Pengertian Hisab Rukyat HISAB RUKYAT

ilmu hisab. 23 Sebagai pendukung yang lain, ilmu hisab juga menggunakan informasi data yang dikontrol dengan observasi setiap saat. 24 Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah hisab seringkali dikaitkan dalam literatur Ilmu Falak yang berhubungan dengan kedudukan-kedudukan benda-benda langit khususnya matahari, bulan dan bumi dan perubahan- perubahannya. Dengan pesatnya pengaruh ilmu pengetahuan, hisab menjadi lebih berkembang. Secara bahasa, rukyat berasal dari bahasa Arab yaitu ىأر - ىﺮﯾ - ﺔﯾؤر yang mempunyai arti melihat secara kasat mata atau dengan menggunakan akal. 25 Arti yang paling umum adalah “melihat dengan mata kepala”. 26 Menurut istilah, rukyat adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan Qamariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan digenapkan diistikmalkan menjadi 30 hari. 27 Dalam literatur fiqh, kata rukyat seringkali dipadukan dengan kata hilal sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal bulan baru. Rukyat 23 Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006, h. 5. 24 Eka Sartika, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif AI-Marzukiyah, h.13. 25 Louis Ma’luf, AI-Munjid, h. 243. 26 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains, dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h. 41. 27 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h. 15. hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa. 28 Penggunaan hilal diperuntukan menentukan hukum-hukum suatu ibadah dan tergolong syariat para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. 29 Muhammadiyah memahami rukyat tidak semata-mata melihat secara fisik dengan mata kepala. Tapi melihat dengan mata pikiran yaitu dengan ilmu pengetahuan. 30 Rukyat juga dimaksudkan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal dan juga awal bulan Dzulhijjah. Dua bulan yang pertama berkaitan dengan ibadah puasa dan bulan ketiga terakhir berkaitan dengan ibadah haji. Keberhasilan rukyat hilal sangat bergantung pada kondisi ufuk disebelah barat tempat peninjau, posisi hilal dan kejelian mata. 31 Dalam prakteknya, tidak semua orang yang telah menguasai Ilmu Falak secara teoritis dapat mempraktekan rukyat di lapangan. Dalam pelaksanaan rukyat dibutuhkan keterampilan dan pengalaman yang banyak. Sehingga Departemen Agama selalu mengadakan rukyatul hilal setiap akhir bulan Hijriyah, untuk memperkirakan ketinggian hilal yang terlihat pada tiap bulan. Dengan demikian dapat menguji kevalidan hisab dalam menghitung posisi benda langit secara nyata, agar penentuan hari-hari yang berkaitan dengan ibadah tidak terjadi kesalahan.

B. Dasar Hisab dan Rukyat

28 Abdul Aziz Dahlan, ed , Ensiklopedi Islam, jilid. 4 h. 180. 29 Abu Yusuf AI-Atsary, Pilih Hisab Ruyah, Solo: Pustaka Darul Islam, tt, h. 32. 30 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. H. 136. 31 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, h. 142. Secara umum, menentukan awal bulan Qamariyah khususnya pada bulan-bulan yang terkait dengan ibadah seperti Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, terdapat dua metode yaitu metode rukyat dan metode hisab. Metode rukyat inilah yang pertama kali digunakan oleh umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW. 32 Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan rukyat tidak hanya dilakukan dengan mata telanjang tetapi juga dengan teleskop. 33 Dasar penggunaan hisab dalam menentukan awal bulan adalah: 1. Dijelaskan di dalam QS. Yunus 10: 5 yang berbunyi:                           Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu 32 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, h. 143. 33 Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Ruyah, h. 29. melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui”. Ayat diatas merangkum kata wa qaddarahu ُهَرﱠﺪَﻗَو yang artinya dan ditetapkan-Nya dan al-hisaba َبَﺎﺴِﺤﻟا yang artinya perhitungan waktu dijadikan dasar bahwa posisi, kedudukan dan saat hilal itu, dapat dihitung. Karena Allah SWT menganjurkan manusia untuk mengetahui waktu dan mendayagunakan kemampuan intelektualnya sebagai makhluk cerdas. 34 Wahbah Zuhaili, dkk. menyebutkan dalam Ensiklopedi Al-Quran bahwa kata tempat dalam kalimat “Dan ditetapkannya perjalanan bulan ditempat-tempatnya” berjumlan dua puluh delapan tempat. Manzilah adalah jarak tertentu yang dapat ditempuh gerakan bulan dalam sehari semalam, agar kalian mengetahui waktu. Dengan matahari, dapat diketahui batasan hari, sedangkan dengan bulan dapat diketahui dengan bilangan bulan dan tahun. 35 Abu Yusuf Al-Atsary mengutip pendapat Syaikh Ibnu Taimiyyah bahwa kata اْﻮُﻤﻠْﻌَﺘِﻟ supaya kamu mengetahui... berkaitan dengan kata ُهَرﱠﺪَﻗَو Dia menetapkan... bukan kepada َﻞَﻌَﺟ Dia menjadikan.... Karena sifat matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya tidak berpengaruh dalam mengetahui hitungan tahun dan hisab. Namun yang 34 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h. 122. 35 Wahbah Zuhaili, M. Adnan Salim, M. Rusydi Zein, M. Wahbi Sulaiman, Ensiklopedi Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2007, Cet. 1, h. 208. memberikan pengaruh dalam hal itu adalah perpindahan keduanya dari satu tempat ke tempat lainnya. 36 Ayat diatas menjelaskan tujuan dari penciptaan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan tempat peredarannya bagi kepentingan manusia dalam menjalankan kewajibannya khususnya yang bernilai ibadah maupun muamalah. 2. Didalam QS. Al-Isra’ 17: 12 yang berbunyi:                           Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”. 36 Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Rukyat, Solo: Darul Islam, tth, h.73.