18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian LDR dan FDR
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,
perdagangan atau pengolahan barang produksi. Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak memiliki modal
secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan.
17
Landasan hukum Surat An-Nisa: 29
“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “Q.S. AI-Maidah: 2.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
17
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, Cet. 1, 16-17
19
mengerjakan meninggalkan sisa riba maka ketahuilah Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba maka bagimu
pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianaya.” Q.S. Al-Baqarah : 278-279.
.
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.
” QS 5:49
Bukan hanya agama saja yang menyuruh kita untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam bermuamalah, negara pun dalam peraturan yang dikeluarkan
Bank Indonesia menyebutkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai perubahan atas UU Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, bahwa
“perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam ketentuan ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan
oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya ”.
Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 2 di atas, kita dapat menemukan pasal lain di dalam Undang-undang
20
No. 10 Tahun 1998 yang mempertegaskan kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam pasal 29
ayat 2 Pasal tersebut mengemukakan bahwa: 2 bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Pembiayaan merupakan pendapatan terbesar di sebuah bank. Pembiayaan
harus disalurkan secara tepat pada sasaran yang tepat pula agar tidak terjadi uang mengendap idle money jika tidak disalurkan dan sirkulasi uang berjalan dengan
baik. Namun jika sebuah bank tidak tepat dalam memberikan pembiayaannya, seperti kurang menyalurkan dananya untuk pembiayaan atau sebaliknya dana yang
dikeluarkan untuk pembiayaan terlalu banyak, itu akan berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio dan Financing to Deposit Ratio.
Loan to deposit ratio yang lebih dikenal dengan sebutan LDR adalah kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah
penyimpan dengan mengandalkan pinjaman dari sumber likuiditasnya. Atau dengan kata lain Loan to Deposit Ratio yaitu indicator kemampuan perbankan dalam
membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.
Semakin tinggi rasio LDR ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Oleh karena itu, selain mencerminkan kondisi likuiditas bank, rasio ini
21
juga digunakan untuk mengukur tingkat resiko yang menjadi beban bank dalam menjalankan usahanya.
18
Beberapa praktisi perbankan berpendapat bahwa Loan to Depost Ratio yang baik adalah harus di baw
ah 90 dengan criteria penilaian “sehat”, namun bagi bank yang ekspansif angka Loan to Deposit Ratio berada sampai 115 yang masih
diperkenankan oleh Bank Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12 19 PBI2010 yang berlaku pada 01November 2010 pada substansi
penaturan nomor lima, yaitu Perhitungan GWM LDR dilakukan sebagai berikut:
a. Batas bawah LDR Target sebesar 78 dan batas atas LDR Target
sebesar 100. b.
Bank yang memiliki LDR di dalam kisaran LDR target memiliki GWM LDR sebesar 0.
c. Bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR Target
diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter Disinsentif Bawah saat ini sebesar 0,1 dengan selisih LDR bank dari
batas bawah LDR target. d.
Bank yang LDR-nya lebih dari batas atas LDR Target dan memiliki KPMM lebih kecil dari KPMM Insentif saat ini 14 akan diberikan
disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter Disinsentif Atas
18
Suhirman, Kajian Tentang Perkembangan LDR dan Dampakanya Bagi Rentabilitas Bank , Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2001, 22.
22
saat ini sebesar 0,2 dengan selisih LDR bank dari batas atas LDR target.
e. Bank yang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR Target dan
memiliki KPMM sama atau lebih besar dari KPMM insentif saat ini sebesar 14, maka kewajiban pemenuhan GWM LDR sebesar 0
f. f. Besaran dan parameter LDR Target, KPMM Insentif, Parameter
Disinsentif Bawah, dan Parameter Disinsentif Atas akan dievaluasi sewaktu-¬waktu apabila diperlukan.
Dengan ditetapkan batas maksimum pemberian kredit pembiayaan dan Loan to Deposit Ratio yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak
dapat begitu saja secara sembarangan melakukan ekspansi pembiayaan dengan hanya atau bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atau bertujuan
untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya, karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih lanjut akan
membahayakan dana simpanan para nasabah penyimpan dana dari bank itu.
19
Sedangkan Financing to Deposit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana
19
Sutan Remy Sjadeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007, 177.
23
pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga DPK. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut sehingga semakin tinggi angka FDR
Financing to Deposit Ratio suatu bank berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka resiko lebih kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia BI No. 265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak
boleh melebihi 110.
20
Menurut salah satu praktisi perbankan, Ahmad Riawan Amin selaku Ketua Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia Asbisindo Financing to
Deposit Ratio FDR yang ideal berada pada 80-90.
21
Rasio ini dapat dilihat dari beberapa sisi. Di satu pihak rasio ini memperlihatkan besarnya ekspansi pinjaman yang telah dilakukan oleh suatu bank.
Ekspansi pinjaman ini memperlihatkan usaha bank dalam memperoleh laba yang sebesar-besarnya melalui penyaluran pinjaman kepada pihak ketiga dengan
menggunakan dana masyarakat, atau menggunakan dana pihak ketiga lainnya sebagai sumber dana. Dana yang disalurkan kepada masyarakat tersebut dibandingkan dengan
sumber dananya, sehingga di pihak lain rasio ini memperlihatkan atau mengukur porsi atau kemampuan likuiditas bank.
20
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 55
21
Koran SI, Surat Edaran BI No. 265BPPP, Selasa, 2362009
Pembiayaan Dana Pihak Ketiga
FDR = x 100
24
B. Pengertian Produk Domestik Bruto