Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air Armando, 2009.
2.3.4.4. Ekstraksi dengan lemak padat
Proses ini umunya digunakanuntuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu enfleurasi dan maserasi.
a. Enfleurasi
Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah keadaan dingin sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini
digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi mintak
atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat Armando, 2009.
b. Maserasi
Metode pembuatan minyak dengan lemak panas tidak jauh bebrbeda dengan metode lemak dingin. Bahan dan peralaatan yang digunakan pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya
hanya terletak pada bagian awal proses, yaitu menggunakan lemak panas Armando, 2009.
2.4 Analisis Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS
Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena minyak atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar.
Setelah ditemukan Kromatografi Gas GC, kendala dalam analisis komponen minyak atsiri mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan
Universitas Sumatera Utara
sama sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama
lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel
sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada kromatografi gas Agusta, 2000.
2.4.1 Kromatografi Gas
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan. Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam gas pembawa melalui
kolom. Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga terbentuk
sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan dicatat sebagai fungsi waktu oleh detektor Mc Nair and
Bonelli, 1988. Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut dengan
waktu tambat waktu retensi yang diukur mulai saat penyuntikn sampai saat elusi terjadi Gritter, dkk., 1991.
Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi, kolom, fase diam, suhu dan detektor.
2.4.1.1. Gas Pembawa
Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntunganya adalah
karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium He, Argon Ar, Nitrogen N, Hidrogen H, karbon dioksida Agusta, 2000.
2.4.1.2. Sistem Injeksi
Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan
tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15
o
C lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom Gritter,
dkk.,1991.
2.4.1.3. Kolom
Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja nir karat, aluminium, dan kaca yang berbentuk lurus, lengkung, melingkar Agusta, 2000.
2.4.1.4. Fase Diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolaranya, yaitu non polar, semi polar, dan polar.Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan
analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat non polar, misalnya SE-52 dan SE- 54 Agusta, 2000.
2.4.1.5. Suhu
Tekanan uap sangat tergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama dalam kromatografi gas. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang berbeda yaitu: suhu injektor,
suhu kolom, dan suhu detektor.
Universitas Sumatera Utara
a. Suhu Injektor
Suhu pada injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan sedemikian cepat Mc Nair and Bonelli, 1988.
b. Suhu Kolom
Pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap isotermal, atau pada suhu yang berubah secara terkendali suhu diprogram. Kromatografi gas suhu isotermal paling baik digunakan pada
analisis rutin atau jika kita mengetahui agak banyak mengenai yang akan dipisahkan. Pilihan awal yang baik adalah suhu beberapa derajat dibawah titik didih komponen campuran utama.
Pada kromatografi gas suhu diprogram, suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu tertentu yang lain dengan laju diketahui dan terkendali dalam waktu tertentu Gritter, dkk.,1991.
c. Suhu Detektor
Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan atau fase diam tidak mengembun Mc Nair and Bonelli, 1988.
2.4.1.6. Detektor
Menurut Mc Nair and Bonelli, 1988 ada dua detektor yang populer yaitu Detektor Hantar Termal DHT dan Detektor Pengion Nyala DPN.
2.4.2 Spektrometer Massa
Molekul senyawa organik pada spektrometer massa, ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positip yang mempunyai energi yang tingggi karena lepasnya
elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion yang lebih kecil. Spektrum massa merupakan gambaran antara limpahan relatif lawan perbandingan massamuatan
Sastrohamidjojo, 2004.
2.4.2.1 Sistem Pemasukan Cuplikan
Universitas Sumatera Utara
Bagian ini terdiri dari suatu alat untuk memasukkan cuplikan, sebuah makromanometer untuk mengetahui jumlah cuplikan yang dimasukkan, sebuah alat pembocor molekul untuk
mengatur cuplikan kedalam kamar pengion, dan sebuah sistem. Cuplikan berupa cairan dimasukkan dengan menginjeksikanya melalui karet silikon kemudian dipanaskan untuk
menguapkan cuplikan kedalam sistem masukan. Cara pemasukan cuplikan langsung kekamar pengionan dilakukan terhadap senyawa yang sukar menguap dan tidak stabil terhadap panas.
2.4.2.2 Ruang Pengion dan Percepatan
Arus uap dari pembocor molekul masuk ke dalam kamar pengion ditembak pada kedudukan tegak lurus oleh seberkas elektron dipancarkan dari filament panas. Satu dari proses
yang disebabkan oleh tekanan tersebut adalah ionisasi molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan terbentuk ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa
organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion radikal.
2.4.2.3 Tabung Analisis
Tabung yang digunakan adalah tabung yang dihampakan, berbentuk lengkung tempat melayangnya berkas ion dari sumber ion ke pengumpul.
2.4.2.4 Pengumpul Ion dan Penguat
Pengumpul terdiri dari satu celah atau lebih serta silinder Faraday. Berkas ion membentur tegak lurus pada plat pengumpul dan isyarat yang timbul diperkuat dengan pelipat ganda
elektron.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.5 Pencatat
Spektrum massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi. Pencatat yang banyak digunakan mempunyai 3-6 galvanometer yang mencatat secara bersama-sama.
Galvanometer menyimpang jika ada ion yang menabrak lempeng pengumpul, berkas sinar ultraviolet dapat menimbulkan berbagai puncak pada kertas pencatat yang peka terhadap sinar
ultraviolet. Cara penyajian yang lebih jelas dari puncak-puncak utama dapat diperoleh dengan membuat harga mz terhadap kelimpahan relatif Silverstein, dkk.,1986.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode deskriptif meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, karakterisasi simplisia, isolasi dan analisis komponen-
komponen minyak atsiri dari tumbuhan kayu putih Melaleuca Leucadendra L. L. segar dan kering secara GC-MS.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium farmakognosi Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Penelitian Farmasi Medan. Dan penelitian dilakukan pada bulan Januari – Mei 2010.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat stahl, seperangkat alat destilasi air, Gas Chromatograph-Mass Spectrometer GC-MS shimadzu QP 2010 S,
Refraktometer abbe, piknometer, alat-alat gelas, blender National, eksikator, neraca kasar Ohaus, neraca listrik Mettler Toledo, lemari pengering, mikroskop, dan objek glass.
3.3 Bahan – Bahan