena alergi terhadap obat yang diberikan selama prosedur biasa dijumpai
setelah tindakan bronkoskopi. Hal ini akan hilang setelah dua jam prosedur bronkoskopi selesai dilakukan.
2,22
Universitas Sumatera Utara
27
2.10. KRITERIA PENAMPAKAN GAMBARAN BRONKOSKOPI
Pada saat melakukan bronkoskopi, ada beberapa keadaan yang dapat dijumpai, seperti:
22
1. Normal
Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai kelainan pada mukosa ataupun cabang-cabang bronkus.
2. Inflamasi
Gambaran inflamasi dapat menyeluruh misalnya bronkitis kronis ataupun lokal akibat benda asing. Inflamasi dapat terjadi secara akut misalnya radang paru yang berhubungan
dengan segmental maupun kronis misalnya tuberkulosis.
Gambar 3. Skema percabangan utama trakeobronkial.
22
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 4. Menunjukkan perubahan akibat inflamasi bronkitis kronis.
22
Perubahan peradangan meliputi :
• Hiperemis dan peningkatan vaskularisasi dari mukosa berwarna gelap atau merah muda atau bahkan merah. Mukosa bronkus normal berupa palepink atau berwarna
merah kuning. • Pembengkakan swelling.
Pada peradangan ringan, tampak sedikit pinggir dari karina tumpul dan buram atau kehilangan kontur sehingga tulang rawan bronkial menonjol. Pada peradangan yang
parah terjadi penyempitan mukosa. • Sekresi
Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan lendir yang berguna untuk pembersihan. Pada waktu peradangan, sekresi menjadi banyak dan sifat sangat
bervariasi, misalnya mukoid, tebal dan mukus yang kental bronkitis kronis, Mukus berupa plague asma, pusnanah infeksi berat.
• Perubahan terlokalisir localized changes Reaksi lokal dapat dijumpai pada kelainan seperti pneumonia, abses paru, TBC,
aspirasi benda asing, bronkiektasis, karsinoma, dan lain lain.
Universitas Sumatera Utara
29 • Ascociated changes
Terutama terlihat pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis PPOK, dimana dijumpai submukosa atrofi, hipertrofi pada dinding membran bronkiol.
Gambar 5. Menunjukkan penonjolan dinding trakea kanan oleh
karena tekanan ekstrinsik.
22
• Tuberkulosis Dijumpai peradangan pada endobronkial, distorsi pada lumen trakeabronkus yang
disebabkan limfadenofati ekstrabronkial.
Gambar 6 . Menunjukkan perubahan inflamasi tuberkulosis dengan serangkaian
sekresi terlihat pada batang utama bronkus kanan.
22
Universitas Sumatera Utara
30 3.
Tumor Gambaran bronkoskopi pada tumor atau pembesaran kelenjar getah bening atau metastasis
dapat dijumpai tiga perubahan utama : • Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal pada trakeo bronkial, biasanya
disebabkan oleh limfadenopati sekunder berupa pelebaran sudut karina, pembengkakan pada dinding trakeabronkus utama.
• Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau ulserasi dari mukosa pada sebagian atau seluruh lumina.
• Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari intralumen itu sendiri, dijumpai pelebaran atau ruptur dari kelenjar limfe sekunder melalui dinding bronkial.
Pertumbuhan intralumen bisa menutup lumen secara total atau parsial.
Gambar 7. Menunjukkan fungating tumor di sebelah kiri batang utama
bronkus.
22
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 1 . Karakteristik Gambaran Bronkoskopi Tumor.
22
Tumor Karakteristik Bronkoskopi
Karsinoma Berlobusnekrotik, berwarna putihkrem, permu-
kaan mukosa tampak penonjolan pembuluh darah engorged
Karsinoid Berwarna merah cherry, bulat, mudah berdarah
Kondromata Halus, permukaan pucat, konsistensi kasar
4. Miscellaneous
• Perdarahan bronkial Dalam beberapa kasus batuk darah hemoptisis, pemeriksaan bronkoskopi memberikan
gambaran normal. Pada perdarahan yang masif dilakukan pembersihan dari trakeobronkial dengan normal salin untuk membantu menemukan sumber perdarahan.
• Benda asing Benda asing sering menyebabkan peradangan lokal, bahkan menyebabkan infeksi yang
luas dan kerusakan pada bronkial dan jaringan paru distal. Benda asing dapat menghasilkan sekresi purulen.
• Sarcoidosis Tampak dua gambaran utama,yaitu :
1. Pembesaran kelenjar getah bening, karina dan subkarina melebar
dan distorsi trakeobronkial. 2.
Perubahan bentuk mukosa trakeobronkial, hiperemis dan sekresi yang meningkat.
• Perubahan radiasi
Universitas Sumatera Utara
32 Perubahan mengikuti pola umum: segera, reaksi peradangan akut, selanjutnya
penyusutan atau hilangnya tumor dengan berkurangnya peradangan, mukosa pucat dan kontraktif jaringan parut setelah beberapa bulan dan terjadi fibrosis pada daerah yang
terkena. • Trauma trakea
Dijumpai fraktur pada dinding trakea atau bronkus. • Fistula Bronkopleura
Merupakan sekunder dari empiema, abses paru, pecahnya kista paru, pneumotoraks, trauma atau pasca operasi. Pada gambaran bronkoskopi tampak gelembung udara, waktu
sekresi tampak gerakan pernafasan. • Amiloidosis
Jarang terjadi, dinding bronkial berwarna kuningabu-abu yang menyerupai gambaran carsinomatous infiltratif.
2.11. PENGAMBILAN SPESIMEN