Potret Tentang LDR dan FDR serta PDB Tahun 2005-2009

38

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN LDR DAN FDR TERHADAP PDB

A. Potret Tentang LDR dan FDR serta PDB Tahun 2005-2009

Perkembangan perbankan syariah di Negara Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional, dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah tetap eksis dan mampu bertahan. System perbankan yang berlaku di Negara kita terdapat dua macam dual system, yaitu konvensional yang masih menerapkan system bunga dan syariah yang menitikberatkan pada bagi hasil. Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 33 Sedangkan pada bank syariah dikenal dengan adanya aktivitas pembiayaan. Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan Pasal 1 ayat 2 adalah penyediaan uang atau 33 Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000, Cet. 3, 92. 39 tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak-pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atas tagihan tersebut, setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 34 Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. 35 Dari pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pembiayaan merupakan pinjam meminjam uang antara bank sebagai pemberi pinjaman dan nasabah sebagai debitur. Dalam hal ini bank yang berlaku sebagai pemberi pinjaman percaya terhadap nasabah peminjam dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati pada saat akad akan membayar lunas. Dan jika dihubungkan dengan kredit yang disalurkan perbankan, maka tugas pokok bank mengadakan kredit atau pembiayaan sebenarnya adalah untuk meningkatkan pendapatan atau keuntungan bank. 34 Undang-undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafindo, 2002, Cet. 1, 87. 35 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005 17. 40 Tujuan dari pembiayaan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara akro, pembiayaan bertujuan untuk: 36 a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana sehingga dapat tergulirkan. c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana. d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sector-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru. e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendaptan dari hasil 36 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005, 17 41 usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan. Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk: 37 a. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba yang maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup. b. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan. c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan manusianya ada, namun sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi. d. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan 37 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 18. 42 dalam penyeimbang dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan surplus kepada pihak yang kekurangan minus dana. Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cendra mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akam menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Adapun analisis rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Karena penginterprestasikan terhadap rasio - rasio ini cukup kompleks, maka keefektifan rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dan kemampuan dan keahlian analisis dalam menginterprestasikannya. Berikut beberapa analisis rasio keuangan yang digunakan dalam suatu bank, yaitu sebagai berikut: 1 Cash Ratio adalah : Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan 43 bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditari dengan menggunkaan alat likuid yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, alat likuid terdiri atas uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia. Semakin tinggi rasio mi semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan mempengaruhi produktifitasnya. 2 Loan to Deposit Ratio LDR adalah : Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal mi disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. 3 Return on Assets ROA adaiah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan asset. 4 Return on Equity ROE adalah : Perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio mi banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. 44 Kenaikan dalam rasio mi berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. 5 Capital Adequacy Ratio CAR adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan,, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana - dana dan sumber - sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain - lain. Rasio ini merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian - kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. 6 Debt to Equity Ratio DER adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang - utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Seperti yang kita ketahui Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary yang berarti menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat ke dalam bentuk pinjaman. Dilihat dari struktur aset bank, kredit atau pinjaman merupakan aktiva produktif terbesar sehingga 45 pendapatan bunga yang diperoleh bank dari penyaluran kredit ini merupakan pendapatan terbesar yang diperoleh bank. Menurut transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dll. Sedangkan Bank Non Devisa, adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja. Tapi karena sumber dana utama yang digunakan untuk membiayai penyaluran kredit tersebut berasal dana pihak ketiga maka besarnya pendapatan bunga tersebut akan diikuti pula dengan besarnya beban bunga yang harus dibayar kepada nasabah. Oleh karena itu pihak bank harus dapat menentukan besarnya tingkat bunga yang paling efektif sehingga kredit yang disalurkan dapat menghasilkan laba yang sebesar- besarnya. Sebagaimana sudah diketahui bahwa untuk mengukur rasio pembiayaan pada bank diketahui ada beberapa rasio yang digunakan salah satunya ialah Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Ratio. LDR adalah pembagian antara penyaluran kredit dengan dana pihak ketiga dengan kata lain perbandingan penyaluran dengan dana yang terhinpun dari masyarakat. 46 LDR masih rendah terutama di bank-bank besar tetapi tidak memasukkan faktor baru dalam LDR melainkan skema LDR yang dikaitkan dengan disinsentif giro wajib minimum GWM memberikan batas bawah rentang LDR yang tak terlalu tinggi. Sedangkan Financing to deposit Ratio FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.. Definisi ini masih bersifat umum karena lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap pemberian Pembiayaan disertai dengan klausa perjanjian. Rasio-rasio ini untuk mengukur apakah pembiayaan yang diberikan bank sudah sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia atau belum. Cara untuk menghitung LDR dan FDR yaitu: Total Loan Total Deposit x 100 LDR = 47 FDR yang merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank tersebut mempunyai batas yang telah ditentukan Bank Indonesia yaitu tidak boleh melebihi 110. Itu berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110. Jika masyarakat melakukan pembiayaan, itu berarti masyarakat tersebut menghabiskan dananya untuk dipakai memenuhi kebutuhannya, yang artinya juga akan mempengaruhi produk domestic bruto. Produk Domestic Bruto adalah jumlah produk dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam batas wilayah tertentu. Masyarakat yang melakukan pembiayaan dan penyimpanan dananya pada bank, lalu bank terebut membukukan setiap dana yang masuk dan keluar yang biasa disebut dengan laporan keuangan. Kemudian bank tersebut membandingkan antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang terkumpul. Apakah sudah sesuai dengan batas ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia pun memiliki catatan bank-bank mengenai LDR dan FDR serta PDB karena selaku Bank Sentral. Pembiayaan Dana Pihak Ketiga FDR = x 100 48 Dari semua bank yang ada di Indonesia dihitung rata-rata LDR, FDR, PDB masing-masing. Oleh karena itulah penulis menyebut perbankan nasional, karena terdiri dari bank-bank konvensional dan syariah yang ada di Indonesia. Dari situlah terlihat apakah LDR dan FDR sudah ideal atau belum, yang bisa dijadikan koreksi untuk Bank Indonesia dan bank-bank lain yang bersangkutan. Di bawah ini merupakan data-data mengenai LDR per bulan dan per kuartal dari tahun 2005-2009 dalam miliaran rupiah. 38 38 Data Statistik Bank Indonesia BULAN 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 49.5 60.82 60.55 67.06 73.76 Februari 50.52 60.51 61.02 67.89 73.5 Maret 51.22 61.14 61.98 70.66 73.08 April 51.31 61.63 62.54 71.65 72.86 Mei 52.90 60.75 63.09 72.8 73.19 Juni 53.09 61.21 63.57 73.89 73.2 Juli 53.85 61.74 63.22 76.00 74.07 Agustus 54.48 61.26 64.16 79.02 74.07 September 54.16 61.92 66.24 77.72 73.56 Oktober 54.76 61.20 66.01 77.48 73.9 November 54.07 61.32 66.94 77.6 73.67 Desember 53.20 61.56 66.32 74.58 72.88 Statistik Bank Indonesia LDR 49 Pada tahun 2005 LDR masih kisaran 50, walaupun ada kenaikan tapi tidak begitu terlalu jauh. Di tahun 2006 mulai ada kenaikan dari 50 menjadi 60, namun masih belum mengalami kenaikan yang terlalu signifikan. Begitu juga pada tahun 2007 masih pada kisaran 60. Hanya naik beberapa persen saja. Namun di tahun 2008, LDR naik menjadi kisaran 70. Dan LDR tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 79,02. Namun di bulan-bulan berikutnya LDR turun dan tidak stabil sampai dengan tahun 2009 masih di kisaran 70. Jika dilihat per kuartal, terlihat sekali kenaikan dari tahun 2005 hingga 2008 kuartal ketiga. Dan pada akhir kuartal 2008 mengalami penurunan dan fluktuasi hingga akhir 2009 pada kisaran 73. Selain data LDR, ada juga data mengenai FDR per bulan dan per kuartal dari tahun 2005-2009 dalam miliaran rupiah. 39 39 Data Statistik Bank Indonesia kuartal 2005 2006 2007 2008 2009 I 50.41 60.82 61.18 68.54 73.45 II 52.43 61.20 63.07 72.78 73.08 III 54.16 61.64 64.54 77.58 73.9 IV 56.16 61.36 66.42 76.55 73.48 LDR 50 Jika kita lihat pada table di atas, tingkat FDR per bulan pada tahun 2005 – 2006 kenaikannya sangat tinggi dibanding dengan tahun-tahun sesudahnya. FDR pada periode tersebut mencapai kisaran 100 lebih. Baru pada tahun 2007 mulai berada pada kisaran 90 dan naik menjadi kisaran 100 namun tidak begitu jauh. Pada tahun 2008 FDR menempati posisi tertinggi pada bulan September yaitu sebesar 112,25. Lalu pada tahun 2009, FDR mulai turun dan stabil pada kisaran 90. BULAN 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 97.46 99.39 98.56 97.87 100.01 Februari 102.53 103.32 97.19 94.17 100.5 Maret 104.59 106.68 95.14 102.26 103.33 April 104.42 106.22 97.02 99.87 101.54 Mei 108.52 109.68 97.12 101.86 101.06 Juni 105.95 110.52 101.12 103.18 100.22 Juli 106.99 112.23 101.96 106.97 99.59 Agustus 106.59 111.29 104.17 113.02 99.71 September 108.64 109.39 103.69 112.25 98.11 Oktober 108.86 106.53 102.65 111.66 97.30 November 110.90 105.4 103.47 111.93 95.49 Desember 88.23 98.90 102.65 103.66 89.70 Statistik Bank Indonesia FDR 51 Jika kita amati dari tabel-tabel di atas sudah terlihat bahwa kisaran LDR FDR. Itu berarti dari sisi volume pembiayaan atau kredit perbankan syariah lebih tinggi dari perbankan konvensional, yang artinya perbankan syariah memiliki kinerja lebih bagus dibandingkan dengan bank yang ada secara keseluruhan. Namun dengan tingkat FDR yang masih terbilang cukup tinggi yaitu berada pada 100 ke atas juga mengkhawatirkan. Karena FDR yang ideal berada pada level 80-90. Karena penekanan laju rasio pembiayaan bisa untuk mengantisipasi kesulitan likuiditas akibat dampak krisis keuangan global. Di bawah ini juga terdapat data mengenai PDB per kuartal dari tahun 2005- 2009 dalam miliaran rupiah. 40 40 Statistik Bank Indonesia kuartal 2005 2006 2007 2008 2009 I 101.53 103.13 96.96 97.43 101.28 II 106.3 109.81 98.42 101.64 100.94 III 107.41 110.97 103.27 110.75 99.14 IV 102.66 103.61 102.92 109.08 94.16 FDR 52 Jika kita lihat pada data di atas PDB tertinggi ada pada tahun 2007. Dari tahun 2005-2007 kuartal ketiga PDB mengalami kenaikan dan pada kuartal keempat di tahun yang sama mengalami penurunan. Baru di tahun 2008 mengalami kenaikan dan fluktuasi namun masih di kisaran 6. Tahun 2009 PDB anjlok di kisaran 4. PDB Nominal atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: kuartal 2005 2006 2007 2008 2009 I 5.96 5.13 6.35 6.21 4.55 II 5.92 5.03 6.51 6.26 4.25 III 5.89 5.31 6.39 6.25 4.3 IV 5.69 5.50 6.06 6.01 4.53 Statistik Bank Indonesia PDB PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor 53 Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri. Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi: Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

B. Analisis terhadap Korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 54 89

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia Periode 2008-2013

0 61 105

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia

3 94 97

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh Non Perorming Loan, Loan To Deposit Ratio, Dan Net Interest Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 42 104

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequancy Ratio, dan Operational Eficiency Terhadap Pertumbuhan Tingkat Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI untuk Periode 2009-2011

3 122 107

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia Periode 2008-2012

2 66 108

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 44 110

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103