keterlibatannya. Bab empat, mencoba menguraikan tentang peran kekuatan politik militer di pentas nasional. Bab ini akan mengulas serta melacak
gerakan-gerakan militer,
keterlibatan-keterlibatan militer
dalam menyelesaikan konflik yang terjadi pada masa orde lama dan orde baru.
Sedang Bab lima yang merupakan bab terakhir dalam tulisan ini adalah penutup sebagai konklusi dai keseluruhan analisa skripsi ini, yang berisikan
kesimpulan.
BAB II LATAR BELAKANG KEMUNCULAN MILITER DI INDONESIA
A. Definisi Militer
Di dalam bukunya Amos Perlmutter menyebutkan bahwa organisasi militer adalah sebuah organisasi yang paling sering melayani kepentingan
umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha
organisasi itu. Profesi militer disebut sebagai suatu profesi sukarela karena setiap individu bebas memilih suatu pekerjaan di dalamnya, namun ia juga
bersifat memaksa karena para anggotanya tidak bebas untuk membentuk suatu perkumpulan sukarela melainkan terbatas kepada suatu hirarki
birokrasi.
15
Lebih lanjut dapat pula diidentifikasi bahwa dalam diri para prajurit militer terdapat tiga ciri khas sekaligus, yaitu koorporatis dalam hal
ekskulusifitas, birokratis dalam hal hirarki, dan profesional dalam hal semangat misi.
16
Militer adalah organisasi kekerasan fisik yang sah untuk mengamankan negara atau bangsa dari ancaman luar negeri maupun dalam
negeri. Dalam hal ini, militer berfungsi sebagai alat negara yang menjunjung tinggi supremasi sipil.
17
Ketika kita hendak membahas hubungan sipil-militer, ada baiknya kita mendefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan terminologi sipil
dan militer, yang sudah umum diketahui. Banyak pengamat militer memberikan batasan sipil secara beragam, dalam buku Pertahanan Negara
dan Postur TNI Ideal , sipil didefinisikan sebagai masyarakat umum,
lembaga pemerintahan, swasta, para politisi, dan negarawan. Sipil dibatasi hanya pada masyarakat politik yang diwakili partai politik. Menurut buku
ini masyarakat politik adalah sebuah area di mana masyarakat bernegara
15
Amos Perlmutter, Militer dan Politik Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000, h. 3.
16
Perlmutter, Militer dan Politik, h. 4.
17
http:ahmadfathulbari.multiply.comjournalitem40Catatan_Kuliah_Peranan_Militer_da lam_Politik_
secara khusus mengatur dirinya sendiri dalam konstes politik guna memperoleh fungsi kontrol atas kekuasaan pemerintah dan aparat negara.
18
Sedangkan dalam
mendefinisikan militer,
Amos perlmutter
19
mengatakan bahwa ketika ia menyebut militer, maka yang dimaksud adalah: 1.
kebanyakan perwira tinggi senior di atas tingkat kolonel; 2.
perwira yang berorientasi pada lembaga pada tiap rank; 3.
perwira profesional tiap rank; 4.
perwira yang rank, status, kedudukan, dan orientasinya menghubungkan mereka dengan sektor sipil dalam masalah garis
kebijaksanaan politik. Melalui definisi di atas, Perlmutter membatasi konsep militer hanya
pada semua perwira yang duduk dalam jabatan yang menuntut kecakapan politik, aspirasi, dan memiliki orientasi yang bersifat politik, serta tidak
memandang kepangkatan, apakah perwira tinggi, menengah, atau pertama. Sedangkan Cohen mendefinisikan militer sebagai personel militer, lembaga
militer, atau hanya para perwira senior. Dan Letjen TNI Purn Sayidiman Suryohadiprojo yang dikutip Connie mendefinisikan militer sebagai
organisasi kekuatan bersenjata yang bertugas menjaga kedaulatan negara.
20
Kecenderungan tentara untuk campur tangan dalam politik dan dalam pembuatan keputusan dikaitkan dengan peranan-peranan dan orientasi
koorporasi dan birokrasinya. Sebagai sebuah korporasi organisasi militer
18
Connie Rahakundini Bakrie, Pertahanan Negara Dan Postur TNI Ideal Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h. 41.
19
Amos Perlmutter, Militer dan Politik Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000,h. 12.
20
Bakrie, Pertahanan Negara, h. 41.
berusaha melaksanakan pengawasan intern terhadap profesinya dan melindunginya dari pengawasan politik dari luar, ini dimaksudkan untuk
meningkatkan derajat otonomi organisasi militer. Kaum militer berusaha mencapai otonomi yang maksimal, dengan konsekuen melancarkan
pengaruh politik, baik melalui lembaga-lembaga dan rezim politik. Sebagai suatu profesi birokrasi, tentara berkecimpung dalam politik hingga mampu
menjadi partner vital bagi politisi sipil dan birokrat lain di dalam perumusan dan penerapan kebijaksanaan keamanan nasional.
21
B. Berdirinya TNI Di Indonesia