Latar Belakang Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Mukono, 2000. Arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri, yang diantaranya memakai berbagai bahan kimia dan zat radioaktif. Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri ditandai oleh pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu merupakan tantangan yang besar terhadap dampak bahan kimia bagi lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Makanan dan minuman adalah kebutuhan manusia yang paling penting untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan makanan dan minuman ini tidak terlepas dari kebutuhan akan peralatan rumah tangga yang digunakan sebagai wadah bagi makanan dan minuman tersebut seperti piring, gelas, mangkok, sendok, dan peralatan makan lainnya. Peralatan rumah tangga yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terbuat dari berbagai jenis bahan. Salah satunya adalah melamin. Di berbagai toko yang menjual perabotan rumah tangga, peralatan makan dan minuman Elza Artha : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota..., 2007 USU e-Repository © 2009 yang terbuat dari melamin relatif mudah ditemukan. Peralatan rumah tangga itu semakin membanjiri pasar tradisional dan swalayan. Peralatan makan melamin mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan peralatan makan yang terbuat dari kaca, logam,atau keramik. Melamin lebih kuat, harga murah, desain warna yang menarik dan beragam, ringan dan tidak mudah pecah. Dengan segala kelebihan melamin tersebut, sebagian orang tak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia Harjono, 2006. Menurut IPCS International Programme on Chemical Safety, lembaga khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada keselamatan penggunaan bahan-bahan kimiawi, secara umum ambang batas aman formaldehid dalam tubuh kita adalah 1 mg per kilogram berat badan Kurnianingsih, 2006. Menurut standar acuan ISO 14528-3 Tahun 1999, Pasific- Melamine Formaldehyde Powder Molding Campounds kandungan formaldehid yang diperbolehkan terdapat pada peralatan makan melamin adalah sebesar 3 ppm Anonimous, 2007. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76 - 9,22 ppm. Hal ini sangat jauh dari standar yang sudah ditetapkan mengenai kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada peralatan makan melamin. Elza Artha : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota..., 2007 USU e-Repository © 2009 Menurut Ariwahjoedi dalam Harjono, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid. Penggunaan formaldehid pada proses pembuatan peralatan makan melamin berfungsi sebagai bahan baku dan pengawet. Formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali dengan adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi degradasi dimana partikel-partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer dan otomatis menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia. Hal ini terjadi apabila senyawa melamin terkena air panas, sinar ultraviolet, adanya gesekan- gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin Harjono, 2006. Bahaya formaldehid terhadap kesehatan manusia dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada membran mukosa, dermatitis, gangguan pada pencernaan, hematemesis, hematuria, proteinuria, anuria, acidosis, vertigo, koma, dan kematian Windholz, 1976. Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan inhalasi akan segera diabsorbsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta, bronchitis, edema pulmonari atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatitis. Jika masuk lewat penelanan ingestion sebanyak 30 ml 2 sendok makan dari larutan formaldehid dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual, muntah, nyeri, pendarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara terus- Elza Artha : Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota..., 2007 USU e-Repository © 2009 menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung Widyaningsih, 2006. Efek formaldehid pada kesehatan manusia dapat terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang. Iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, dan menstruasi. Akumulasi formaldehid yang tinggi di dalam tubuh bisa menyebabkan beragam penyakit. Bahkan penyakit kanker yang mematikan Anonimous, 2005b.

1.2. Perumusan Masalah