Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
merumuskan apa saja yang termasuk dari perbuatan-perbuatan kokurensi dengan itikad tidak baik atau curang ini “semua perbuatan yang sifatnya hendak
menciptakan suatu kegaduhan confusion dengan cara apa pun berkenaan dengan barang-barang dari industri atau tindakan aktivitas komersial dari seorang pelaku
bisnis lainnya. Juga penempatan keterangan yang palsu dalam rangka perbuatannya ini yang sifatnya demikian rupa hingga memberikan kekurangan
kepercayaannya untuk usaha, barang atau aktivitas komersial dari seorang pesaing.
Ayat 3 menyebutkan adanya petunjuk atau dugaan bahwa pemakaian barang ini dalam arus perdagangan adalah mengalihkan dan mengarahkan
pandangan masyarakat mengenai sifat, cara pembuatan cirri-ciri, karakteristik bersangkutan, baik mengenai kuantitas atau kualitas dari barang-barang ini dapat
mengelabui masyarakat. Termasuk juga yang dinamakan memberikan keterangan atau ciri yang palsu dalam rangka perlindungan konkurensi yang sehat, hingga
merupakan sebaliknya kompetisi yang tidak sehat atau itikad buruk Pasal 10 bis Konvensi Paris.
22
Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 menganut sistem konstitutif, artinya hanya merek-merek yang terdaftar saja yang dilindungi oleh
hukum. Hal ini dapat dilihat pasal 3 Undang-Undang Merek yang menyebutkan “Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu
2. Sistem pendaftaran Hak Atas Merek
22
Prof.Dr. Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, SH.,op. cit., hlm.71
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada oihak lain yang menggunakannya”.
Sistem konstitutif ini memberikan hak atas merek yang terdaftar. Jadi siapa saja yang mereknya terdaftar dalam Daftar Umum Kantor Merek, maka
dialah yang berhak atas merek tersebut. Sistem ini akan lebih menjamin adanya kepastian hukum. Kepastian hukum berupa keuntungan kepada pendaftaran
pemilik pemegang merek yang sah tanda bukti pendaftaran dan diterima sebagai merek dalam bentuk sertifikat sebagai bukti hak atas merek sekaligus
dianggap sebagai pemakai pertama merek yang bersangkutan. Keuntungan dari merek yang terdaftar dibandingkan dengan merek yang
tidak didaftarkan adalah dalam hubungannya jika terjadi sengketa. Merek yang didaftarkan akan lebih mudah pembuktiannya daripada merek yang tidak
didaftarkan. Sedangkan bagi merek yang tidak didaftar, si pemakai akan mengalami kesulitan untuk membuktikan dirinya sebagai pemilik pertama karena
tidak terdapat surat-surat yang dapat diajukan sebagai bukti otentik. Padahal dalam perkara perdata dalam pemeriksaan di Pengadilan bukti tulisan
suratsertifikat yang paling diutamakan karena peristiwa hukumnya mudah diungkapkan dengan bukti keterangan saksi-saksi.
Dikenal dua sistem yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu sistem deklaratif dan sistem konstitutif atributif. Undang-Undang Merek Tahun 2001
dalam sistem pendaftarannya menganut sistem konstitutif, sama dengan Undang- Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1997. Ini adalah perubahan yang mendasar dalam
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
Undang-Undang Merek Indonesia, yang semula menganut sistem deklaratif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961.
Sistem deklaratif yang dianut Undang-Undang kita disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai segi kelemahan.
Keuntungan dari sistem deklaratif adalah : 1.
orang yang berhak atas merek bukanlah orang yang hanya secara formil saja tedaftar mereknya, tetapi juga orang yang sungguh memakai merek
tersebut. 2.
orang yang sungguh memakai mereknya tidak dapat dihentikan pemakaiannya oleh orang atau pihak lain yang baru kemudian
mendaftarkan merek tersebut. Kelemahan dari sistem deklaratif ini adalah :
1. orang yang mendaftarkan mereknya dan memang sungguh-sungguh
memakai merek itu dapat dihentikan pemakainya oleh orang yang memakai merek yang sama dan tidak mendaftarkan tetapi memakai merek
itu lebih dahulu dari orang yang mereknya terdaftar. 2.
kurang adanya kepastian hokum, karena walaupun ia telah mendaftarkan mereknya tetapi sewaktu-waktu masih dapat digugat-gugat orang lain yang
mengaku dirinya sebagi pemakai pertama. Keuntungan sistem konstitutif adalah :
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
1. orang yang mereknya sudah terdaftar tidak dapat diganggu-gugat oleh
orang lain atau pemakai merek yang tidak diketahuinya ketika ia mendaftarkan mereknya.
2. adanya hal diatas menjadikan adanya kepastian hukum.
Kerugian dari sistem ini adalah : Daftar umum merek akan memuat banyak merek yang hanya secara formil
terdaftar.
23
a. pendaftaran merek tanpa pemeriksaan merek terlebih dahulu.
Menganut sistem ini merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat-syarat permohonannya telah
dipenuhi antara lain pembayaran biaya permohonan, pemeriksaan dan pendaftaran. Tidak diperiksa apakah merek tersebut memenuhi
syarat-syarat lain yang ditetapkan dalam Undang-Undang, misalnya tidak diperiksa apakah merek tersebut pada
keseluruhannya atau pda pokoknya ada persamaan dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain.
Sistem ini dipergunakan misalnya oleh Negara Prancis, Belgia, Luxemburg, dan Rumania.
Secara Ineternasional menurut Soegondo Soemodirejo ada dikenal 3 sistem pendaftaran merek yaitu :
b. Pendaftaran dengan pengumuman sementara. Sebelum merek yang
bersangkutan didaftarkan, merek itu diumumkan lebih dahulu
23
H. Abdul Muis, SH, M.S; Bunga Rampai Hukum Dagang; Fak. Hukum USU, Medan, 1990, hlm.13
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
untuk memberi kesempatan kepada pihak lain mengajukan keberatan-keberatan tentang pendaftaran merek tersebut. Sistem ini
dianut oleh antara lain Negara Spanyol, Columbia, Mexico, Brasil, dan Australia.
c. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang
adanya merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya. Pemohon pendaftaran merek diberitahukan bahwa mereknya mempunyai
persamaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan terlebih dahulu untuk barang sejenis atau nama orang lain. Walaupun
demikian, jika pemohon tetap menghendaki pendaftaran mereknya, maka mereknya itu didaftarkan juga. Sistem ini misalnya dipakai di Negara Swiss dan
Australia. Pendaftaran merek dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa
pendaftar dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya. Berbeda dengan sistem deklaratif, pada sistem
konstitutif, baru akan menimbulkan hak apabila telah didaftarkan oleh sipemegang. Oleh karena itu dalam sistem ini pendaftaran adalah merupakan
suatu keharusan. Dalam sistem deklaratif titik berat atas pemakai pertama. Siapa yang
memakai pertama sesuatu merek dialah yang dianggap yang berhak menurut hukum atas merek bersangkutan. Jadi pemakai pertama yang menciptakan hak
atas merek, bukan pendaftar. Pendaftaran dipandang hanya memberikan suatu hak prasangka menurut hukum, dugaan hukum, bahwa orang yang mendaftar adalah si
pemakai pertama yaitu adalah yang berhak atas merek yang bersangkutan. Tetapi
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
apabila orang lain dapat membuktikan bahwa dialah yang memakai hak pertama tersebut, maka pendaftarannya bias dibatalkan oleh Pengadilan dan hal ini
seringkali terjadi misalnya dalam perkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia, karena dipandang
sebagai telah bertindak tidak dengan itikad baik, telah didaftarkan oleh Pengadilan. Dinyatakan bahwa perusahaan Jepang adalah yang sebenarnya
pertama-tama memakai merek tersebut dan yang berhak. Pendaftaran dari pihak pengusaha Indonesia telah dibatalkan dan dicoret dari daftar Kantor Merek. Inilah
yang dipandang sebagai kurang memberikan kepastian hukum jika dibandingkan dengan sistem deklaratif, yaitu bahwa pendaftaranlah yang menciptakan hak atas
merek. Siapa yang pertama mendaftar, dialah yang berhak atas merek dan dialah secara eksklusif dapat memakai merek tersebut. Orang lain tidak dapat
memakainya. Hak atas merek tidak ada tanpa pendaftaran. Inilah membawa lebih banyak kepastian. Karena jika seseorang dapat membuktikan ia telah
mendaftarkan sesuatu merek dan mengenai ini, dia memberikan suatu Sertifikat Merek yang merupakan bukti dari pada hak miliknya atas sesuatu merek Pasal 27
UUM Tahun 2001, maka orang lain tidak dapat mempergunakannya dan orang lain itu tidak berhak untuk memakai merek yang sama untuk barang-barang yang
sejenis pula. Jadi sistem konstitutif ini memberikan lebih banyak kepastian.
24
Untuk sistem atau stelsel deklaratif ini, dapat pula dikemukakan kelemahannya dan keuntungannya. Pada sistem deklaratif orang yang berhak atas
merek bukanlah orang yang secara formal saja terdaftar mereknya tetapi haruslah orang-orang yang sungguh-sungguh memakai atau menggunakan merek tersebut.
24
Erma Wahyuni, SH., et.al., op. cit., hlm. 103-106
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
Orang-orang yang sungguh-sungguh memakai atau menggunakan merek tersebut tidak dapat menghentikan pemakaiannya oleh orang lain secara begitu saja,
meskipun orang yang disebut terakhir ini kemudian mendaftarkan mereknya. Dalam sistem deklaratif orang yang tidak mendaftarkan mereknya pun dilindungi.
Namun kelemahan sistem ini adalah kurang terjaminnya rasa kepastian hukum. Karena orang yang telahmendaftarkan mereknya tetapi sewaktu-waktu
masih dapat dibatalkan oleh pihak lain yang mengakusebagai pemakai pertama.
Gambaran tentang kelemahan dan keuntungan stelsel pendaftaran ini mengundang polemic dari kalangan ahli hukum. Menurut Hartono Prodjomardojo,
SH dalam prasarannya yang berjudul Undang-Undang Merek 1961 dan Permasalahannya Dewasa ini mengemukakan sebagai berikut :
“Mengingat bahwa wilayah Republik Indonesia itu sangat luas sedang perhubungan dari daerah yang satu ke daerah yang lain belum semudah dan
secepat yang diperlukan untuk melaksanakan pendaftaran merek, maka melihat keuntungan dan keberatan masing-masing stelsel pendaftaran tadi, penulis
berpendapat bahwa untuk alasan bahwa sistem ini lebih memberi kepastian hukum mengenai hak atas merek kepada seseorang yang telah mendaftarkan
mereknya itu. Dalam pandangan pro dan kontra terhadap sistem pendaftaran merek itu,
Sudargo Gautama telah menganjurkan agar sebaiknya kita beralih pada sistem institutif. Alasan utamanya adalah dari kepastian hukum.
Jadi, hak atas merek tercipta karena pendaftaran dan bukan karena pemakai pertama. Jelas disini dipakai sistem konstitutif. Diantara Negara-negara
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
yang berbeda sistemnya dengan hak atas merek yaitu yang deklaratif atau konstitutif; undang-undang baru, berlainan dari pada Undan-Undang Nomor 21
Tahun 1961 yang lama, mengutamakan terciptanya hak atas merek ini karena pendaftaran. Dalam memori penjelasan dicantumkan sebagai alasan untuk
memilih prinsip konstitutif ini adalah bahwa salah satu pertimbangannya adalah lebih terwujudnya kepastian hukum.
25
Tancho Kabushiki Kaisha Tancho Co. Ltd yang berkeduduka n di Osaka Jepang adalah pemilik dan pemakai dari nama dagang merek “Tancho” yang
terdiri dari dua huruf kanji dan gambar burung bango terbang dalam lingkaran untuk barang-barang kosmetik yang telah didaftarkan sejak tahun 1961 di
Philipina, Singapore, dan Hongkong dan sejak tahun 1961 barang-barang keluaran Tancho Co. Ltd. Tersebut telah dikenal di Indonesia karena beberapa pedagang di
Indonesia telah mengimpornya : bahwa untuk melancarkan perdagangan di Indonesia, Tancho Co.Ltd tersebut mengadakan joint venture dengan N. V. Tha
City Factory di Jakarta sehingga terbentuklah PT. Tancho Indonesia Co.Ltd. dengan persetujuan dan ijin Presiden dan Menteri Perindustrian RI yang disusul
dengan pendirian pabrik yang sejak tanggal 16 April 1971 telah berproduksi dengan memakai meek dagang “Tancho”, bahwa dengan surat permohonan
tanggal 16 November 1970 No. 055 Tancho XI 71 penggugat-asli telah mengajukan permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Patent tetapi
Adapun contoh kasus adalah antara PT.TANCHO INDONESIA CO. LTD sebagai penggugat dengan Wong A Kiong Ong Sutrisno yang menamakan
dirinya Direksi Firma Tokyo Osaka Company, sebagai tergugat.
25
Ibid, Hlm. 108
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
ditolak secara lisan, karena tergugat-asli telah mendaftarkan merek tersebut terlebih dahulu sejak tahun 1965; bahwa berdasarkan ketentuan dalam pasal 4A
ayat 1 dan 2 yo. Pasal 4C ayat 1 dan 2 Unie Paris tahun 1934, tentang perlindungan atas hak milik perindustrian penggugat asli sebagai wakil Tancho
Co.Ltd. Di Indonesia mendapat prioritas pemkai pertama; bahwa perbuatan tersebut adalah merupakan persaingan yang tidak jujur dalam perdagangan dan
merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Menyatakan PT. Tancho Co. Ltd., pemilik dan pemakai pertama di
Indonesia dari nama atau merek dagang Tancho dan karenanya adalah satu- satunya yang berhak memakai nama atau merek dagang tersebut.
Membatalkan merek-merek dagang atas nama Wong A. Kiong, yaitu : 1.
merek dagang No. 82735 pada tanggal 9 Maret 1966. 2.
merek dagang No. 82883 pada tanggal 6 April 1966. 3.
merek dagang No. 82021 pada tanggal 2 November 1965 4.
merek dagang No. 81492 pada tanggal 23 Januari 1967. 5.
merek dagang No. 83965 pada tanggal 31 Oktober 1967. 6.
merek dagang No. 85203 pada tanggal 17 April 1967. 7.
merek dagang No. 86275 pada tanggal 29 Agustus 1967. 8.
merek dagang No. 86276 pada tanggal 29 Agustus 1967. Tata cara pendaftaran hak atas merek, dalam permohonan pendaftaran
merek yaitu dengan cara mengajukan permohonan pendaftaran dalam rangkap 4 yang diketik dalam bahasa Indonesia.
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
Permohonan adalah permintaan pendaftaran yang diajukan secra tertulis kepada Direktorat Jenderal. Jadi permohonan pendaftaran harus tertulis, tidak
mungkin secara lisan. Permohonan pendaftaran merek masih Kantor Merek yang berada di
Tangerang. Tidak ada perwakilan Kantor Merek di daerah. Hal ini terkadang menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan-perusahaan skala menengah ke bawah
yang berada di daerah yang jauh dari Jakarta yang bermaksud mengajukan permohonan pendaftaran mereknya. Hal ini tentunya akan berkaitan dengan biaya
yang diperlukan guna melakukan pengajuan permohonan pendaftaran merek ke daerah tersebut.
26
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan : Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU No. 15
Tahun 2001 diatur dalam Pasal 7 yang menentukan bahwa :
a. tanggal, bulan, dan tahun.
b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon.
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kuasa. d.
Warna-warni apabila merek yag dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna.
e. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali
dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
26
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapsel Hak Kekayaan Intelektual, Pusat Studi Hukum UI, Yogya, 2000, hlm.124
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
2. permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.
3. pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat terdiri dari satu orang
atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum. 4.
permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. 5.
dalam permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
6. dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5, permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para
pemohon yanhg mewakilkan. 7.
dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangni oleh semua pihak yang
berhak atas merek tersebut. a.
kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat 7 adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
b. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai
Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan
Keputusan Presiden. Surat permintaan pendaftaran merek tersebut harus ditandatangani oleh
pemilik merek atau kuasanya. Jika permintaan pendaftaran merek tersebut diajukan lebih dari satu orang atau diajukan oleh Badan Hukum yang secara
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
bersama-sama berhak atas merek tersebut maka nama orang-orang atau badan hukum yang mengajukan permintaan tersebut harus dicantumkan semuanya
dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. Namun untuk penandatangannya haruslah ditetapkan salah seorang dari mereka atau badan
hukum tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari orang-orang atau badan hukum yang lain yang tidak ikut menendatangani tetapi jika permintaan
pendaftaran merek itu diajukan melalui kuasanya, maka surat kuasa untuk itu harus ditandatanganioleh semua yang berhak atas merek tersebut.
Surat permohonan diatas harus juga dilengkapi dengan : a.
Surat pernyataan bhwa merek yang dimintakan pendaftarannya adalah miliknya;
b. 20 dua puluh helai etiket merek yang bersangkutan;
c. Tambahan Berita Negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau
salinan yang sah akta pendirian hukum, apabila pemilik merek adalah badan hukum;
d. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek diajukan melalui kuasa;
dan e.
Pembayaran seluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang jenis dan besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri, Pasal 10
ayat 1. Selanjutnya dapat dikatakan pula bahwa, etiket merek yang menggunakan
bahasa asing danatau didalamnya terdapat huruf selain latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, wajib disertai dengan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam huruf latin dan dalam angka yang
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, Pasal 10 ayat 2.
27
a. Jangka waktu untuk mengajukan permintaan pendaftaran merek dengan
menggunakan hak prioritas adalah enam buan. Ketentuan ini lebih
lanjut dimaksudkan untuk kepentingan pemeriksaan dan untuk perlindungan masyarakat konsumen. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara permohonan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, Pasal 9. Selanjutnya diterangkan bahwa permintaan pendaftaran merek yang
diajukan oleh pemilik atau yang berhak atas merek yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap diluas wilayah Republik Indonesia, wajib diajukan melalui
kuasanya di Indonesia, Pasal 10 ayat 1. Pemilik atau yang berhak atas merek tersebut wajib pula menyatakan dan
memilih tempat tinggal kuasanya sebagai alamat di Indonesia, Pasal 10 ayat 2. Apabila diajukan dengan hak prioritas harus diajukan dalam waktu paling
lambat 6 enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama sekali diterima di negara lain, yang merupakan
anggota Paris Convention of Industrial Property atau anggota Agreement Estabilishing of world Trade Organization, Pasal 11.
Yang dimaksud dengan kovensi Internasional dalam pasal ini adalah Konvensi Paris Paris Convention for the Protection of Industrial Property tahun
1983 beserta segala perjanjian lain yang mengubah atau melengkapinya yang memuat beberapa ketentuan sebagai berikut :
27
O. K. Saidin, SH., M. Hum., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intelektual Property Rights, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 287-289
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
b. Jangka waktu enam bulan tersebut sejak tanggal pengajuan permintaan
pertama di negara asal atau salah satu negara anggota Konvensi Paris. c.
Tanggal pengajuan tidak termasuk dalam penghitungan jangka waktu enam bulan.
d. Dalam hal jangka waktu terakhir adalah hari libur atau hari dimana Kantor
Merek tutup, maka pengajuan permintaan pendaftaran merek dimana perlindungan dimintakan, jangka waktu diperpanjang sampai pada hari
permulaan berikutnya. Permintaan pendaftaran merek dengan menggunakan hak prioritas wajib
dilengkapi pula dengan bukti tentang permintaan penerimaan pendaftaran yang pertama kali yang menimbulkan hak prioritas tersebut. Permohonan pendaftaran
merek dengan hak prioritas ini diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001.
Dalam pasal ini dikatakan bahwa : “Permohonan dengan menggunakan hak prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 enam bulan terhitung
sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the
Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Estabilishing the world Trade Organization.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menampung kepentingan negara yang hanya menjadi salah satu anggota dari Paris Convention for the Protection of
Industrial Property1883 sebagaimana telah beberapa kali diubah atau Agreement Estabilishing the world Trade Organization.
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
Dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 dikatakan pula bahwa:
1. selain harus memenuhi ketentuan sebagimana dimaksudkan diatas,
permohonan dengan menggunakan hak prioritas ini wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran merek yang
pertama kali yang menimbulkan hak prioritas tersebut. 2.
bukti hak prioritas sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 tersebut diatas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
3. dalam hal ini ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak dipenuhi dalam waktu paling lam 3 tiga bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permohonan dengan menggunakan hak prioritas
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11, permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa menggunakan hak prioritas.
Subjek hukum perorangan ataupun badan hukum yang telah mendapatkan hak secara prioritas akan dilindungi haknya di negara luar negara
dimana yang bersangkutan mendaftarkan hak prioritasnya seperti ia mendapatkan perlindungan di negaranya sendiri.
Dalam mencari perlindungan atas bentuk dan gaya style dari tampilan bungkus produk yang dihasilkan sebuah perusahaan adalah hal yang perlu
diperhatikan oleh pemilik merek dari suatu produk dan dapat membantu mereka adalah dengan menindak pihak lain yang meniru tampilan produk tanpa izin,
28
28
Tim Lindsey, et. al., Hak Kekaayaan Intelektual Suatu Pengantar., Alumni., Bandung., 2002., hlm.133
seperti kasus berikut ini :
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
Perusahaan X di Paris mendaftarkan merek “Lavin” untuk berbagai jenis produk barang di Kantor Merek Prancis tanggal 1 Januari 2002. Perusahaan X
tersebut, memproduksi barang dan memasarkannya keseluruh pelosok dunia. Pada bulan Maret 2002 barang dengan merek “Lavin” tersebut menjadi begitu terkenal
di Indonesia, sehingga menarik minat investor dalam negeri Indonesia untuk memproduksi barang dengan merek yang sama dan mendaftarkannya di Kaantor
Merek Jenderal HAKI di Jakarta pada bulan Mei 2002.
Sampai dengan 6 bulan bulan Juni 2002 si pemakai pertama di Perancis tetap dilindungi haknya, seolah-olah hak itu telah di daftar 1 Januari 2002 seperi
masapendaftarnnya di Perancis. Kalu belum lewat bulan Juni 2002 yang bersangkutan mendaftarkannya di Indonesia maka hak si pendaftar di Indonesia
pada bulan Mei 2002 itu gugur. Jadi, si pendaftar pertama di negeri asalnya itu mendapat hak prioritas.
Kantor merek dapat meminta agar bukti tentang hak prioritas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dalm hal
ketentuan sebagimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 tidak dipenuhi dalm waktu paling lama tiga bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permintaan
pendaftaran merek dengan menggunakan hak prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, permintaan pendaftaran merek dengan menggunakan hak prioritas
tersebut dianggap ditarik kembali. Kantor merek memberitahukan anggapan penarikan kembali sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3 secara tertulis kepada orang atau badan hukum atas kuasanya yang mengajukan permintaan pendaftaran merek dengan menggunakan
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
hak prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, permintaan pendaftaran merek dengan menggunakan hak prioritas tersebut dianggap ditarik kembali.
Kantor merek memberitahukan anggapan penarikan kembali sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 secara tertulis kepada orang atau badan hukum atas
kuasanya yang mengajukan alasannya. Bukti tersebut berupa surat permintaan pendaftaran merek beserta tanda
penerimaan permintaan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permintaan pendaftaran merek. Dalam hal yang disampaikan berupa
salinan atau fotocopi surat permintaan atau tanda penerimaan, maka pengesahan atas salinan tersebut diberikan oleh Kantor Merek di negara dimana permintaan
pendaftaran merek diajukan untuk pertama kali. Perubahan terhadap permintaan pendaftaran merek tidak diperbolehkan
kecuali hanya dengan cara menarik kembali permintaan semula, selama belum mempeoleh keputusan dari Kantor Merek.
Kemudian Kantor Merek sifatnya mengumumkan permintaan pendaftaran merek yang telah memenuhi persyaratan, berlangsung selama enam bulan dengan
menempatkan pada papan pengumuman yang khusus dan dapat dengan mudah dan serta jelas dilihat oleh masyarakat dan dalam Berita Resmi Merek yang
diterbitkan secara berkala oleh Kantor Merek. Selanjutnya disebutkan bahwa selama jangka waktu pengumuman setiap orang dapat mengajukan secara tertulis
keberatan atas permintaan merek yang bersangkutan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti bahwa merek itu adalah merek yang bertentangan dengan
Pasal 5 dan 6 UU Merek Tahun 2001. Setelah selesainya masa pengumuman dan setelah diterimanya penjelasan atau sanggahan, Kantor Merek melakukan
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
pemeriksaan substantif dalam waktu selambat-lambatnya 12 bulan terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu untuk menyampaikan sanggahan Pasal 25 UU
Merek Tahun 2001. Apabila permintaan itu disetujui, maka Kantor Merek : 1.
dalam hal tidak ada keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan sertifikat merek kepada
pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman.
2. dalam hal keberatan tidak dapat diterima sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat 5, Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek kepada pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama
30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permohonan tersebut disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek.
3. sertifikat merek sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat :
a. nama, dan alamat lengkap pemilik merek yang terdaftar,
b. nama, dan alamat kuasa, dalam hal permohonan diajukan
berdasarkan Pasal 10, c.
tanggal pengajuan dan tanggal penerimaan, d.
nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila permohonan tersebut diajukan dengan menggunakan hak prioritas,
e. etiket merek yang didaftar, termasuk keterangan mengenai macam-
macam warna apabila merek tersebut menggunakan unsur warna, dan apabila merek menggunakan bahasa asing danatau huruf
selain dalam bahasa Indonesia disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, huruf latin dan angka yang lazim digunakan
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
dalam bahasa Indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan latin,
f. nomor dan tanggal pendaftaran,
g. kelas dan jenis barang danatau jasa yang mereknya didaftar, dan
h. jangka waktu berlakunya pendaftaran merek.
4. setiap pihak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh petikan
resmi Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan membayar biaya Pasal 27.
Khusus mengenai sertifikat merek, ini adalah merupkan konsekuensi dari sistem pendaftaran konstitutif. Seorang hanya dapt membuktikan bahwa mereknya
sudah terdaftar adalah melalui sertifikat merek, yang sekaligus sebagai bukti kepemilikannya.
Sedangkan untuk pengumumannya dilakukan dengan mencantumkannya pada Berita Resmi Merek. Ini suatu hal yang baru. Dahulu pndaftaran itu dicatat
pada Tambahan Berita Negara. Pengumuman pendaftaran merek ini sangat penting. Ini merupakan
penerapan dari azas publisitas. Jika suatu merek tidak didaftarkan dan tidak diumumkan maka tidak lahir apa yang disebut dengan hak kebendaan. Merek itu
dianggap tidak pernah dapat dipertahankan terhadap setiap orang, tidak lahir azas droit de suite, tidak ada hak preference dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk
pengalihan hak merek ini kepada pihak ketiga juga harus didaftarkan, agar sifat hak kebendaannya timbul. Jika pengalihan hak kebendan tersebut tidak
didaftarkan maka sifat hak kebendaannya tidak akan timbul, yang timbul adalah
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
sifat hak perorangan hak relatif. Hak yang demikian hanya dapat dipertahankan terhadaporang tertentu saja, tidak terhadap setiap orang.
Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang
bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6. Permohonan banding diajukan paling lama dalam waktu 3 bulan terhitung
sejak tanggal surat pemberitahuan penolakan permohonan. Apabila jangka waktunya sudah lewat tanpa adanya permohonan banding, penolakan permohonan
dianggap diterima oleh pemohon. Dalam hal penolakan permohonan telah dianggap diterima, Direktorat Jenderal mencata dan mengumumkan penolakan
itu. Komisi banding merek adalah badan khusus yang independen dan berada
di lingkungan departemen yang membidangi hak kekayaan intelaktual. Komisi banding merek terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang diperlukan serta pemeriksa senior. Anggota komisi banding merek tersebut
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa jabatan 3 tiga tahun. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Banding Merek. Untuk
memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Merek membentuk Majelis yang berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 tiga orang, satu diantaranya adalah
seorang pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap permohonan.
Susunan organisasi, tugas dan fungsi Komisi Banding Merek diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Keputusan Komisi Banding Merek diberikan
Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn,
2008. USU Repository © 2009
dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak tanggal penerimaan permintaan banding.
Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding, Direktorat Jenderal melaksanakan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, kecuali terhadap permohonan yang telah diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
3. Jangka Waktu Pendaftaran Hak Atas Merek