Masuknya Pengaruh Islam Jawa di Desa Wakal
Dari hasil penelitian penulis kepada masyarakat Desa Wakal, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, yang
didukung dengan data wawancara dengan tokoh adat masyarakat Wakal dan dari beberapa literatur yang berkaitan, penulis melihat ada beberapa hal yang
perlu ditelaah.
Pertama, Analisis dari segi pemahaman terhadap dasar pijakan penghitungan
hisab Wakal yaitu surat Yunus ayat 5 yang berbunyi:
114
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah tempat-tempat bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang- orang yang Mengetahui.
Tokoh adat masyarakat desa Wakal memahami kalimat “Lita’lamuu ‘adada siniina wal hisaaba” mengandung perintah untuk mengetahui
bilangan tahun dan waktu dengan menggunakan sistem hisab. Sistem hisab yang dimaksud adalah hisab sebagai satu-satunya metode untuk menentukan
awal bulan Qamariyah. Dari kerangka pemahaman di atas, tokoh adat desa Wakal memahami
perhitungan hisab Wakal sebagai interpretasi dari surat Yunus ayat 5.
114
Wawancara pribadi dengan H. Duma Supeleti, Imam Besar Mesjid Nurul Awal Wakal, Wakal 6 Agustus 2010.
Kerangka pemahaman tersebut lahir dari pendapat bahwa perhitungan waktu bersifat pasti dan dapat diprediksi sebelumnya, karena perhitungan yang
berubah tidak menunjukkan kevalidan metode penghitungan waktu. Sedangkan sistem rukyat sangat tergantung pada hilal yang terlihat pada
tanggal 29 bulan Hijriah. Sehingga tokoh adat masyarakat desa Wakal tidak mengakomodir rukyat sebagai bagian dari sistem penentuan awal bulan
Qamariyah yang digunakan. Karena rukyat tidaklah pasti, tergantung pada terlihatnya hilal.
Wahbah Zuhaili dkk., menyebutkan dalam Ensiklopedi Al-Quran bahwa kata tempat dalam kalimat “Dan ditetapkannya perjalanan bulan
ditempat-tempatnya” berjumlah dua puluh delapan tempat. Manzilah adalah jarak tertentu yang dapat ditempuh gerakan bulan dalam sehari semalam, agar
kalian mengetahui waktu. Dengan matahari, dapat diketahui batasan hari, sedangkan bulan dapat diketahui bilangan bulan dan tahun.
115
Kemudian dalam tafsiran yang diterbitkan oleh Universitas Islam Indonesia menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan bulan dan
menjadikannya beredar menjalani garis edar dalam manzilah-manzilahnya agar manusia mudah mengetahui bilangan tahun, perhitungan waktu,
perhitungan bulan, penentuan hari, jam, detik dan sebagainya. Sehingga, manusia dapat membuat rencana untuk dirinya, keluarganya, masyarakat,
115
Wahbah Zuhaili dkk., Ensiklopedi Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2007, Cet.1, h.208.