35
BAB III BAHAN DAN METODA
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif.
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu IDT RS. H. Adam Malik Medan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU.
3.3. SUBJEK PENELITIAN 3.3.1.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua data penderita yang dilakukan bronkoskopi di IDT RS. H. Adam Malik MedanDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FK USU. 3.3.2.
Sampel
Semua data penderita yang di lakukan bronkoskopi di IDT RS. H. Adam Malik MedanDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU dari tahun
2007 sampai tahun 2009.
3.4. JUMLAH SAMPEL
Semua data penderita yang di bronkoskopi di IDT RS. H. Adam Malik Medan Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU dari tahun 2007 sampai tahun 2009. 3.5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
3.4.1. Kriteria Inklusi:
Semua data penderita yang dirawat di bagian paru yang di lakukan
Universitas Sumatera Utara
36 bronkoskopi di IDT RS H. Adam Malik Medan.
3.4.2. Kriteria Eksklusi:
1. Penderita yang dilakukan bronkoskopi di IDT yang bukan
penderita rawat inap di bagian paru. 2.
Penderita yang dirawat di bagian paru yang di bronkoskopi di ICU.
3. Data rekam medis yang tidak lengkap.
3.6. KERANGKA OPERASIONAL
Data Rekam Medik
Bronkoskopi
Diagnosis Penyakit Karakteristik
Indikasi
Kriteria Penampakan Bronkoskopi
Cara Pengambilan Sampel
Gambar 10. Kerangka operasional penelitian
3.7. DEFINISI OPERASIONAL
1. Bronkoskopi adalah suatu teknik visualisasi keadaan di dalam saluran nafas dengan
menggunakan satu alat instrumen yang di sebut bronkoskop yang dimasukkan ke dalam saluran nafas melalui hidung, mulut ataupun trakeostomi. Hal ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
37 memeriksa secara visual kelainan pada saluran nafas seperti peradangan, tumor, perdarahan
dan untuk mengambil sampel jaringan atau sputum. 2.
Indikasi diagnostik digunakan pada: • Gejala atau tanda pada endobronkial
Gejala atau tanda-tanda penyakit pada endobronkial adalah indikasi yang paling umum untuk dilakukan bronkoskopi, seperti dijumpai adanya batuk kronis, hemoptisis,
atelektasis, radang paru yang bersifat obstruktif, adanya kelainan pada gambaran foto toraks.
• Kanker paru Kanker paru adalah salah satu kondisi yang paling umum diindikasikan untuk dilakukan
tindakan bronkoskopi. Hal ini diperlukan untuk menegakkan diagnosis, menentukan staging, dan merupakan diagnosis dini dari klanker paru.
• Pasien luka bakar Pasien yang menderita luka bakar dan diduga menderita cedera pada bagian pernafasan
perlu dilakukan tindakan bronkoskopi. • Penilaian posisi setelah pemasangan endotracheal tube
3. Indikasi terapeutik digunakan pada:
• Mengambil benda asing Removal of foreign body Secara umum, pengambilan benda asing yang paling baik dilakukan menggunakan
bronkoskopi rigid dibawah anestesi umum. FOB dapat digunakan sebagai prosedur screening untuk tersangka kasus aspirasi. Pasien yang diketahui atau dicurigai teraspirasi
benda asing harus dilakukan bronkoskopi rigid, dan apabila tidak jelas apakah terjadi aspirasi atau tidak pasien harus menjalani diagnosis dengan FOB, dan kemudian
dilanjutkan dengan bronkoskopi rigid apabila benda asing ditemukan. • Abses paru
Universitas Sumatera Utara
38 Tindakan bronkoskopi pada abses paru bertujuan untuk terapi pada lesi endobronkial dan
untuk drainase. • Stenosis trakea
Tindakan bronkoskopi pada stenosis trakea bertujuan untuk pelebaran trakea. • Refractory atelektasis dengan menggunakan balon cuff
• Respiratory toilette Bronkoskopi biasa juga digunakan untuk membersihkan saluran nafas, dimana apabila
drainase postural, tapotage, batuk dan sekresi dengan suction tidak dapat dilakukan maka dapat dilakukan bronkoskopi untuk membersihkan saluran nafas. Pada penelitian
retrospektif menunjukkan bahwa pasien yang di rawat di ICU setelah dilakukan bronkoskopi untuk membersihkan saluran nafas memberikan hasil yang baik dan
mencegah terjadinya atelektase. • Pneumonia, penyakit paru yang difus
Bronkoskopi merupakan prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan spesimen dari saluran pernafasan untuk menegakkan diagnosis infeksi baik dengan cara sikatan, biopsi,
transbronchial needle aspiration TBNA atau transthoracal Lung Biopsy TTLB, Bronchoalveolar Lavage BAL, ripple lumen kateter maupun laser.
• Sulit intubasi Apabila terjadi kesulitan dalam melakukan intubasi, FOB dapat digunakan untuk
membantu, di mana tabung endotrakeal akan melewati bronkoskop dan dengan melihat langsung dengan panduan bronkoskop dapat diarahkan ke trakea.
4. Umur dikelompokkan dalam : a. 1-20 tahun
b. 21-40 tahun c. 40 tahun
Universitas Sumatera Utara
39 5.
Adapun kriteria penampakan bronkoskopi yang biasa dinilai yaitu : 1.
Massa intrabronkial a.
Obstruktif : Total atau parsial b.
Permukaan : Berbenjol-benjol atau rata c.
Mukosa : Compang-camping, licin, mudah berdarah atau tidak mudah berdarah.
2. Mukosa infiltratif minimal memenuhi 3 kriteria
a. Hiperemis
b. Sub mukosa tidak rata
c. Nekrosis
d. Edema
3. Stenosis
a. Total
b. Tidak total
c. Kompresif
d. Non kompresif
e. Infiltratif
4. Peradangan
a. Hiperemis
b. Edema
6. Bronkus dan cabang-cabangnya normal
7. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara :
• Bilasan bronkus Bronchial washing • Sikatan bronkus Bronchial Brushing
• Bronchoalveolar Lavage BAL
Universitas Sumatera Utara
40 • Biopsi endobronkial Endobronchial Biopsy
• Transbronchial Needle Aspiration TBNA • Transthoracal Lung Biopsy TTLB
• Biopsi lesi perifer Pheripheral lession Biopsy
3.8. VARIABEL DEPENDEN DAN INDEPENDEN 3.8.1. Variabel dependen: