utama. Di samping itu dengan mengetahui perkembangan keuangannya para karyawan juga berkepentingan terhadap penghasilan yang
diterimanya tiap akhir tahun apakah sudah sepadan dengan pengorbanan yang diberikan kepada bank di mana ia bekerja.
f. Manajemen Bank
Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen
dalam megelola sumber daya yang dimilikinya.
7. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Budisantoso dan Triandaru 2008:51 mengartikan kesehatan bank sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang
sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL
Capital, Assets Quality, Management, Earning
dan
Liquidity
. Kelima faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami
permasalahan pada salah satu faktor tersebut apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut,
Universitas Sumatera Utara
maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Berikut akan dijelaskan
kelima faktor CAMEL tersebut.
1.
Capital
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari
dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Pengertian kecukupan modal tersebut
tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai
Capital Adequacy Ratio
CAR. Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko ATMR. Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8.
Dendawijaya 2005:121 menyatakan bahwa :
Capital Adequacy Ratio
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank
terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
CAR = x 100 Modal
ATMR
Universitas Sumatera Utara
Kredit Non Lancar Total Kredit
APYD Total Aktiva Produktif
2.
Assets Quality
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas aktiva produktif
bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas
aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti
pembentukan cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya.
Dalam menilai kualitas aset ada dua rasio yang digunakan yaitu rasio kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit atau disebut juga dengan
Non Performing Loans NPL
dan kualitas aktiva produktif KAP. Dimana rasio NPL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
NPL = x 100
Untuk menghitung rasio KAP dapat dirumuskan dengan cara sebagai
berikut.
KAP = x 100
Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank yang karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga usaha debitur
Universitas Sumatera Utara
mengalami kesulitan dalam
cash flow
yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga dan bahkan angsuran utang pokoknya.
Menurut Sigit Triandaru 2008:58, pengertian aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah :
Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut : 1
25 dari kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus DPK, 2
50 dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar KL, 3
75 dari kredit yang digolongkan Diragukan D, 4
100 dari kredit yang digolongkan Macet M.
3.
Management
Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap
bank yang
bersangkutan. Penilaian
tersebut dilakukan
dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi ke dalam
sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk
kuesioner manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko
hukum dan risiko pemilik dan pengurus.
Universitas Sumatera Utara
Laba sebelum pajak Rata
– rata total aset
4.
Earning
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Yang menjadi
acuan untuk menghitung rentabilitas adalah
Return on Asset ROA
dan Beban Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional BOPO.
Return on Asset
ROA menurut Riyadi 2006:155 diartikan sebagai “perbandingan antara laba sebelum pajak pada bank dengan total aktiva bank,
rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan”.
Menurut Dendawijaya 2005:118 “ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset”. Perhitungan ROA adalah dengan menggunakan cara sebagai berikut.
ROA = x 100
Menurut Dendawijaya 2005:119 “BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya”.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyadi 2006:159 “BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan”.
Nilai rasio BOPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
BOPO = x 100
5.
Liquidity
Penilaian rasio faktor likuiditas berpatokan pada
Loan Deposit Rasio
LDR dimana LDR diperoleh dengan cara membandingkan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain
dengan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito tidak termasuk antar bank.
Menurut Kasmir 2003:268 “Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan
deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai”.
Menurut Dendawijaya 2005:116 “LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Loan to deposit ratio
tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
Beban Operasional Pendapatan Operasional
Universitas Sumatera Utara
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya”. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. LDR dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
LDR = x 100
Berdasarkan LDR ini dapat diketahui sejauh mana usaha pihak manajemen melakukan perpencaran dalam penempatan dananya, yaitu
besarnya yang disalurkan dalam bentuk pemberian kredit dan yang ditanamkan dalam bentuk penanaman dana lainnya. Semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit semakin besar.
8. Peringkat Komposit