1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi antara surplus unit dengan defisit unit. Surplus
unit adalah pihakmasyarakat yang kelebihan dana, sedangkan defisit unit adalah pihakmasyarakat yang membutuhkan dana. Sebagai berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, bank juga menawarkan jasa dalam bidang keuangan lainnya dalam rangka kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan bisnis pada umumnya.
Dengan demikian, kegiatan usaha bank secara mendasar adalah menjalankan fungsi penghimpunan, penyaluran dana, dan jasa keuangan. Begitu pula dengan perbankan
syariah. Peran perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional terus
meningkat. Bank-bank syariah telah mampu memposisikan diri mereka sebagai institusi keuangan yang tidak hanya memainkan peran penting dalam mobilisasi
alokasi dan pemanfaatan sumber daya, tetapi juga secara aktif ikut berperan dalam pelaksanaan kebijakan moneter pemerintah.
Eksistensi bank syariah telah memberikan nafas baru bagi dunia bisnis di Negara ini terutama dunia perbankan. Walau masih terbilang baru di dunia
perbankan, namun bank syariah mampu maju dan berkembang di tengah persaingan
2
yang pelik. Hal ini terbukti dari statistic perkembangan volume usaha bank syariah menurut Bank Indonesia rata-rata sebesar 70 dari tahun ke tahun. Sebuah angka
yang besar dan menunjukkan kontinuitas perkembangan bank syariah yang menjanjikan.
Dengan dikeluarkannya fatwa MUI No. 1 Tanggal 24 Januari 2004 mengenai hukum riba tentu memberikan suatu persepsi baru dalam masyarakat tentang
kedudukan bank umum syariah dan bank umum konvensional, dimana hal itu tentu akan memberikan pengaruh bagi kinerja bank umum syariah. Dalam kondisi seperti
itu, tiap bank yang ada dituntut untuk meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin. Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah
analisis laporan keuangan. Untuk mengadakan interpretasi dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu
bank memerlukan adanya ukuran tertentu.ukuran yang sering digunakan untuk melakukan analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam
aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman
prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.
Rasio juga merupakan salah satu pengukur tingkat pembiayaan dan likuiditas suatu bank. Bank-bank termasuk bank syariah memberikan pembiayaan-pembiayaan
3
dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebuthan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
1
Selain itu, pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan
demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan instrument pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber pendapatan yang
dominan.
2
Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu, kualitas dan efisiensi harus dijaga agar jangan
sampai menjadi pembiayaan bermasalah, yang akibatnya bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan menyebabkan kerugian bank
karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang ditanamkan dalam pembiayaan itu.
3
Untuk mengukur efisiensi pengelolaan pembiayaan dapat diukur dengan rasio financing to deposit ratio FDR. Indicator ini untuk mengukur jumlah dana pihak
ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Angka FDR yang baik menurut Surat Edaran Bank Indonesia adalah tidak boleh melebihi angka 110. Yang berarti
1
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik , Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, 160.
2
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006 Cet. 4, 208.
3
Nasrudin, Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank, 2008, 209.
4
bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110. Namun FDR yang ideal berada
pada posisi 80-90 persen.
4
Selain FDR juga dikenal rasio Loan to Deposit Ratio LDR dalam bank konvensional. LDR ini menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan yang dilakukan nasabah penyimpan dengan mengandalkan pinjaman dari sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR ini, maka semakin rendah
kemampuan likuiditas bank tersebut. Rasio ini selain mencerminkan kondisi likuiditas bank, juga digunakan untuk mengukur tingkat resiko yang menjadi beban
bank dalam menjalankan usahanya.
5
Dengan adanya rasio ini, kita bisa mengetahui tingkat likuiditas dan kemampuan suatu bank dalam memberikan pembiayaan serta membayarkan
kewajiban bank tersebut. Selain itu kita juga dapat mengetahui perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank. Jika pembiayaan meningkat, itu berarti daya beli masyarakat pun meningkat, yang artinya Produk Domestik Bruto PDB pun meningkat. Namun
pada kenyataannya LDR dan atau FDR pada saat ini terbilang, yang artinya apabila tingkat FDRLDR terlalu tinggi, menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank,
4
Koran SI, Artikel ini diakses pada 09 November 2010 dari http:www.google.co.id2010.
5
Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampaknya bagi Rentabilitas Bank, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2001, 22.
5
karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu- waktu ditarik.
B. Identifikasi Masalah