Korelasi antara Loan to deposit ratio dan financing to deposit ratio perbankan nasional terhadap produk domestik bruto (tahun 2005-2009)

(1)

KORELASI ANTARA LOAN TO DEPOSIT RATIO

DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO PERBANKAN NASIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO

(TAHUN 2005-2009)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syaariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI.)

Dewi Nur Rahmah Murbani NIM : 206046103820

KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

KORELASI ANTARA LOAN TO DEPOSIT RATIO

DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO PERBANKAN NASIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO

(TAHUN 2005-2009) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syaariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh

Dewi Nur Rahmah Murbani NIM. 206046103820

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

( Dr. H. Anwar Abbas, M. Ag. ) ( Feni Arifiani, S.Ag., M. H.)

NIP. 1955102151983031002 NIP. 150321066

KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2010


(4)

ABSTRAKSI

Selaku bank sentral, Bank Indonesia (BI) mempunyai tugas salah satunya yaitu mengatur stabilitas dan lalu lintas moneter. Sudah sepatutnya Bank Indonesia mencari jalan keluar atau pemecahan dari masalah ekonomi moneter yang ada di Negara Indonesia khususnya dunia perbankan.

Dalam hal pembiayaan, perbanakn yang ada di Indonesia baik bank konvensional maupun syariah harus mematuhi ketentuan yang sudah ditetapkan oleh BI terkait masalah pemberian dana pembiayaan. Rasio untuk mengukur pembiayaan yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk bank konvensional dan FDR (Financing to Deposit Ratio) untuk bank syariah. LDR dan FDR ini harus sesuai dengan takarannya, karena jika kekurangan atau kelebihan dalam memberikan dana pembaiyaan akan berdampak tidak baik bagi kelangsungan hidup bank yang bersangkutan.

Selain LDR dan FDR, Bank Indonesia juga mengawasi tingkat PDB (Produk Domestik Bruto) yang secara teori sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat itulah yang sebagian besar menetukan naik atau turunnya PDB. Artinya PDB berbanding lurus dengan daya beli masyarakat.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur

kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap keluarganya, sahabat serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada didalamnya.

Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “KORELASI ANTARA LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO PERBANKAN NASIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (TAHUN 2005-2009)”, dapat terselesaikan dengan baik.

Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna. Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :


(6)

1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Dr. H. Anwar Abbas, M. Ag., dan Bpk. Feni Arifiani, S. Ag., M. Hum. selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT. 5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BNI Syariah, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.

6. Pimpinan dan Staf Bank Indonesia, yang telah menerima penulis untuk melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi ini.


(7)

7. Yang tercinta Ayahanda (Bpk. Rahmat Abdul Pasja), engkaulah Ayah yang bijaksana, yang dengan ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi Ananda dalam menulis skripsi ini.

8. Yang tercinta Ibunda (Ibu Siti Isnadiyah), yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang buat Ananda, yang tidak henti mendoakan, memberikan motivasi dan spirit buat Ananda, sehingga Ananda menjadi anak yang kuat dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan Ayah dan Bunda.

Amin.

9. Special untuk adikku tercinta Sulis Rahmi Izzi yang selalu setia menemani saya dalam menulis skripsi ini, terima kasih banyak karena sudah meluangkan waktunya walupun kantuk yang datang mengalahkan kesadaran.

10.Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006 Ekstensi Perbankan Syariah, khususnya Perbankan Syariah kelas “B” yaitu My Best Friend Fahd dan Eko yang selalu setia menemani saya bimbingan, Putri Kamilah dan Ami Apriani yang selalu menunggu kabar baik dari saya, Reza yang selalu memberikan motivasi-motivasi yang membangun, Rizka dan Beni yang dengan berhati besar membagi ilmunya dengan saya, sinta, wita, ari, dila, dini, mela, Inez, Budi, Amrul, Anwar, Acenk, Yasin, Jajang, Irwan, Alwi, Arif, Shofi, Micky, Syauqi dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda dan tawa selama


(8)

menjalani perkuliahan dari smester awal hingga selesai perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin dengan baik.

11.Kepada Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih semoga amal ibadah anda dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi

Robbil „Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian ucapan

terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.

Jakarta, 15 Desember 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………....vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………...5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...7

E. Review Studi Terdahulu………...8

F. Kerangka Teori………...10

G. Kerangka Konsep………...11

H. Metode Penelitian...………...11

I. Sistematika Penulisan...16

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)………...18

B. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)………...24


(10)

BAB III. GAMBARAN UMUM PERBANKAN

A. Gambaran Umum Perbankan Nasional...………...31

B. Tujuan Jasa Perbankan………...35

C. Laju Perkembangan Perbankan Nasional………...36

BAB IV. ANALISIS PERBANDINGAN LDR DAN FDR TERHADAP PDB A. Potret Tentang LDR dan FDR serta PDB Tahun 2005-2009………...38

B. Analisis terhadap Korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB…...53

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan………...59

B. Saran………...60

DAFTAR PUSTAKA………....61


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi antara surplus unit dengan defisit unit. Surplus unit adalah pihak/masyarakat yang kelebihan dana, sedangkan defisit unit adalah pihak/masyarakat yang membutuhkan dana. Sebagai berfungsi sebagai lembaga intermediasi, bank juga menawarkan jasa dalam bidang keuangan lainnya dalam rangka kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan bisnis pada umumnya. Dengan demikian, kegiatan usaha bank secara mendasar adalah menjalankan fungsi penghimpunan, penyaluran dana, dan jasa keuangan. Begitu pula dengan perbankan syariah.

Peran perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional terus meningkat. Bank-bank syariah telah mampu memposisikan diri mereka sebagai institusi keuangan yang tidak hanya memainkan peran penting dalam mobilisasi alokasi dan pemanfaatan sumber daya, tetapi juga secara aktif ikut berperan dalam pelaksanaan kebijakan moneter pemerintah.

Eksistensi bank syariah telah memberikan nafas baru bagi dunia bisnis di Negara ini terutama dunia perbankan. Walau masih terbilang baru di dunia perbankan, namun bank syariah mampu maju dan berkembang di tengah persaingan


(12)

yang pelik. Hal ini terbukti dari statistic perkembangan volume usaha bank syariah menurut Bank Indonesia rata-rata sebesar 70% dari tahun ke tahun. Sebuah angka yang besar dan menunjukkan kontinuitas perkembangan bank syariah yang menjanjikan.

Dengan dikeluarkannya fatwa MUI No. 1 Tanggal 24 Januari 2004 mengenai hukum riba tentu memberikan suatu persepsi baru dalam masyarakat tentang kedudukan bank umum syariah dan bank umum konvensional, dimana hal itu tentu akan memberikan pengaruh bagi kinerja bank umum syariah. Dalam kondisi seperti itu, tiap bank yang ada dituntut untuk meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin. Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah analisis laporan keuangan.

Untuk mengadakan interpretasi dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu.ukuran yang sering digunakan untuk melakukan analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.

Rasio juga merupakan salah satu pengukur tingkat pembiayaan dan likuiditas suatu bank. Bank-bank termasuk bank syariah memberikan pembiayaan-pembiayaan


(13)

dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebuthan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.1

Selain itu, pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan instrument pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber pendapatan yang dominan.2

Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu, kualitas dan efisiensi harus dijaga agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah, yang akibatnya bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan menyebabkan kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang ditanamkan dalam pembiayaan itu.3

Untuk mengukur efisiensi pengelolaan pembiayaan dapat diukur dengan rasio

financing to deposit ratio (FDR). Indicator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Angka FDR yang baik menurut Surat Edaran Bank Indonesia adalah tidak boleh melebihi angka 110%. Yang berarti

1Muhammad Syafi‟I Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik , (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. 1, 160.

2

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006) Cet. 4, 208.

3

Nasrudin, Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank, 2008, 209.


(14)

bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Namun FDR yang ideal berada pada posisi 80-90 persen.4

Selain FDR juga dikenal rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam bank konvensional. LDR ini menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah penyimpan dengan mengandalkan pinjaman dari sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Rasio ini selain mencerminkan kondisi likuiditas bank, juga digunakan untuk mengukur tingkat resiko yang menjadi beban bank dalam menjalankan usahanya.5

Dengan adanya rasio ini, kita bisa mengetahui tingkat likuiditas dan kemampuan suatu bank dalam memberikan pembiayaan serta membayarkan kewajiban bank tersebut. Selain itu kita juga dapat mengetahui perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Jika pembiayaan meningkat, itu berarti daya beli masyarakat pun meningkat, yang artinya Produk Domestik Bruto (PDB) pun meningkat. Namun pada kenyataannya LDR dan atau FDR pada saat ini terbilang, yang artinya apabila tingkat FDR/LDR terlalu tinggi, menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank,

4

Koran SI, Artikel ini diakses pada 09 November 2010 dari http://www.google.co.id/2010. 5

Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampaknya bagi Rentabilitas Bank,


(15)

karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu ditarik.

B. Identifikasi Masalah

Dalam mendirikan suatu bank tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, dan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut yang direncanakan dari awal pendirian suaut usaha adalah manajemen. Manajemen merupakan cara mencapai tujuan dengan efisien dan efektif dengan menggunakan bantuan atau melalui orang lain dalam wujud pikiran, tenaga, serta dapat pula intuisisnya.6

Pengelolaan pembiayaan bagi sebuah perusahaan merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan agar pembiayaan berjalan dengan efisien. Melakukan pengelolaan pembiayaan berarti melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, di mana dalam mengelola atau mengaturnya perlu dilakukan perencanaan yang matang. Setelah direncanakan, maka diorganisasikan agar perencanaan tersebut lebih terarah. Organisasi sangat penting karena merupakan tempat bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya, sedangkan manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Profi/keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi

6

Djati Julitriasa, John Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: BPFE, 1998). Cet. 1, Edisi 1, 1.


(16)

perusahaan, akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Yang lebih penting lagi, apabila suatu badan usaha terus-menerus memperoleh keuntungan maka ini berarti kelangsungan hidup badan usaha akan terjamin. Jika kelangsungan hidup terjamin, maka kebutuhan pun terpenuhi. Itu artinya daya beli masyarakat meningkat (Produk Domestik Bruto meningkat).

Namun jika kualitas pembiayaan berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan suatu badan usaha khususnya bank syariah, berarti bank tersebut harus menjaga tingkat likuiditasnya dalam pemberian/penyaluran kredit. Pemberian kredit harus sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia. Namun jika Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terlalu tinggi juga tidak baik bagi keselamatan bank tersebut.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan mengenai rasio pembiayaan pada perbankan maka penulis akan membicarakan seputar Korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB periode 2007-2009.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka pokok masalah akan dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :


(17)

1. Bagaimana secara teoritis korelasi antara Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Ratio terhadap Produk Domestic Bruto?

2. Bagaimana tingkat LDR dan FDR Perbankan Nasional serta PDB dari periode 2005-2009?

3. Bagaimana korelasi antara LDR dan FDR Perbankan Nasional terhadap PDB periode 2005- 2009?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus akan menelaah lebih dalam mengenai:

a. Untuk mengetahui secara teoritis korelasi antara Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Produk Domestic Bruto (PDB).

b. Untuk mengetahui tingkat LDR dan FDR serta PDB pada periode 2005-2009.

c. Untuk mengetahui korelasi antara LDR dan FDR Perbankan Nasional terhadap PDB periode 2005-2009.

2. Manfaat Penelitian


(18)

Sebagai mahasiswa yang tengah melakukan studi muamalat, penulis berharap mendapatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman lebih dalam lagi mengenai segala informasi yang menyangkut rasio pembiayaan khususnya LDR dan FDR serta PDB.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai sumber informasi mengenai pelaksanaan pengelolaan pembiayaan yang efisien pada perusahaannya dan sebagai bahan masukan untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembiayaan. c. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan pembiayaan perbankan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapa dikembangkan lebih lanjut.

E. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan baik oleh praktisi ataupun oleh mahasiswa mengenai fenomena yang berkaitan dengan penelitian, antara lain:


(19)

1. Peranan Pembiayaan Modal Kerja Dalam Mengoptimalkan Laba (Studi Kasus PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk.) – Intan Fouad Fadilla (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2004)

Penelitian ini membahas apa saja yang termasuk pembiayaan modal kerja, penerapannya, dan bagaimana pembiayaan modal kerja tersebut mempengaruhi laba perusahaan.

2. Efisiensi Pengelolaan Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri – Evi Amalia (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2008)

Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri serta pengaruh efisiensi pembiayaan (FDR) terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

Dari kedua skripsi ini masing-masing membahas mengenai pembiayaan modal kerja dari bank serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil terkumpul yang akan dikelola melalui aktivitas pembiayaan serta bagaimana pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Sedangkan skripsi selanjutnya membahas mengenai pengelolaan pembiayaan serta pengaruh efisiensi Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Mandiri Syariah. Kedua skripsi di atas jelas berbeda dengan skripsi yang penulis garap. Penulis menggarap mengenai hubungan antara Loan to Deposit Ratio dan Financing


(20)

to Deposit Ratio, seberapa signifikankah hubungan tersebut dalam faktanya setelah kita mengetahui secara teori.

F. Kerangka Teori

Sesuai dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, bank syariah didefinisikan sebagai bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.7 Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Efisiensi adalah kata yang menunjukkan keberhasilan seseorang atau badan usaha atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber yang digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan8. Jadi efisiensi pengelolaan pembiayaan merupakan keberhasilan dalam pengeloaan pembiayaan dalam hal ini bank syariah.

Kegiatan penyaluran kredit mempunyai peranan penting dalam kegiatan prbankan. Karena kredit/pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber penghasilan bank. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari pihak ketiga terus bertambah, maka akan terdapat idle

7

Undang-undang No. 10 tahun 1998

8


(21)

money (dana nganggur) yang dapat berpengaruh dari terhadap pendaptan dari margin atau bagi hasil.

Sebaliknya, jika kredit atau pembiayaan yang dihasilkan melebihi ketentuan dalam artian terlalu tinggi, juga tidak baik. Karena dapat mempengaruhi tingkat likuiditas sebuah bank, termasuk bank syariah. Untuk melihat seberapa efisien bank mengelola pembiayaannya, maka dapat diperhitungkan dengan financing to deposit ratio dan loan to deposit ratio.

G. Kerangka Konsep

Konsep penelitian kali ini menitikberatkan pada korelasi (hubungan) antara LDR dan FDR, yaitu melihat bagaimana proses pengelolaan pembiayaan bank syariah saat ini, kebijakan pembiayaan, prosedur pemberian pembiayaan, dan pengawasan pembiayaan. Penelitian ini juga menjelaskan sejauh mana pengaruh LDR dan FDR terhadap PDB.

H. METODE PENELITIAN


(22)

Untuk melakukan sebuah penelitian menggunakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang umum. Data penelitian yang akan diolah menggunakan ilmu tersebut membutuhkan cara-cara atau metode-metode yang disebut metode-metode penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang.9 Selain itu arti lain dari metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.10

Metode deskriptif ini termasuk dalam penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori dari masalah-masalah suatu fenomena yang dihubungkan dengan teori-teori dari suatu ilmu tertentu untuk memecahkan masalah secara rasional (biasanya dengan cara berpikir dedukatif).11

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

9

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet. 5, 54

10

Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM, 2005), Cet. Ketiga, 105.

11

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), Edisi Revisi, 13.


(23)

antar fenomena yang diselidiki yang kemudian dianalisis, sehingga dengan penelitian ini diharapkan akan menghasilkan gambaran dan informasi dari yang terlibat dalam objek lapangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian analitis yaitu merupakan penelitian yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktivitas atau kejadian, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.12

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini memakai pendekatan statistic inferensial parametric, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai jenis data interval atau rasio yang digunakan berdasarkan populasi yang berdistribusi normal.13

3. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

a) Data yang didapat dari Bank Indonesia antara lain statistic ekonomi LDR, FDR, dan PDB periode 2005-2009.

12

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet. 5, 54.

13

Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern, Untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 4.


(24)

b) Wawancara, mewawancarai beberapa orang yang terkait dengan tema yang penulis bahas.

2. Data Sekunder

a) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian b) Penelitian Kepustakaan (library research) dari buku, artikel dan karya

ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

4. Hipotesa

Gay (1976) mendefinisikan hipotesa sebagai penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Atau hipotesa adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel di dalam masalah penelitian.14

Sedangkan hipotesa menurut Nasution (2000) adalah pernyataaan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji. Untuk itu fungsi hipotesis sebagai cara untuk menguji kebenaran. Jika hipotesis

14


(25)

sudah dilakukan pengujian dan terbukti kebenarannya, maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori.15

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya hubungan dan pengaruh dari variabel bebas (independen) financing to deposit ratio

dan loan to deposit ratio terhadap variabel tidak bebas (dependen) produk domestic bruto.

Adapun perumusan H0 dan H1 adalah sebagai berikut :

H0 : p = 0 LDR dan FDR tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap PDB.

H1 : p ≠ 0 LDR dan FDR memiliki hubungan dan pengaruh terhadap PDB.

Hipotesis nol (H0) merupakan hal yang diuji dalam pengolahan data penelitian, sedangkan hipotesis alternative (H1) merupakan hasil yang diharapkan.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda. Regresi linier berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variable bebas terhadap satu variable terikat dan memprediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau lebih variable bebas. Adapun persamaan regresi

15

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), Edisi Revisi, 31.


(26)

yang digunakan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable financing to deposit ratio dan loan to deposit ratio terhadap produk domestic bruto.

Uji analisis regresi hanya dapat dan perlu dilakukan jika telah diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara variable yang bersangkutan dengan variable x, yang disebut variable bebas (independen), dalam analisis regresi sering disebut sebagai variable predictor. Sedangkan variable y, yang sebagai variable terikat (dependen) sebagai variable kriterium.16

6. TEKNIK PENULISAN DATA

Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Penulisan Skripsi yang diterbitkan

oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika berisi tentang deskripsi daftar isi karya tulis bab per bab. Isi Bab-bab tersebut adalah tentang :

1. Bab I Pendahuluan yang menyajikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

16

Burhan Nurgiyantoro, Statistika Terapan Untuk Penenlitian Ilmu-ilmu Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), Cet. 3, 271.


(27)

penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori, kerangka konsep dan sistematika penulisan.

2. Bab II menyajikan Kajian Kepustakaan seperti Pengertian loan to deposit ratio, financing to deposit ratio dan produk domestic bruto, serta korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB secara teoritis.

3. Bab III Metodologi Penelitian, menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, hipotesa, teknik analisis data, dan ooperasional variable.

4. Bab IV,Analisis seperti potret mengenai LDR dan FDR serta PDB tahun 2007-2009, serta analisis terhadap korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB.

5. Bab V beirisi kesimpulan yang ditarik dari pembuktian atau uraian yang telah penulis tulis terdahulu.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian LDR dan FDR

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan.17

Landasan hukum Surat An-Nisa: 29

“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “(Q.S. AI-Maidah: 2).

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak

17


(29)

mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu

pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianaya.” (Q.S. Al-Baqarah : 278-279).

. “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka (menurut apa yang diturunkan Allah) dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka. Dan

berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari

sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS 5:49)

Bukan hanya agama saja yang menyuruh kita untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam bermuamalah, negara pun dalam peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia menyebutkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai perubahan atas UU Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, bahwa “perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam ketentuan ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya”.

Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 di atas, kita dapat menemukan pasal lain di dalam Undang-undang


(30)

No. 10 Tahun 1998 yang mempertegaskan kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam pasal 29 ayat 2 Pasal tersebut mengemukakan bahwa:

(2) bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Pembiayaan merupakan pendapatan terbesar di sebuah bank. Pembiayaan harus disalurkan secara tepat pada sasaran yang tepat pula agar tidak terjadi uang mengendap (idle money) jika tidak disalurkan dan sirkulasi uang berjalan dengan baik. Namun jika sebuah bank tidak tepat dalam memberikan pembiayaannya, seperti kurang menyalurkan dananya untuk pembiayaan atau sebaliknya dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan terlalu banyak, itu akan berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Ratio.

Loan to deposit ratio yang lebih dikenal dengan sebutan LDR adalah kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah penyimpan dengan mengandalkan pinjaman dari sumber likuiditasnya. Atau dengan kata lain Loan to Deposit Ratio yaitu indicator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.

Semakin tinggi rasio LDR ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Oleh karena itu, selain mencerminkan kondisi likuiditas bank, rasio ini


(31)

juga digunakan untuk mengukur tingkat resiko yang menjadi beban bank dalam menjalankan usahanya.18

Beberapa praktisi perbankan berpendapat bahwa Loan to Depost Ratio yang baik adalah harus di bawah 90% dengan criteria penilaian “sehat”, namun bagi bank yang ekspansif angka Loan to Deposit Ratio berada sampai 115% yang masih diperkenankan oleh Bank Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 yang berlaku pada 01November 2010 pada substansi penaturan nomor lima, yaitu Perhitungan GWM LDR dilakukan sebagai berikut:

a. Batas bawah LDR Target sebesar 78% dan batas atas LDR Target sebesar 100%.

b. Bank yang memiliki LDR di dalam kisaran LDR target memiliki GWM LDR sebesar 0%.

c. Bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR Target diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter Disinsentif Bawah (saat ini sebesar 0,1) dengan selisih LDR bank dari batas bawah LDR target.

d. Bank yang LDR-nya lebih dari batas atas LDR Target dan memiliki KPMM lebih kecil dari KPMM Insentif (saat ini 14%) akan diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter Disinsentif Atas

18

Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampakanya Bagi Rentabilitas Bank , (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2001), 22.


(32)

(saat ini sebesar 0,2) dengan selisih LDR bank dari batas atas LDR target.

e. Bank yang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR Target dan memiliki KPMM sama atau lebih besar dari KPMM insentif (saat ini sebesar 14%), maka kewajiban pemenuhan GWM LDR sebesar 0% f. f. Besaran dan parameter LDR Target, KPMM Insentif, Parameter

Disinsentif Bawah, dan Parameter Disinsentif Atas akan dievaluasi sewaktu-¬waktu apabila diperlukan.

Dengan ditetapkan batas maksimum pemberian kredit (pembiayaan) dan Loan to Deposit Ratio yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat begitu saja secara sembarangan melakukan ekspansi pembiayaan dengan hanya atau bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atau bertujuan untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya, karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih lanjut akan membahayakan dana simpanan para nasabah penyimpan dana dari bank itu.19

Sedangkan Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana

19

Sutan Remy Sjadeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), 177.


(33)

pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga (DPK). Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut sehingga semakin tinggi angka FDR (Financing to Deposit Ratio) suatu bank berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka resiko lebih kecil.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (BI) No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%.20 Menurut salah satu praktisi perbankan, Ahmad Riawan Amin selaku Ketua Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ideal berada pada 80-90%.21

Rasio ini dapat dilihat dari beberapa sisi. Di satu pihak rasio ini memperlihatkan besarnya ekspansi pinjaman yang telah dilakukan oleh suatu bank. Ekspansi pinjaman ini memperlihatkan usaha bank dalam memperoleh laba yang sebesar-besarnya melalui penyaluran pinjaman kepada pihak ketiga dengan menggunakan dana masyarakat, atau menggunakan dana pihak ketiga lainnya sebagai sumber dana. Dana yang disalurkan kepada masyarakat tersebut dibandingkan dengan sumber dananya, sehingga di pihak lain rasio ini memperlihatkan atau mengukur porsi atau kemampuan likuiditas bank.

20

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 55

21

Koran SI, Surat Edaran BI No. 26/5/BPPP, Selasa, (23/6/2009)

Pembiayaan

Dana Pihak Ketiga


(34)

B. Pengertian Produk Domestik Bruto

Salah satu komponen dari pendapatan nasional adalah pendapatan per kapita, yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.22

Di Negara-negara berkembang yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia

Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau

dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk Domestic Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.23

Dengan kata lain Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah Negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bruto/kotor.

22

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 34.

23


(35)

Tujuan PDB Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Di dalam suatu perekonomian, di negara maju maupun di Negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri.


(36)

PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan factor produksi di luar negeri yang bekerja di Negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu Negara tanpa memperhitungkan apakah produksi tersebut dilakukan memakai factor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya PNB (Produk Nsional Bruto) memperhatikan asal usul factor produksi yang digunakan.

Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai Negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam Negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering kali juga membantu menambah ekspor.

Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendaptan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh factor-faktor produksi milik warga Negara Negara tersebut dan Negara asing.

PDB Nominal (disebut juga PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB Riil (Disebut juga


(37)

PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pedekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah

Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sector usaha, pengeluaran oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sector luar negeri. Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima oleh factor produksi :

Di mana sewa adalah pendaptan pemilik factor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendaptan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan yang sulit dilakukan maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor


(38)

C. Korelasi Antara LDR dan FDR Terhadap PDB

Strategi yang dijalankan bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cinderamata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.

Menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.24

Dengan kata lain, bank hanya menjual jasanya dalam hal mengelola dana masyarakat yang diperuntukkan masyarakat itu sendiri. Sedangkan bank mendapatkan keuntungan dari jasanya tersebut. Semakin banyak masyarakat yang menyimpan dananya di suatu bank, maka bank tersebut harus semakin pintar mengelola dananya agar tidak terjadi uang menganggur (idle money) yaitu dengan cara melakukan aktivitas pembiayaan.

24


(39)

Bank memberikan pembiayaan kepada pihak lain yang dana tersebut didapat kan dari pihak ketiga (Dana Pihak Ketiga). Dana yang yang sudah disalurkan bank menjadi pembiayaan, berarti dana yang berada di bank tersebut sudah berkurang. Sedangkan bank tersebut harus memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Di sinilah kepandaian bank tersebut diuji. Apakah bank tersebut bisa menunaikan kewajiban jangka pendeknya dari dana yang likuid.

Namun sebaliknya, jika bank tersebut terlalu berlebihan dalam memberikan pembiayaannya yang artinya bank tersebut ingin berekspansi dalam rangka meraup keuntungan yang sebanyak-banyaknya, juga kurang bagus dan membahayakan kondisi bank tersebut. Untuk itu ada rasio untuk mengukur kredit yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terkumpul.

Salah satu rasionya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Yang dimaksud dengan LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Rasio lain yang bisa mengukur tingkat kredit yang diberikan dengan dana yang ada pada bank yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil


(40)

dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga (DPK).

Secara teori jika pembiayaan banyak disalurkan kepada masyarakat, berarti daya beli masyarakat akan suatu barang dan/atau jasa juga meningkat.25 Jika daya beli masyarakat meningkat maka akan mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara (domestic) selama setahun. Barang-barang yang dihasilkan termasuk Barang-barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya.26

Dengan kata lain jika secara teori seperti itu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jika LDR dan FDR naik, maka PDB juga naik. Namun sebaliknya, bila LDR dan FDR menurun maka PDB pun ikut menurun. Di sini terdapat hubungan antara LDR, FDR dan PDB secara teoritis yang signifikan. Namun seberapa jauh kesignifikanannya hubungan tersebut akan dibahas pada bab empat.

25

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), 17

26

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 34.


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERBANKAN

A. Gambaran Umum Perbankan Nasional

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari

bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November

1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.27

Yang dimaksud perbankan nasional di sini adalah seluruh bank-bank umum baik bank

syariah maupun bank konvensional yang ada di Indonesia. Bank-bank tersebut berada di bawah naungan Bank Indonesia, selaku bank central. Adapun manfaat dari bank menurut Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE antara lain:

27


(42)

1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.

3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery).

4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.

5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar di masa mendatang. Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan,

”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas


(43)

terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

Melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961 yang melarang pengumuman dan penerbitan angka-angka statistik moneter/perbankan, maka antara tahun 1960-1965, Bank Indonesia tidak menerbitkan laporan tahunan, termasuk data statistik mengenai kliring dan perhitungan sentral.

Pada 5 Juli 1964, atas dasar pertimbangan politik untuk mempermudah komando di bidang perbankan untuk menunjang Pembangunan Semesta Berencana , selanjutnya pada tahun 1965 pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengintegrasikan seluruh bank-bank pemerintah ke dalam satu bank dengan nama Bank Negara Indonesia, prakarsa pengintegrasian bank pemerintah ini berasal dari ide Jusuf Muda Dalam,28 yang saat itu menjabat sebagai Menteri Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia - yang baru diangkat dari jabatan semula Presiden Direktur BNI - dan disetujui oleh Presiden Soekarno. Ide dasarnya adalah menjadikan perbankan sebagai alat revolusi dengan motto Bank Berdjoang di bawah pimpinan Pemimpin Besar Revolusi. Nama Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank

28

Jusuf Muda Dalam, lahir di Aceh, pernah menjadi anggota di parlemen Belanda, setelah pulang ke Indonesia masuk menjadi anggota PNI. Jusuf Muda Dalam pernah menjadi anggota direksi Bank Negara Indonesia sejak 1957, kemudian pada tahun 1960-1963 menjadi Presiden Direktur Bank Negara Indonesia (Lihat: Bank Negara Indonesia 50 tahun)


(44)

tunggal, diusulkan oleh Jusuf Muda Dalam sendiri.29 Hasilnya adalah lahirnya struktur baru Bank Berdjoang ini menjadikan;30

Bank Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit I;

Bank Koperasi Tani dan Nelayan serta Bank Eksim Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II;

Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit III; Bank Umum Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan Bank Tabungan Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit V.

Namun saat ini, bank-bank umum yang terdapat di Indonesia sudah ada di hampir setiap pelosok Indonesia, dan tidak dapat dielakkan lagi perkembangannya yang begitu pesat dari tahun ke tahun.

Selain bank konvensional, di Indonesia juga terdapat bank syariah. Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah bank muamalat Indonesia (BMI) . Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya , perbankkan syariah di Indonesia akan terus berkembang . Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah , maka pada tahun 2005 , jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit , yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah . Sementara itu , jumlah

29

Bank BNI. (1996). Bank Negara Indonesia 50 Tahun, Jakarta, hal 160.

30

Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pendirian Bank Tunggal Milik Negara.


(45)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS) hingga akhir tahun 2004 berbambah menjadi 88 buah .

B. TUJUAN JASA PERBANKAN

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

Jasa perbankan sebenarnya sangat banyak, hanya saja sedikit sekali masyarakat yang mengetahuinya. Tujuan dan manfaatnya pun sangat baik bagi para nasabah. Akan tetapi banyak yang memanfaatkannya untuk tindakan kriminal, seperti pembobolan ATM dan pemalsuan buku tabungan dan lain-lain.

Jasa – jasa perbankan diberikan untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan lainnya antara lain sebagai berikut :

 Jasa setoran seperti setoran listrik, telepon, air, atau uang kuliah  Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun, atau hadiah  Jasa pengiriman uang ( transfer )

 Jasa penagihan ( inkaso )  Kliring

 Penjualan mata uang asing  Penyimpanan dokumen


(46)

 Jasa cek wisata  Kartu kredit

 Jasa – jasa yang ada di pasar modal seperti pinjaman emisi dan pedagang efek.

 Jasa Letter of Credit ( L/C)  Bank garansi dan referensi bank  Jasa bank lainnya.

C. LAJU PERKEMBANGAN PERBANKAN NASIONAL

Berdasarkan data Bank Indonesia , prospek perbankan syariah pada tahun 2005 ,diperkirakan cukup baik . Industri perbankan syariah diprediksi masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi . jika pada posisi November 2004 , volume usaha perbankan syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah , dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6% , volume usaha perbankan syariah di akhir tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah . Dengan volume tersebut , diperkirakan industri perbankan syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri perbankan nasional dibandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004 . Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana pembukaan unit usaha syariah yang baru dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas . Dana pihak ketika (DPK) diperkirakan


(47)

akan mencapai jumlah sekitar 20 triliyun rupiah dengan jumlah pembiayaan sekitar 21 triliyun rupiah di akhir tahun 2005.31

Selain itu ada beberapa jasa yang bisa diberikan atau dilakukan oleh bnak syariah namun tidak dapat dilakukan oleh bank konvensional yaitu seperti menjamin penerbitan surat berharga, penitipan untuk kepentingan orang lain, menjadi wali amanat, penyertaan modal, bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun, serta menerbitkan, menawarkan dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang syariah.32

31

www.hendrakholid.net

32


(48)

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN LDR DAN FDR TERHADAP PDB

A. Potret Tentang LDR dan FDR serta PDB Tahun 2005-2009

Perkembangan perbankan syariah di Negara Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional, dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah tetap eksis dan mampu bertahan.

System perbankan yang berlaku di Negara kita terdapat dua macam (dual system), yaitu konvensional yang masih menerapkan system bunga dan syariah yang menitikberatkan pada bagi hasil. Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.33 Sedangkan pada bank syariah dikenal dengan adanya aktivitas pembiayaan.

Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan Pasal 1 ayat (2) adalah penyediaan uang atau

33

Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), Cet. 3, 92.


(49)

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak-pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atas tagihan tersebut, setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.34

Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.35

Dari pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pembiayaan merupakan pinjam meminjam uang antara bank sebagai pemberi pinjaman dan nasabah sebagai debitur. Dalam hal ini bank yang berlaku sebagai pemberi pinjaman percaya terhadap nasabah peminjam dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati pada saat akad akan membayar lunas. Dan jika dihubungkan dengan kredit yang disalurkan perbankan, maka tugas pokok bank mengadakan kredit atau pembiayaan sebenarnya adalah untuk meningkatkan pendapatan atau keuntungan bank.

34

Undang-undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998, (Jakarta: Sinar Grafindo, 2002), Cet. 1, 87.

35

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005) 17.


(50)

Tujuan dari pembiayaan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara akro, pembiayaan bertujuan untuk:36

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana sehingga dapat tergulirkan.

c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sector-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.

e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendaptan dari hasil

36

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), 17


(51)

usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:37

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba yang maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

b. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan manusianya ada, namun sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

d. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan

37


(52)

dalam penyeimbang dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.

Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cendra mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akam menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.

Adapun analisis rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Karena penginterprestasikan terhadap rasio - rasio ini cukup kompleks, maka keefektifan rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dan kemampuan dan keahlian analisis dalam menginterprestasikannya. Berikut beberapa analisis rasio keuangan yang digunakan dalam suatu bank, yaitu sebagai berikut:

1) Cash Ratio adalah : Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan


(53)

bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditari dengan menggunkaan alat likuid yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, alat likuid terdiri atas uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia. Semakin tinggi rasio mi semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan mempengaruhi produktifitasnya.

2) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah : Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal mi disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

3) Return on Assets (ROA ) adaiah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan asset.

4) Return on Equity ( ROE) adalah : Perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio mi banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan.


(54)

Kenaikan dalam rasio mi berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.

5) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan,, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana - dana dan sumber - sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain - lain. Rasio ini merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian - kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

6) Debt to Equity Ratio ( DER) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang - utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri.

Seperti yang kita ketahui Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary yang berarti menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat ke dalam bentuk pinjaman. Dilihat dari struktur aset bank, kredit atau pinjaman merupakan aktiva produktif terbesar sehingga


(55)

pendapatan bunga yang diperoleh bank dari penyaluran kredit ini merupakan pendapatan terbesar yang diperoleh bank.

Menurut transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dll. Sedangkan Bank Non Devisa, adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja.

Tapi karena sumber dana utama yang digunakan untuk membiayai penyaluran kredit tersebut berasal dana pihak ketiga maka besarnya pendapatan bunga tersebut akan diikuti pula dengan besarnya beban bunga yang harus dibayar kepada nasabah. Oleh karena itu pihak bank harus dapat menentukan besarnya tingkat bunga yang paling efektif sehingga kredit yang disalurkan dapat menghasilkan laba yang sebesar-besarnya.

Sebagaimana sudah diketahui bahwa untuk mengukur rasio pembiayaan pada bank diketahui ada beberapa rasio yang digunakan salah satunya ialah Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Ratio. LDR adalah pembagian antara penyaluran kredit dengan dana pihak ketiga dengan kata lain perbandingan penyaluran dengan dana yang terhinpun dari masyarakat.


(56)

LDR masih rendah terutama di bank-bank besar tetapi tidak memasukkan faktor baru dalam LDR melainkan skema LDR yang dikaitkan dengan disinsentif giro wajib minimum (GWM) memberikan batas bawah rentang LDR yang tak terlalu tinggi.

Sedangkan Financing to deposit Ratio (FDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.. Definisi ini masih bersifat umum karena lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap pemberian Pembiayaan disertai dengan klausa perjanjian.

Rasio-rasio ini untuk mengukur apakah pembiayaan yang diberikan bank sudah sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia atau belum. Cara untuk menghitung LDR dan FDR yaitu:

Total Loan

Total Deposit

x 100%

LDR =


(57)

FDR yang merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank tersebut mempunyai batas yang telah ditentukan Bank Indonesia yaitu tidak boleh melebihi 110%. Itu berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.

Jika masyarakat melakukan pembiayaan, itu berarti masyarakat tersebut menghabiskan dananya untuk dipakai memenuhi kebutuhannya, yang artinya juga akan mempengaruhi produk domestic bruto. Produk Domestic Bruto adalah jumlah produk dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam batas wilayah tertentu.

Masyarakat yang melakukan pembiayaan dan penyimpanan dananya pada bank, lalu bank terebut membukukan setiap dana yang masuk dan keluar yang biasa disebut dengan laporan keuangan. Kemudian bank tersebut membandingkan antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang terkumpul. Apakah sudah sesuai dengan batas ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia pun memiliki catatan bank-bank mengenai LDR dan FDR serta PDB karena selaku Bank Sentral.

Pembiayaan

Dana Pihak Ketiga


(58)

Dari semua bank yang ada di Indonesia dihitung rata-rata LDR, FDR, PDB masing-masing. Oleh karena itulah penulis menyebut perbankan nasional, karena terdiri dari bank-bank konvensional dan syariah yang ada di Indonesia. Dari situlah terlihat apakah LDR dan FDR sudah ideal atau belum, yang bisa dijadikan koreksi untuk Bank Indonesia dan bank-bank lain yang bersangkutan.

Di bawah ini merupakan data-data mengenai LDR per bulan dan per kuartal dari tahun 2005-2009 (dalam miliaran rupiah).38

38

Data Statistik Bank Indonesia

BULAN

2005

2006

2007

2008

2009

Januari

49.5

60.82

60.55

67.06

73.76

Februari

50.52

60.51

61.02

67.89

73.5

Maret

51.22

61.14

61.98

70.66

73.08

April

51.31

61.63

62.54

71.65

72.86

Mei

52.90

60.75

63.09

72.8

73.19

Juni

53.09

61.21

63.57

73.89

73.2

Juli

53.85

61.74

63.22

76.00

74.07

Agustus

54.48

61.26

64.16

79.02

74.07

September

54.16

61.92

66.24

77.72

73.56

Oktober

54.76

61.20

66.01

77.48

73.9

November

54.07

61.32

66.94

77.6

73.67

Desember

53.20

61.56

66.32

74.58

72.88

Statistik Bank Indonesia


(59)

Pada tahun 2005 LDR masih kisaran 50%, walaupun ada kenaikan tapi tidak begitu terlalu jauh. Di tahun 2006 mulai ada kenaikan dari 50% menjadi 60%, namun masih belum mengalami kenaikan yang terlalu signifikan. Begitu juga pada tahun 2007 masih pada kisaran 60%. Hanya naik beberapa persen saja. Namun di tahun 2008, LDR naik menjadi kisaran 70%. Dan LDR tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 79,02%. Namun di bulan-bulan berikutnya LDR turun dan tidak stabil sampai dengan tahun 2009 masih di kisaran 70%.

Jika dilihat per kuartal, terlihat sekali kenaikan dari tahun 2005 hingga 2008 kuartal ketiga. Dan pada akhir kuartal 2008 mengalami penurunan dan fluktuasi hingga akhir 2009 pada kisaran 73%.

Selain data LDR, ada juga data mengenai FDR per bulan dan per kuartal dari tahun 2005-2009 (dalam miliaran rupiah).39

39

Data Statistik Bank Indonesia

kuartal

2005

2006

2007

2008

2009

I

50.41

60.82

61.18

68.54

73.45

II

52.43

61.20

63.07

72.78

73.08

III

54.16

61.64

64.54

77.58

73.9

IV

56.16

61.36

66.42

76.55

73.48


(60)

Jika kita lihat pada table di atas, tingkat FDR per bulan pada tahun 2005 – 2006 kenaikannya sangat tinggi dibanding dengan tahun-tahun sesudahnya. FDR pada periode tersebut mencapai kisaran 100% lebih. Baru pada tahun 2007 mulai berada pada kisaran 90% dan naik menjadi kisaran 100% namun tidak begitu jauh. Pada tahun 2008 FDR menempati posisi tertinggi pada bulan September yaitu sebesar 112,25%. Lalu pada tahun 2009, FDR mulai turun dan stabil pada kisaran 90%.

BULAN

2005

2006

2007

2008

2009

Januari

97.46

99.39

98.56

97.87

100.01

Februari

102.53

103.32

97.19

94.17

100.5

Maret

104.59

106.68

95.14

102.26

103.33

April

104.42

106.22

97.02

99.87

101.54

Mei

108.52

109.68

97.12

101.86

101.06

Juni

105.95

110.52

101.12

103.18

100.22

Juli

106.99

112.23

101.96

106.97

99.59

Agustus

106.59

111.29

104.17

113.02

99.71

September

108.64

109.39

103.69

112.25

98.11

Oktober

108.86

106.53

102.65

111.66

97.30

November

110.90

105.4

103.47

111.93

95.49

Desember

88.23

98.90

102.65

103.66

89.70

Statistik Bank Indonesia


(61)

Jika kita amati dari tabel-tabel di atas sudah terlihat bahwa kisaran LDR < FDR. Itu berarti dari sisi volume pembiayaan atau kredit perbankan syariah lebih tinggi dari perbankan konvensional, yang artinya perbankan syariah memiliki kinerja lebih bagus dibandingkan dengan bank yang ada secara keseluruhan.

Namun dengan tingkat FDR yang masih terbilang cukup tinggi yaitu berada pada 100% ke atas juga mengkhawatirkan. Karena FDR yang ideal berada pada level 80-90%. Karena penekanan laju rasio pembiayaan bisa untuk mengantisipasi kesulitan likuiditas akibat dampak krisis keuangan global.

Di bawah ini juga terdapat data mengenai PDB per kuartal dari tahun 2005-2009 (dalam miliaran rupiah).40

40

Statistik Bank Indonesia

kuartal

2005

2006

2007

2008

2009

I

101.53

103.13

96.96

97.43

101.28

II

106.3

109.81

98.42

101.64

100.94

III

107.41

110.97

103.27

110.75

99.14

IV

102.66

103.61

102.92

109.08

94.16


(62)

Jika kita lihat pada data di atas PDB tertinggi ada pada tahun 2007. Dari tahun 2005-2007 kuartal ketiga PDB mengalami kenaikan dan pada kuartal keempat di tahun yang sama mengalami penurunan. Baru di tahun 2008 mengalami kenaikan dan fluktuasi namun masih di kisaran 6%. Tahun 2009 PDB anjlok di kisaran 4%.

PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.

PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

kuartal

2005

2006

2007

2008

2009

I

5.96

5.13

6.35

6.21

4.55

II

5.92

5.03

6.51

6.26

4.25

III

5.89

5.31

6.39

6.25

4.3

IV

5.69

5.50

6.06

6.01

4.53

Statistik Bank Indonesia

PDB


(63)

Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.

Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:

Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

B. Analisis terhadap Korelasi antara LDR dan FDR terhadap PDB

Dari data di atas penulis mencoba untuk mencari jawaban dari hubungan antara LDR, FDR dengan PDB dengan cara menggunakan SPSS 16. Dan di bawah


(64)

ini adalah hasil yang didapat dari penghitungan statistic dengan menggunakan SPSS 16, beserta penjelasan yang penulis uraikan.

Pada bagian ini terlihat deskripsi dari ketiga variable yang diregresikan, yakni PDB (Y) dengan LDR (X1) dan FDR (X2). Isi deskripsi bagian ini adalah: mean (rata-rata) Y = 5,6050 dan X1 = 65,1375 dan X2 = 1,0307; standar deviasi (simpangan baku) Y = 0,738 dan X1 = 6,2579 dan X2 = 4,75997; N (jumlah kasus) = 20.

Correlations

PDB LDR FDR

Pearson Correlation PDB 1.000 -.265 .172

LDR -.265 1.000 -.123

FDR .172 -.123 1.000

Sig. (1-tailed) PDB . .130 .234

LDR .130 . .303

FDR .234 .303 .

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDB

5.6050 .73800 20

LDR

65.1375 8.25792 20

FDR


(1)

Dari kesemua data dan penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara LDR dan FDR terhadap PDB. Ini terbukti dari tabel korelasi di atas, jika FDR naik maka PDB juga akan naik karena terdapatna hubungan yang searah. Namun lain halnya dengan LDR. Pada table ini terdapat hubungan yang tidak kuat dan searah dari LDR terhadap PDB.

Namun pada uji summary dinyatakan bahwa hubungan LDR dan FDR sebesar 90% terhadap PDB sedangkan yang 10% ditentukan oleh factor lain. Ini berarti hubungan LDR dan FDR sangat kuat terhadap PDB. Ini juga terbukti pada uji Anova yang menyatakan bahwa LDR dan FDR berpengaruh terhadap PDB karena dilihat dari signifikansi 0,049 < 0,05.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara teori seperti itu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jika LDR dan FDR naik, maka PDB juga naik. Namun sebaliknya, bila LDR dan FDR menurun maka PDB pun ikut menurun. Di sini terdapat hubungan antara LDR, FDR dan PDB secara teoritis yang signifikan.

2. LDR dan FDR serta PDB periode 2005-2009 bersifat fluktuasi. Pada tahun 2005 LDR mencapai 50%, pada 2006 dan 2007 mencapai 60%, kemudian naik menjadi 70% di tahun 2008 dan 2009. Sedangkan FDR di tahun 2005-2006 mencapai angka 100% lebih, tahun 2007 berada di tingkat 90%, kemudian naik menjadi 100%. Pada 2008, menempati posisi tertinggi di bulan September sebesar 112,25% dan turun menjadi 90% di tahun 2009. PDB tertinggi pada tahun 2007, dari tahun 2005-2007 kuartal ketiga mengalami kenaikan dan di kuartal keempat 2007 mengalami penurunan. Baru di tahun 2008 mengalami kenaikan dan fluktuasi namun masih di kisaran 6% lalu anjlok di kisaran 4%.


(3)

FDR, atau dengan kata lain besarnyaa pengaruh kenaikan LDR dan FDR terhadap PDB sebesar 90% sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Jadi bisa ditarik kesimpulan, jika FDR naik maka PDB juga akan naik karena terdapatnya hubungan yang searah. Namun lain halnya dengan LDR. Pada table ini terdapat hubungan yang tidak kuat dan searah dari LDR terhadap PDB.

B. Saran

1. Sebaiknya bank-bank yang ada di Indonesia dalam memberikan pembiayaan mematuhi ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia, selaku Bank Central, agar rasio LDR dan FDR berada pada posisi yang ideal.

2. Begitupun dengan Bank Indonesia ahrus lebih cermat lagi dalam membuat kebijakan untuk bank-bank yang ada khususnya untuk penetapan Giro Wajib Minimum dan masalah inflasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi‟I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. 1.

Arifin,Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. 4.

Hakim, Abdul Stsatistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: Ekonisisa, 2002), Cet. 1

Irianto, Agus, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: Prenada Media, 2004).

Julitriasa, Djati, dan Suprihanto, John, Manajemen Umum Sebuah Pengantar (Yogyakarta: BPFE, 1998). Cet. 1, Edisi 1.

Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), Cet. 3.

Koran SI, Artikel ini diakses pada 09 November 2010 dari http://www.google.co.id/2010.

Kountur, Ronny, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM, 2005), Cet. Ketiga


(5)

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005)

Nasrudin, Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank, 2008.

Nazir, Moh., Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet. 5.

Nisfiannoor, Muhammad Pendekatan Statistika Modern, Untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 4.

Burhan Nurgiyantoro, Statistika Terapan Untuk Penenlitian Ilmu-ilmu Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), Cet. 3.

Rochaety, Ety dkk., Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), Edisi Revisi, 13.

Santoso, Singgih, Menguasai Satatistik dengan SPSS 12.0 (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005).

Sevilla, Consulle G. dkk., Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 1993), 13.

Sjadeini, Sutan Remy Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007).

Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampaknya bagi Rentabilitas Bank (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2001).


(6)

Sukirno, Sadono Makro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).

Sulaiman, Wahid, Analisis Regresi Menggunakan SPSS (Yogyakarta: Andi, 2004).

Undang-undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998 (Jakarta: Sinar Grafindo, 2002), Cet. 1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 54 89

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia Periode 2008-2013

0 61 105

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia

3 94 97

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh Non Perorming Loan, Loan To Deposit Ratio, Dan Net Interest Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 42 104

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequancy Ratio, dan Operational Eficiency Terhadap Pertumbuhan Tingkat Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI untuk Periode 2009-2011

3 122 107

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia Periode 2008-2012

2 66 108

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 44 110

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103