c. Laboratium darah rutin
Hasil pemeriksaan darah rutin seperti meningkatnya neotrofil yang dapat membedakan PPOK dengan asma, dimana pada penderita asma ditemukan jumlah
eosinifi
d. Analisis gas darah Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat oksigen dalam darah,
dimana keadaan normal gas gas darah adalah PaO
2
60mmHg atau Sat O
2
e. Pemeriksaan kadar alfa 1 antitripsin
90
Perkumpulan Dokter Paru Indonesia, 2003.
Pada penderita PPOK ditemukan defisiensi alfa1 antitripsin. f. Mikrobiologi sputum
Periksaaan mikrobiologi sputum diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadinya infeksi Perkumpulan Dokter Paru Indonesia, 2003.
2.5 Tinjauan Obat 1. Seftriakson
Seftriakson adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki
aktivitas bakterisid yang luas dengan cara menghambat sintesa dinding sel, dan mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in viro memiliki aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi terhadap sefalosporinase yang dihasilkan bakteri gram positif dan gram negatif.
Seftriakson diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap seftriakson antara lain: infeksi saluran pernafasan
bawah pneumonia, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan meningitis.
Universitas Sumatera Utara
Serbuk steril seftriakson dalam vial dapat disimpan pada suhu tidak kurang dari 30º C dan larutan seftriakson natrium disimpan pada suhu -20º C. serbuk
steril untuk injeksi dan larutan seftriakson harus dikemas dalam wadah yang gelap dan terhindar dari cahaya matahari. Larutan dapat tahan selama 24 jam jika
disimpan pada temperatur ruang dan 5 hari jika disimpan di lemari es pada suhu 5º C dan 13 minggu jika dibekukan Mc Evoy, 2005.
2. Combivent
Combivent digunakan untuk membuat bernapas lebih mudah bagi orang- orang dengan penyakit napas obstruktif, seperti PPOK, bronkitis, emfisema dan
berhubungan kondisi. Combivent meningkatkan bernapas dengan santai tabung pernapasan atau saluran udara yang membawa udara ke dan dari paru-paru. Ini
mulai bertindak cepat 15 menit setelah digunakan dan biasanya berlangsung selama 4-6 jam. Combivent mengandung dua bahan aktif: bromide ipratropium
dan salbutamol sulfat. Obat-obat ini bertindak dengan cara yang berbeda. Ketika digunakan dalam kombinasi, peningkatan pernapasan lebih baik daripada ketika
setiap obat yang digunakan sendiri Anonim, 2008
3. Pulmicort
Pulmicort adalah suspensi steril untuk inhalasi melalui nebulizer dan mengandung budenosid. Budenosid adalah kortikosteroid anti-inflamasi yang
menunjukkan aktivitas glukokortikoid kuat. Pulmicort harus diberikan melalui nebulizer yang terhubung ke kompresor udara dengan aliran udara yang memadai
dilengkapi dengan corong atau masker wajah yang sesuai. Ultrasonic nebulizer tidak cocok untuk memadai respule Pulmicort dan, oleh karena itu, tidak
Universitas Sumatera Utara
dianjurkan. Pengaruh pencampuran respules Pulmicort dengan obat nebulizable lainnya dinilai belum memadai Astrazeneca, 2010
4. Dexamethasone .
Dexamethasone adalah glukokortikoid yang mempunyai efek sedikit menahan sodium. Dexamethasone diindikasikan untuk inflamasi dan alergi.
Absorbsi peroral 80-90. Waktu paruh plasma: 3-4 jam. Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Eksresi melalui urine.
5. Furosemid
Furosemid merupakan loop diuretic yang memiliki mekanisme kerja menghambat transport Na
+
K
+
Cl
−
dari membran lumen pada pars asendens
ansa hendle. Karena itu Na
+
K
+
Cl
−
menurun. Diuretik kuat merupakan obat
diuretik yang paling efektif, karena pars asends bertanggung jawab untuk reabsorbsi 25-30 NaCl yang disaring. Diuretik ini diberikan per oral maupun
parental. Efek samping yang terjadi antara lain: ototoksisitas, hiperurisemia, hopovolemia akut, hipokalemia Mycek, 2001.
Furosemid merupakan diuretik kuat dan bekerja di lengkung henle bagian menaik. Furosemid menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai
akibat penurunan volume plasma, banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udem otak dan paru-paru. Furosemid mula kerjanya sangat cepat
pada pemberian oral 30-60 menit dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan tertahan 2,5 jam Tjay dan Raharja, 2002.
Universitas Sumatera Utara
6. Kodein
Kodein merupakan obat golongan opiat, sehingga memiliki efek ketergantungan fisik. Tetapi efek ketergantungannya lebih sedang dibandingkan
dengan opiat lainnya. Sebagai analgetik kuat codein bekerja menstimulasi reseptor sistem penghambat nyeri endogen. Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan
secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgetik kodein tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid
tersebutTjay, 2007.
7. Natrium Diklofenak
Natrium Diklofenak adalah derivate fenilasetat termasuk dalam NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang keras
dibandingkan dengan obat kuat lainnya indometasin, piroxicam. Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok Tjay dan
Raharja, 2002.
8. Ranitidin
Ranitidin merupakan antagonis reseptor H
2
secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H
2
Ranitidin efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum, kondisi patologis hipersekresi asam lambung dan gangguan refluks lambung-esofagus
AHFS, 2011. akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada
pemberiannya sekresi asam lambung dihambat Dewoto,2007.
Efek Samping
Efek samping dari ranitidin adalah diare, nyeri otot, pusing dan timbul ruam kulit Anonim, 2013.
Universitas Sumatera Utara
9. Parasetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretikanalgetik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Pada penggunaan oral, parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam
plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Di dalam hati parasetamol diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang
kemudian diekskresikan melalui ginjal Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2003.
10. Suplemen Kalium
Suplemen kalium digunakan untuk keadaan defisiensi kalium. Suplemen kalium tidak mengubah fungsi ginjal dan dapat digunakan di semua kalangan usia.
Selama penggunaan suplemen kalium, monitoring dari serum elektrolit harus tetap dipantau secara periodik.
Kalium klorida adalah garam yang utama yang digunakan untuk keadaan hipokalemia karena pengobatan yang sangat efektif untuk penyebab-penyebab
terjadinya hipokalemia seperti penggunaan diuretic dan diare Dipiro, 2008.
11. Levofloxacin Levofloxacin diiindikasikan untuk pengobatan infeksi ringan, sedang dan
berat yang disebabkan oleh organisme yang sensitive, meliputi CAP community- acquired penumoniae, termasuk juga MDRSP multidrug resistant strains of
S.pneumoniae; neumoniae nosokomial; bronchitis kronis; sinusitis bakteri akut; infeksi saluran urin dengan atau tanpa komplikasi, termasuk juga pyelonepritis
akut yang disebabkan oleh E.coli; prostatitis cronic bacterimia; infeksi kulit
Universitas Sumatera Utara
dengan atau tanpa komplikasi; untuk profilaksis serangan anthrak setelah terpapar.
Levofloxacin menghambat DNA-gyrase pada organisme yang peka; menghambat relaksasi superkoloid DNA dan memicu kerusakan DNA bakteri.
DNA gyrase topoisomerase II adalah enzim esensial bakteri yang berfungsi untuk memperbaiki struktur superhelik DNA yang diperlukan untuk replikasi,
transkripsi, rekombinasi dan transposisi. Levofloxacin diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan
terdistribusi secara luas di jaringan tubuh. Kadar puncak levofloxacin berkisar 6,4 µgml. Makanan tidak mengganggu absorpsi oral, namun dapat menunda waktu
tercapainya konsentrasi puncak dalam serum. Waktu paruhnya dalam serum berkisar 6 samapai 8 jam GoodmanGilman, 2008.
Efek samping levofloxacin adalah diare, mual, vaginitis, kembung, pruritus, ruam kulit, nyeri abdomen, pusing, dispepsia, insomnia, gangguan
pengecapan, muntah, anoreksia, ansietas, konstipasi, edema, lelah, tidak enak badan, tremor, urtikaria ISFI, 2009.
12. Metil prednisolon
Metil prednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang termasuk kategori adrenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.
Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati membran dan membentuk komplek dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut
kemudian memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman messenger RNA mRNA dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim
Universitas Sumatera Utara
akan bertanggung jawab pada efek sistemik adrenokortikoid. Bagaimanapun, obat ini dapat menekan perekaman mRNA di beberapa sel contohnya: limfosit.
Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi, karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi
penyebabnya. Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat
fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui
secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag MIF, menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi
permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan
meningkatkan sintesis lipomodulin macrocortin, suatu inhibitor fosfolipase A
2
Indikasi
- mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan hambatan
selanjutnya terhadap sintesis asam arakhidonat-mediator inflamasi derivat prostaglandin, tromboksan dan leukotrien. Kerja immunosupresan juga dapat
mempengaruhi efek antiinflamasi.
Metilpednisolon diindikasikan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya berbagai alergi dan inflamasi pada mata serta dapat mengurangi mata
merah akibat luka McEvoy, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dosis
Dosis pemberian metilprednisolon untuk anak adalah 0.117-1.66 mgkg sehari dan dibagi dalam 3-4 dosis McEvoy, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama : N.G
No. Mr : 00.62.19.96
Umur : 69 tahun 2 bulan 15 hari
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 16 Agustus 1945
Agama : Islam
Suku : Nias
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Pasar Inpres No.04 Kec. Sibolga Selatan
Berat Badan : 60 kg
Ruangan : Rindu A2
Pembayaran : JKN
Tanggal Masuk : 31 Oktober 2014
Diagnosis : PPOK Eksaserbasi Akut
Pulang : 07 November 2014 PBJ
3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan 3.2.1 Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat keluar-masuk masuk Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas selama 1 bulan.
Universitas Sumatera Utara