14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berlangsung mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2013.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : vacuum rotary evaporator, oven, timbangan hewan, kandang tikus beserta tempat
makan dan minum, timbangan analitik, blender, alat-alat gelas, glukometer easy touch, sonde oral, jarum suntik, alumunium foil, lumpang, kertas saring, kapas,
sarung tangan, masker, tissue gulung, dan label.
3.2.2 Bahan Uji
Bahan yang digunakan adalah lumut hati Mastigophora diclados yang diperoleh dari Gunung Slamet Purwokerto. glibenklamid BPOM sebagai obat
pembanding dan aloksan monohidrat sebagai penginduksi.
3.2.3 Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan antara lain kloroform, H
2
SO
4
pekat, ammonia encer, etil asetat, FeCl
3
0,1, reagen Meyer, reagen Dragendroff, asam klorida, aquadest.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Simplisia
Sampel disortasi basah selanjutnya dicuci dibawah air mengalir hingga bersih, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Selanjutnya sampel yang
telah kering ditimbang kemudian digiling menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.2 Ekstraksi Lumut Hati Mastigophora diclados
Sebanyak 2230 gram serbuk kering Lumut Hati Mastigophora diclados dimasukkan ke dalam botol gelap, diekstraksi bertingkat dengan metode maserasi
menggunakan pelarut yang bersifat non-polar terlebih dahulu n-heksana untuk mengekstraksi senyawa nonpolar kemudian pelarut yang bersifat semi polar etil
asetat untuk mengekstraksi senyawa semi polar. Setiap tahap ekstraksi dengan tingkat kepolaran pelarut yang berbeda, dilakukan beberapa kali hingga pelarut
tidak berwarna lagi jernih. Selanjutnya masing-masing hasil ekstraksi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh, dihitung untuk diketahui hasil randemennya.
Rendemen ekstrak = x 100
3.3.3 Uji Penapisan Fitokimia Depkes, 2000 a.
Identifikasi Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak di masukkan sedikit ke dalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter, lapisan eter diambil lalu diteteskan pada plat tetes dan biarkan
sampai kering. Setelah ekstrak kering ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah atau kuning
berarti positif terpenoid. Tetapi apabila terbentuk warna hijau berarti positif steroid.
b. Identifikasi Flavonoid
Ekstrak ditambahkan serbuk Mg, lalu ditambahkan HCl pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah atau kuning berarti positif flavonoid.
c. Identifikasi Fenolik
Sejumlah kecil ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil, lalu di kocok dengan sedikit eter. Lapisan eter dikeringkan pada plat tetes, ditambhakan
larutan FeCl
3.
Terbentuk warna ungu biru berarti positif fenolik.
d. Identifikasi Saponin
Lapisan air pada fraksi diatas diambil, lalu dikocok vertikal. Apabila terbentuk busa yang stabil selama 10 menit berarti positif saponin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Identifikasi Alkaloid
Untuk identifikasi alkaloid, ekstrak dilarutkan dengan etanol 96 kemudian ditambahkan asam klorida encer 2 N. Filtrat yang diperoleh disaring
kemudian diidentifikasi menggunakan pereaksi Mayer, Bouchardat, dan Dragendroff. Pada penambahan Mayer, hasil positif ditandai dengan terbentuknya
endapan berwarna putih atau kuning. Hasil positif Dragendroff ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. Penambahan Bouchardat
memberikan hasil positif jika terbentuk endapan coklat sampai hitam. Ayoola et al., 2008
f. Identifikasi Kuinon
Identifikasi kuinon dilakukan terhadap ekstrak 1. Sejumlah dipanaskan dalam air selama 5 menit lalu disaring. Sebanyak 5 ml filtat ditambahkan
beberapa tetes larutan NaOH 1 N sehingga terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.
3.3.4 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak
1. Pengujian Parameter Spesifik Uji parameter spesifik hanya dilakukan penetapan organoleptik ekstrak
meliputi bentuk, bau, warna, dan rasa. 2. Pengujian Parameter Non Spesifik
a. Kadar Air
Krus porselin kosong dikonstankan terlebih dahulu dengan pemanasan pada suhu 100-105
C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, dan kemudian ditimbang. Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dan dimasukkan
ke dalam krus yang telah diketahui beratnya. Ekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110
C selama 3 jam, didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang kembali. Perlakuan ini diulang sampai beratnya
konstan. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal Depkes RI, 2000.
b. Kadar Abu