Fungsi Transportasi Tahap-tahap Perhitungan AHP

6. Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan a. Kelompok 6.000 keluarga • Gedung serba guna b. Kelompok 24.000 keluarga • Gelanggang Remaja 7. Fasilitas Olah Raga dan Lapangan Terbuka a. Kelompok 50 keluarga • Tamantempat bermain b. Kelompok 500 keluarga • Taman dan tempat bermain c. Kelompok 6.000 keluarga • Kesatuan antara taman, tempat bermain dan lapangan olah raga. Lokasinya mengelompok dengan sekolah. d. Kelompok 24.000 keluarga • Kesatuan antara taman, tempat bermain dan lapangan olah raga. Loaksinya mengelompok dengan sekolah.

II.11. Fungsi Transportasi

Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana kendaraan dan prasarana jalan. Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan perangkutan transportasi dari satu tempat ke tempat lain. Di sini terlihat, bahwa transportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Kegiatan transportasi yang diwujudkan dalam bentuk lalu lintas kendaraan, pada dasarnya merupakan kegiatan yang menghubungkan dua lokasi dari tata guna lahan yang mungkin sama atau berbeda. Memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, berarti memindahkannya dari satu tata guna lahan ke tata guna lahan yang lain, yang berarti pula mengubah nilai ekonomi orang atau barang tersebut. Transportasi dengan demikian merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengubah letak geografis barang atau orang. Jadi salah satu tujuan penting dari perencanaan tata guna lahan atau perencanaan sistem transportasi, adalah menuju ke keseimbangan yang efisien antara potensi tata guna lahan dengan kemampuan transportasi. Untuk wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai, antara lain dengan melihat kondisi transportasinya. Transportasi yang baik, aman, dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota, juga memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota.

II.12. Analytic Hierarchy Process AHP

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process AHP. Teknik ini dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty di Universitas Pittsburg di USA. Saaty menyatakan bahwa AHP merupakan teori umum pengukuran yang digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu Saaty, 1980. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan preference, Universitas Sumatera Utara kepentingan importance atau perasaan likehood. Di dalam sebuah hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, subkriteria-subkriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Struktur hirarki pada penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 2.1. AHP adalah salah satu metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang mengandung banyak kriteria Multi-Criteria Decision Making. AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan pilihan atau alternatif decompotition. AHP juga memperkirakan perasaan dan emosi sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan. Suatu set perbandingan secara berpasangan pairwise comparison kemudian digunakan untuk menyusun peringkat elemen yang diperbandingkan. Penyusunan elemen elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. AHP menyediakan suatu mekanisme untuk meningkatkan konsistensi logika logical consistency jika perbandingan yang dibuat tidak cukup konsisten. 1 1 Juanto Sitorus, Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kinerja Waktu Proyek Epc Gas di Indonesia, Tesis, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007, hal. 69 Universitas Sumatera Utara Tujuan: Perumnas yang Optimal untuk Dihuni Aktor : Pemerintah Pemukim Kontraktor Kriteria : A B C D E Alternatif : Helvetia Mandala Simalingkar Martubung Gambar 2.1. Struktur Hierarki Keterangan A : Jarak titik tengah Perumnas ke fasilitas terdekat :  Parameter yang terbaik : jarak yang terpendek. B : Jumlah armada angkutan umum yang melewati Perumnas  Parameter terbaik : jumlah armada angkutan umum terbanyak C : Kondisi perkerasan  Parameter yang terbaik : persentase terbesar kondisi jalan yang baik. D : Jarak Perumnas ke pusat inti kota Medan  Parameter yang terbaik : jarak yang terpendek. E : Harga rumah  Parameter terbaik : harga rumah yang terendah per tipe rumah. F : Penghasilan pemukim  Parameter terbaik : jumlah responden terbanyak yang termasuk range penghasilan masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah Universitas Sumatera Utara

II.12.1. Manfaat, Kelebihan, Keuntungan dan Kelemahan Metode AHP

 Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process AHP antara lain yaitu: a. memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan, b. memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada, c. memudahkan pengukuran dalam elemen, d. memungkinkan perencanaan ke depan.  Kelebihan metode ini menurut Badiru 1995 adalah: a. struktur yang berhierarki merupakan konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria paling dalam, b. memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan, c. memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.  Selain mempunyai kelebihan, metode Analytical Hierarchy Process AHP ini juga mempunyai banyak keuntungan dalam penggunaannya. Saaty 1993 menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode AHP pada proses pengambilan keputusan multikriteria, diantaranya yaitu: a. Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. Universitas Sumatera Utara b. Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. c. Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebalikan setiap alternatif. d. Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas e. Saling Ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. f. Tawar Menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas alternatif dari berbagaai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. g. Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu metode penetapan prioritas. h. Pengulangan Proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Universitas Sumatera Utara i. Penilaian dan Konsensus AHP tak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. j. Penyusunan Hierarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilahmilah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa pada setiap tingkat.  Meskipun mempunyai kelebihan, namun metode AHP juga mempunyai kelemahan yaitu: a. orang yang dilibatkan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih dengan menggunakan metode AHP, b. untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal.

II.12.2. Aksioma-Aksioma AHP

Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam AHP 1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1x. 2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang Universitas Sumatera Utara dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster kelompok elemen yang baru. 3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya. 4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. Selanjutnya Saaty 2001 menyatakan bahwa proses hirarki analitik AHP menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara

II.12.3. Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain.

II.12.4. Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti di bawah ini. Gambar 2.2. Struktur Analytic Hierarchy Process AHP Goal Objectives Sub- Objectives Alternatives Universitas Sumatera Utara 2. Penilaian kriteria Kriteria dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan- pertimbangan yang berdekatan Sumber : Thomas L. Saaty, Pengambilan Keputusan Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A1 1 A2 1 A3 1 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada tabel 2.1. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung direct, yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Universitas Sumatera Utara Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut: a. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut Suryadi Ramdhani, 1998: • Hubungan kardinal : a ij . a jk = a ik • Hubungan ordinal : A i A j , A j A k maka A i A k Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Universitas Sumatera Utara Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks. e. Indeks Konsistensi CI = λmaks-n n-1 f. Rasio Konsistensi = CI RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Daftar RI dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3. Nilai Indeks Random Ukuran Matriks Nilai RI 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59 Universitas Sumatera Utara

II.13. Tahap-tahap Perhitungan AHP

1. Komponen-komponen eigen vektor utama setiap baris Wi = nj j j n j a a a a × × × × .... 3 2 1 2. Eigen vektor Bobot Prioritas X i = Wi Wi ∑ 3. Eigen value maks λ maks λ maks = ∑ i ij X a . X i n 4. Indeks konsistensi CI CI = 1 − − n n maks λ 5. Rasio konsistensi CR CR = RI CI dimana: a 1j = komponen-komponen elemen setiap baris n = jumlah kriteria Wi = eigen vektor utama X i = eigen vektorbobot prioritas λ maks = eigen value maksimum CI = indeks konsistensi CR = rasio konsistensi RI = indeks random konsistensi Universitas Sumatera Utara

II.14. Penilaian Perbandingan Multi Partisipan