3.5.5. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
Sebanyak 5,0 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
pada suhu 105 C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
3.5.6. Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2,0 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan – lahan
sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 - 600 C selama 3 jam kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 1995; WHO, 1992.
3.5.7. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu didihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas
saring dan dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
3.5.8 Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl. Caranya : sebanyak 15 g daun yang telah diremukkan dimasukkan kedalam labu alas bulat berleher pendek,
lalu ditambahkan air suling sebanyak 300 ml. Labu diletakkan diatas pemanas listrik, lalu
Universitas Sumatera Utara
dihubungkan dengan pendingin dan alat penampung berskala. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 ml ksilen P yang diukur seksama. Selanjutnya dilakukan
destilasi. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume ksilen dan kadar minyak atsiri dihitung dalam vb Depkes RI, 1995.
3.6 Isolasi Minyak Atsiri 3.6.1. Isolasi minyak atsiri dari daun kayu putih segar dengan metode destilasi air
Caranya : sebanyak 70 g sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat kemudian tambahkan aquadest sampai seluruh sampel terandam sempurna didalam labu alas bulat berleher
panjang 2 L yang telah dirangkai dalam perangkat alat destilasi air. Destilasi dilakukan selama 4-5 jam. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam corong pisah lalu dipisahkan antara
minyak dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dikocok dan didiamkan selama 1 hari. Minyak atsiri dipipet dan disimpan dalam botol berwarna
gelap. Minyak yang diperoleh kemudian dianalisis dengan GC-MS. Kemudian dilakukan penetapan parameter fisika yang meliputi penentuan indeks bias dan penentuan bobot jenis.
3.6.2. Isolasi minyak atsiri dari daun kayu putih kering dengan metode destilasi air
Caranya : sebanyak 150 g sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat kemudian tambahkan aquadest sampai seluruh sampel terendam sempurna didalam labu alas bulat berleher panjang2 L
yang telah dirangkai dalam perangkat alat destilasi air. Destilasi dilakukan selama 4-5 jam. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam corong pisah lalu dipisahkan antara minyak
dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dikocok dan didiamkan selama 1 hari. Minyak atsiri dipipet dan disimpan dalam botol berwarna
gelap. Minyak yang diperoleh kemudian dianalisis dengan GC-MS. Kemudian dilakukan penetapan parameter fisika yang meliputi penentuan indeks bias dan penentuan bobot jenis
Universitas Sumatera Utara
3.7. Identifikasi Minyak Atsiri 3.7.1. Penetapan Parameter Fisika