BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Perumahan dan Pemukiman Menurut Undang-Undang
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, pasal 1 :
dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. 2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstruktur. 5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
II.2. Pengertian Optimalisasi
Menurut Tim Penyusun kamus bahasa 1994:705 Optimalisasi merupakan proses, cara atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan
paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan.
II.3. Gambaran Umum Perumahan dan Pemukiman
Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa,
dan perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan pemukiman tidak dapat dilihat sebagai
sarana kebutuhan kehidupan semata-mata, akan tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk
memasyarakatkan dirinya dan menampakan jati diri. Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban umum dalam
pembangunan dan kepemilikan, maka setiap pembangunan rumah harus dilakukan di atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta sistem penyediaan tanah untuk perumahan dan pemukiman harus ditangani secara nasional, karena tanah merupakan
sumber daya alam yang tidak dapat bertambah. Maka harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, agar penggunaan dan
pemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat secara adil dan merata tanpa menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial dalam proses bermukimnya
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan pemukiman dan perumahan papan yang menjadi salah satu parameter tolak ukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu masyarakat,
yang memenuhi standar kesehatan cukup sirkulasi udara, cahaya, dan terjaga sanitasinya dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan teknis
perumahan yang layak, masih sangat memprihatinkan. Masih banyak kita jumpai pemandangan pemukiman kumuh dibantaran kali dan di tanah-tanah tak bertuan dan
atau tanah-tanah negara yang belum difungsikan. Selain persediaan lahan yang terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan pembangunan di
daerah-daerah, menyebabkan kaum urban berdatangan ke kota-kota besar berusaha mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya.
Oleh karenanya, pembangunan perumahan dan pemukiman harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah
dengan memperhatikan keseimbangan antara pengembangan daerah pedesaan dan daerah perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakan kegiatan ekonomi
dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman, perlu ditingkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, koperasi, usaha
Negara BUMNBUMD, usaha swasta, dan masyarakat dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman, dan
serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah
dan rendah Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993. Pengadaan rumah sederhana serta peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama
Universitas Sumatera Utara
berpenduduk padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan hasil guna lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan
kualitas lingkungan pemukiman. Perumahan nasional merupakan suatu pemukiman yang perencanaannya
dibangun oleh negara dimana dengan adanya pemukiman tersebut dapat berguna membantu masyarakat mendapatkan fasilitas rumah tempat tinggal yang layak
dengan harga yang dapat dijangkau serta memiliki sistem pembayaran yang dapat diangsur.
Dengan keterbatasan luas tanah yang tersedia, dirasakan perlu untuk membangun perumahan dengan sistem satu lantai yang disebut Rumah Susun
Rusun, dengan tetap memperhatikan faktor sosial budaya yang hidup dalam masyarakat. Rumah Susun sebagai solusi pengadaan perumahan di daerah perkotaan,
dapat berfungsi sebagai tempat hunian, kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan, maupun bangunan pemerintahan.
II.3.1. Persyaratan Suatu Perumahan dan Pemukiman
A. Persyaratan dasar perumahan
Kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
a. Aksesibilitas
Yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan.Aksesibilitas dalam kenyataannya berwujud jalan dan transportasi.
b. Kompatibilitas
Yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Fleksibilitas Yaitu kemungkinan pertumbuhan fisikpemekaran kawasan perumahan
dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. d. Ekologi
Yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya. B.
Persyaratan dasar pemukiman Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab Perumahan dan Permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang
terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik
untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut: a.
Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran
udara atau pencemaran lingkungan lainnya. b.
Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.
d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang
siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
Universitas Sumatera Utara
e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor tinja yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur
agar lingkungan permukiman tetap nyaman. g.
Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai
dengan skala besarnya permukiman itu. h.
Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
II.3.2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Ada berbagai cara untuk pembangunan pemukiman, antara lain pembangunan secara individual dan tidak terorganisir, pembangunan oleh pengembang
pembangunan dan pembangunan permukiman oleh Perum Perumnas. 1. Pembangunan Perumahan Secara Individual yang Tidak Terorganisasi.
Apabila seseorang memiliki sebuah lahan di kota, maka ia akan membangun rumah. Peminat pembangunan rumah ini akan mengajukan permohonan ijin
mendirikan bangunan kepada Pemkot, yang harus dilengkapi dengan advis planning. Pada advis planning itu akan tergambar letak bangunan dan letak rencana jalan yang
ada di depan bangunan. Dalam hal ini, yang sering terjadi adalah jalan tersebut belum dibuka oleh pemerintah, sehingga pemilik bangunan menggunakan jalan kecil
yang ada di lapangan yang tidak sesuai dengan rencana kota. Lambat laun jalan yang ada tadi akan dikembangkan oleh penduduk sekitar atau oleh lurah melalui proyek
bantuan pembangunan desa.
Universitas Sumatera Utara
Dan kemudian akan terus bertambah bangunan-bangunan lain pada jalan yang tidak mengikuti rencana kota itu sehingga pada akhirnya rencana kota yang
akan menyesuaikan dengan keadaan yang sudah terjadi. Kemungkinan jangkauan pengawasan pembangunan kota belum sampai ke seluruh penjuru kota sehingga
banyak menimbulkan munculnya bangunan yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai dengan rencana kota. Selain itu biasanya para pemilik tanah tidak mau menyisihkan
sebagian dari tanahnya untuk rencana jalan. Lambat laun kawasan kota yang dibangun secara individual akan menjadi kawasan kota yang tidak teratur
perencanaannya. 2. Pembangunan oleh Pengembang
Istilah lainnya adalah real estate yang dilaksanakan dengan cara membeli sejumlah lahan dan direncanakan untuk pembangunan pemukiman dan setelah
selesai dibangun lalu dijual kepada masyarakat.
Pembangunan seperti ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: a.
Rencana tapak disesuaikan dengan rencana kota dan standar yang ada karena rencana ini telah dibuat secara keseluruhan dan diperiksa serta diarahkan
terlebih dahulu oleh aparat pemerintah dan setelah memperoleh persetujuan baru dilaksanakan.
b. Lahan untuk fasilitas umum dan sosial dapat sekaligus disediakan oleh
pengembang. c.
Lingkungan pemukiman ini di samping tertata baik juga memperhatikan estetika lingkungan dan bangunan.
d. Semua bangunan pasti memiliki izin bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Tapi pembangunan seperti ini juga memiliki faktor negatif seperti:
a. Harga rumah lebih mahal karena pengembang mengejar keuntungan.
b. Kualitas rumah tidak sesuai dengan apa yang ditawarkan karena pelaksanaan
pembangunan rumah dalam jumlah besar maka pengawasannya menjadi berkurang.
c. Para pengembang hanya memfokuskan prasarana pada lokasi pemukiman,
padahal prasarana seperti drainase berkaitan dengan sistem pemukiman. Sekeliling kawasan pemukiman yang baru dibangun sering terkena genangan
air karena pengembang tidak membangun drainase pembuang air keluar dari kawasan pemukiman, melainkan menaikkan elevasi kawasan yang
dibangunnya. Hasilnya adalah kawasan pembangunan itu tidak terjadi banjir, melainkan memindahkan banjirnya ke kawasan sekelilingnya yang
sebelumnya tidak terjadi banjir. Karena hanya mengejar keuntungan maka para pengembang cenderung hanya
membangun rumah menengah dan rumah mewah, dan enggan membangun rumah sederhana dan sangat sederhana
3. Pembangunan Permukiman oleh Perum Perumnas Perum perumnas juga bersifat pengembang tapi perusahaan ini lebih
memfokuskan kegiatannya pada pemukiman dan rumah-rumah tingkat menengah ke bawah. Agar dapat bersaing maka prasarana ke lokasi Perum Perumnas sering kali
dibangun oleh pemerintah. PT. Perumahan Nasional Persero yang sering disingkat Perumnas,
merupakan pengembang developer yang dibentuk oleh pemerintah dalam melaksanakan pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
Universitas Sumatera Utara
perkotaan. Dalam pelaksanaannya, Perumnas menerapkan beberapa cara, antara lain dengan membangun: kapling siap bangun, rumah inti, rumah sederhana dan rumah
susun.
II.3.3 Maksud dan Tujuan Pembangunan Pemukiman
Secara umum :
• Memperbaiki keadaan pemukiman dan lingkungannya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. •
Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana dan fasilitas lingkungan.
• Meningkatkan dan memanfaatkan kembali fungsi-fungsi perkotaan
dengan lebih mengutamakan tata guna tanah.
Secara lebih khusus, menurut Undang-undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman dijelaskan bahwa penataan perumahan dan
pemukiman bertujuan untuk : •
Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
• Mewujudkan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi dan teratur. •
Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang rasional.
• Menunjukkan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan
bidang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
II.3.4. Tantangan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengadaan dan pembangunan perumahan dan pemukiman, PJP I dan PJP II, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: 1.
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana tingkat golongan
masyarakat. 3.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. 4.
Penyediaan prasarana dan sarana perumahan dan pemukiman yang serasi dan berkelanjutan.
5. Pengelolaan pembangunan perumhan dan pemukiman secara efektif dan
efisien. Hal mendasar yang memacu timbulnya berbagai tantangan dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman seperti tersebut di atas adalah adanya fenomena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat disertai dengan laju
pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan perumahan dan pemukiman.
Meskipun pembangunan perumahan dan pemukimna yang layak sudah diarahkan agar terjangkau oleh masyarakat yng berpenghasilan rendah, akan tetapi
sasaran ini masih belum dapat tercapai secara menyeluruh. Lambannya upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan
dan pemukiman yang sehat dan layak antara lain disebabkan oleh belum terciptanya
Universitas Sumatera Utara
iklim yang memadai serta terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah untuk membiayai pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut.
II.3.5. Kendala Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Pelaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman tentu tidak lepas dari berbagi kendala, yang antara lain berupa:
1. Terbatasnya lahan yang tersedia
Terbatasnya lahan, baik diperkotaan maupun di pedesaan , yang dibarengi dengan meningkatnya pembangunan serta perkembangan jumlah penduduk yang
pesat, telah mengakibatkan adanya ketimpangan antara jumlah permintaan dengan penawaran. Ketimpangan ini memacu meningkatnya nilai lahan yang digunakan
untuk mengembangkan perumahan dan pemukiman sehingga untuk mendaptkan lahan, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah semakin sulit.
2. Rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
Kondisis sosial ekonomi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, juga merupakan kendala bagi pembangunan perumahan dan pemukiman yang sehat
dan layak. Kondisi perumahan dan pemukiman yang kurang layak huni merupakan dampak langsung dari kemiskinan, disamping juga karena kekurangpahaman
masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkunganyang bersih bagi kesehatan mereka.
3. Terbatasnya informasi
Faktor lain yang menajdi kendala dalam pembangunan perumahan dan pemukiman adalah keterbatasan informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
pengadaan dan teknologi pembangunan perumahan dan pemukiman terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berdaya beli rendah.
4. Terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah
Kendala yang berkaitan dengan kemampuan Pemerintah Daerah adalah terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan perumahan
dan pemukiman itu, disamping keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarananya.
Dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan yang ditulis oleh Suparno Sastra M dan Endy Marlina, disana juga dipaparkan beberapa kendala yang
dihadapi mengenai permasalahan perumahan dan permukiman ini, yaitu: 1.
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat
golongan masyarakat. 3.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha 4.
Penyediaan prasana dan sarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan.
5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan
efisien.
Universitas Sumatera Utara
II.3.6. Permasalahan Perumahan dan Permukiman
Permasalahan secara umum pada saat ini adalah:
1 Belum melembaganya sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman
a. Secara umum sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman masih belum mantap, baik di tingkat pusat, wilayah, maupun lokal, ditinjau dari segi
SDM, organisasi, tata laksana, dan dukungan prasarana serta sarananya.
b. Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk
perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan
rendah.
c. Belum efisiennya pasar perumahan, karena adanya intervensi yang mengganggu penyediaan dan menyebabkan distorsi permintaan akan
perumahan. 2 Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan
terjangkau. a. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih belum
diimbangi kemampuan penyediaan, baik oleh masyarakat, dunia usaha dan pemerintah.
b. Ketidakmampuan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau serta memenuhi standar
lingkungan permukiman yang responsif sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan, karena terbatasnya akses informasi, terutama yang berkaitan
dengan pertanahan dan pembiayaan perumahan. c. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan yang
menyebabkan terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan perumahan.
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu, sistem dan mekanisme subsidi perumahan bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah masih perlu dimantapkan, baik
melalui mekanisme pasar formal maupun melalui mekanisme perumahan yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.
3 Menurunnya kualitas lingkungan permukiman a. Secara fungsional, sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman
masih belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun kawasan
permukiman yang berkelanjutan, seperti terbatasnya ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, tempat usaha dan perdagangan di samping prasarana
dasar perumahan dan permukiman, seperti air bersih, sanitasi, dan pengelolaan limbah.
b. Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan.
Dampak semakin menurunnya daya dukung lingkungan di antaranya adalah dengan meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya, sehingga
luas lingkungan permukiman kumuh seperti pada tahun 2000 telah mencapai sekitar 47.500 ha yang tersebar tidak kurang dari sekitar 10.000 lokasi.
c. Secara visual wujud lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang positif bahwa sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai
bergeser menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta
nilai-nilai arsitektural yang baik. Selain itu, kawasan yang baru dibangun juga tidak secara berlanjut dijaga penataannya sehingga secara potensial dapat
Universitas Sumatera Utara
menjadi kawasan kumuh yang baru. Perumahan dan pemukiman yang spesifik,
unik, tradisional, dan bersejarah juga semakin rawan
keberlanjutannya, padahal merupakan aset budaya bangsa yang perlu dijaga kelestariannya.
II.3.7. Strategi Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Adapun rincian strategi pembangunan perumahan serta sarana pendukungnya di perkotaan dan pedesaan hendaknya mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam upaya penyelenggaraan pembangunan perkotaan perlu segera
diciptakan iklim pengelolaan yang mempu mendorong masyarakat dan dunia usaha untuk ikut berperan serta secara aktif.
2. Salah satu faktor penyebab kemiskinan di kota adalah
tertutupnyaterhambatnya akses masyarakat miskin terhadap prasarana dan sarana perkotaan. Oleh karena itu perlu segera diwujudkan perluasan
jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan ini di kawasan tertinggal padat penduduk miskin.
3. Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu mendorong terbangunnya
prasarana dan sarana perkotaan yang layak dan memadai serta mampu menjangkau masyarakat secara luas.
4. Dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan perlu
dilakukan optimalisasi potinsi dan sumber daya lokal demi terciptanya
efisiensi dan efektivitas pengelolaan perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
II.3.8. Kualitas Perumahan dan Pemukiman
Dari hasil statistik perumahan yang merupakan hasil pendaftaran bangunan sensus, agaknya tidak mudah untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas
perumahan dan pemukiman di Indonesia. Pemukiman yang tertata baik atau kumuh, rumah yang layak atau tidak layak tidak dapat dibaca dari hasil sensus. Ini dapat kita
mengerti karena memang belum ada standar baku untuk menentukan apakah suatu rumah atau suatu unit lingkungan layak huni atau tidak.
Dalam rangka program dan proyek peningkatan kualitas lingkungan, khususnya pemukiman kumuh di perkotaan, memang perlu dilakukan telaah
assessment dan penilaian atas kondisi pemukiman. Ukuran atau penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
pemukiman antara lain : • Kepadatan penduduk
• Kerapatan Bangunan • Kondisi jalan
• Sanitasi dan pasokan air bersih • Kualitas konstruksi perumahan
Universitas Sumatera Utara
II.4. Perum Perumnas
Perum Perumnas didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 291974 tertanggal 18 Juli 1974 yang disempurnakan dengan PP No.121988 dan terakhir PP
No.152004 diundangkan 10 Mei 2004 mengacu pada UU No.192003 dan PP No.131998. Perumnas adalah sebuah BUMN yang tugasnya mengemban misi
pelaksanaan kebijakan dan program Pemerintah di bidang pembangunan perumahan rakyat menengah kebawah beserta sarana dan prasarananya, yang mampu
mewujudkan lingkungan permukiman sesuai rencana pengembangan wilayah perkotan.
Tugas Perum Perumnas adalah menyediakan perumahan dan permukiman bagi masyarakat luas yang layak dan terjangkau, meliputi perumahan sederhana bagi
Golongan Masyarakat Berpenghasilan Menengah Bawah dengan sasaran Pegawai Negeri Sipil PNS, TNIPOLRI dan karyawan swasta beserta sarana prasarana
lingkungan dan perumahan susun sederhana, baik untuk dijual maupun disewakan untuk buruh karyawan industri, mahasiswa, masyarakat umum dari lingkungan
kumuh. Garis pedoman dalam penjualan perumahan oleh Perum Perumnas kepada
masyarakat adalah sebagai berikut : 1.
75 dari perumahan sederhana disewakandijual kepada pegawai negeri atau TNI-Polri golongan II dan yang telah mempunyai masa kerja
sekurang-kurangnya 10 tahun. 2.
15 dari perumahan sederhana disewakandijual kepada karyawan perusahaan negaraswasta yang berpenghasilan setaraf dengan golongan I
dan II yang mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. 10 dari perumahan sederhana disediakan untuk masyarakat yang
tempat tinggalnya terkena penggusuran karena pengembangan proyek pemerintah.
Perum Perumnas juga bersifat pengembang tapi perusahaan ini lebih memfokuskan kegiatannya pada pemukiman dan rumah-rumah tingkat menengah ke
bawah. Agar dapat bersaing maka prasarana ke lokasi Perumnas sering kali dibangun oleh Pemerintah.
Selain tugas utama tersebut, Perumnas juga melakukan kegiatan bisnis komersil dalam rangka mencari dana untuk subsidi silang dan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan dengan sasaran perumahan untuk golongan berpenghasilan menengah atas dan pengembangan fasilitas komersial dengan pola kerjasama
operasi. Selama Periode 1974-1982, Perumnas telah membangun ribuan rumah
berikut sarana dan prasarana lingkungannya di daerah Depok, Klender, Bekasi, Cirebon, Semarang, Surabaya, Medan, Padang dan Makasar. Pada Periode 1982-
1991, penyertaan modal negara untuk pembangunan RSRSS dikurangi atau mulai distop, pelbagai proteksi tidak lagi diperoleh Perumnas. Iklim deregulasi dan
debirokratisasi yang diluncurkan oleh Pemerintah tahun 1983 dan baru efektif setelah tahun 1988 menciptakan sistem perekonomian yang lebih berorientasi pada pasar.
Fasilitas KPR-BTN mulai dibatasi. Perumnas beralih ke orientasi pasar, menuntut hasil pemasaran jangka pendek karena dalam situasi keuangan yang sulit. Pada
Periode 1992-2003, Perumnas melakukan kegiatan usahanya bermodalkan dana sendiri. Ketika krisis moneter melanda, orientasi produk dan pasar sekaligus
Universitas Sumatera Utara
dipadukan dan pemasaran serta penjualan sediaan stock terpaksa dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar.
II.5. Pandangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah terhadap Hunian