Fungsi Pendaftaran Hak Atas Merek Dalam Perdagangan Nasional

Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 lain yang akan ikut menikmati keuntungan ekonomi dari mereknya itu dengan membayar royalti. Apabila pemilik merek melisensikan mereknya kepada pihak lain, pembuatan perjanjian lisensi tersebut perlu memenuhi formalitas hukum. Artinya, perjanjian lisensi penggunaan merek harus dibuat dalam bentuk akta notaris karena akta notaris menjamin perlindungan yang kuat. Karena akta notaris adalah akta otentik, maka para pihak yang membuat perjanjian lisensi tersebut tidak dapat memungkiri isi yang telah disepakati dalam perjanjian lisensi. 29 Merek menjadi demikian penting dalam periklanan dan perdagangan karena masyarakat dapat melihat melalui merek tertentu tersebut atas nama baik, kulitas, serta reputasi dari barang dan jasa tertentu. Nantinya pun suatu merek dapat menjadi kekayaan komersial yang luar biasa dan sangat berhargadan sering

2. Fungsi Pendaftaran Hak Atas Merek Dalam Perdagangan Nasional

Merek dilakukan dalam upaya mengidentifikasikan atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk perusahaan lain yang sama dalam pasar. Maka dapat dikatakan dibuatnya merek dengan karakter suatu logo, nama, simbol- simbol, gambar, ataupun paduan dari karakter tersebut dengan tujuan pembedaan identitas terhadap produk di pasar atau konsumen. Karena itu, perusahaan-perusahaan cenderung untuk mencegah orang lain untuk memakai merek apabila merek tersebut sudah mempunyai reputasi, good will, pasar serta konsumen yang besar. Misalnya Microsoft, BMW, Sosro, Coca- Cola, Mc. Donald, dan Hilton. 29 Prof. Abdul Kadir Muhammad, SH., op. cit., hlm. 123 Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 kali nama usaha merek suatu produk perusahaan lebih berharga daripada aset perusahaan yang berwujud, misalnya tanah, bangunan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor. 30 Belum lagi bentuk penyelesaian sengketa atau transaksi bisnis yang menyangkut bidang HAKI yang berkaitan dengan perdagangan secara elektronik Pemilik merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum atas pelanggaran hak atas merek baik dalam wujud gugatan ganti rugi maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana melalui aparat penegak hukum. Pemilik merek terdaftar juga memiliki hak untuk mengajukan permohonan pembatalan pendaftaran merek terhadap merek yang memiliki dengan merek yang ia miliki yang didaftarkan orang lain secara tanpa hak. Perlindungan hukum yang represif ini diberikan apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek. Disini peran lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya seperti kepolisian, Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS, dan kejaksaan sangat diperlukan. 3. Perlindungan Hukum Bagi Perusahaan Atas Hak Merek Terdaftar Terhadap Penyelesaian Perselisihan Pada Pemakaian Merek Yang Sama Dalam Pasar Perdagangan Nasional. Perkembangan dunia bisnis dan banyaknya transaksi bisnis yang berkaitan dengan bidang HAKI, misalnya merek dagang dalam level nasional maupun multinasional, dibutuhkan penyelesaian sengketa secara bisnis b to b yang amicable solution bagi para pihak yang berkepentingan atas bisnis atau sengketa tersebut. 30 Suyud Margono, Amir Angkasa., op.cit., hlm.146 Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 E-commerce, tentu menambah rumit atau kompelksnya suatu masalah. Karena itu, disamping keahlian dalam bidang hukum misalnya dalam hukum kontrak dan HAKI juga diperlukan keahlian dalam bidang seperti teknologi, informatika bisnis, dan manajemen. Tuntutan penyelesaian secara bisnis ini bukan semata- mata karena tekanan dari negara maju ke negara-negara berkembang terutama yang besar akses terhadap perdagangan bidang HAKI ke berbagai negara di seluruh dunia ataupun ketidak percayaan masyarakat khususnya pelaku bisnis akan proses jalur pengadilan. Bagaimanapun jalur pengadilan tetap diperlukan sebagai the last resort dari penyelesaian bisnis itupun dengan bentuk pengadilan yang kompeten. Kontrak bisnis internasional selalu melibatkan para puhak yang tunduk pada dua atua lebih sistem hukum nasional yang berbeda sehingga apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan kontrak tersebut, selalu timbul masalah hukum dalam menyelesaikannya. Masalah yang sering timbul adalah menentukan sistem hukum negara manakah yang akan digunakan. Persoalan ini lazimnya dikenal sebagi persoalan tentang “the proper law of contract”, yaitu pilihan hukum yang seharusnya digunakan dalam menyelesaikan sengketa dalam pelakasanaan kontrak antara dua atau lebih sistem hukumnya yang beda. Hukum yang seharusnya digunakan dalam menyelesaikan suatu sengketa dalam pelaksanaan kontrak dapat berupa hukum pilihan para pihak sendiri. Apabila para piahk tidak menentukan, akan berlaku hukum pilihan hakim. Apabila hukum pilihan para pihak sendiri yang diberlakukan, baik oleh lembaga peradilan maupun lembaga arbitrase sebagai “the proper law of contract” , Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 pilihan itu dianggap mengikat dan berlaku sebagai hukum terhadap para pihak. Di Indonesia ketentuan ini diatur berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata. Namun, penerapan pilihan hukum choice of law oleh para pihak tetap dibatasi oleh apa yang dikenal dengan publik policy. Pilihan hukum sangat erat hubungannya dengan pilihan forum choice of forum dan pilihan yuridiksi choice of yurisdiction. Kedua kata ini, forum dan yurisdiksi sering disamakan artinya dan penggunaannya sering dipertukarkan. Sebenarnya forum mengacu kepada suatu lembaga tertentu, yaitu lembaga tempat suatu sengketa dicarikan penyelesaiannya, seperti lembaga peradilan atau lembaga arbitrase. Kata yurisdiksi mengacu kepada kewenangan. Misalnya, suatu sengketa merupakan yurisdiksi peradilan di Indonesia, ataupun forum yang dipilih untuk sengketa itu adalah arbitrase yang dibentuk berdasarkan peraturan-peraturan ICC International of Chanbers of Commerce, the WIPO Arbitration Center, dan lain- lain. Dalam persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan. Keadaan seperti ini biasanya berakhir dengan putusnya jalur komonikasi yang sehat sehingga masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan nasib atau kepentingan lainnya. Agar tercipta proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasyarat yang harus dipenuhi adalah kedua belah pihak harus sama-sama memperhatikan atau menjunjung tinggi hak untuk mendengar dan hak untuk didengar. Dengan prasyarat tersebut proses dialog dan pencarian titik temu commond ground yang Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 akan menjadi panggung proses penyelesaian sengketa baru sehingga dapat berjalan, jika penyelesaian sengketa tidak berjalan dalam arti sebenarnya. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi prose penyelesaian sengketa, yaitu: 1. kepentingan interest; 2. hak-hak right, dan; 3. status kekuasaan power. Para pihak yang bersengketa menginginkan agar kepentingannya tercapai, hak-haknya dipenuhi, dan kekuasaannya diperlihatkan, dimanfaatkan, dan dipertahankan. Dalan proses penyelesaian sengketa, pihak-pihak yang bersengketa lazimnya akan bersikeras mempertahankanketiga faktor tersebut diatas. Sejarah perkembangan ADR di negara tempat pertama kali dikembangkan Amerika Serikat, perkembangan ADR dilatarbelakangi oleh kebutuhan sebagai berikut: 1. Mengurangi kemacetan di pengadilan. Banyaknya kasus yang diajukan ke pengadilan menyebabkan proses pengadilan sering kali berkepanjangan sehingga memakan biaya yang tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang memuaskan; 2. Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa; 3. Memperlancar serta memperluas akses keadilan; 4. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak dan memuaskan. Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 Dasar pengaturan ADR sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang tersebut dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa alternatif penyelesaian sengketa ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati bersama oleh para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Dengan landasan hukum bagi pelaksanaan ADR ini, maka memberikan kepastian hukum bagi berlakunya lembaga penyelesaian alternatif diluar pengadilan yang diharapkan berprosedur informal dan efisien. Dilain pihak hal itu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berperan serta mengembangkan mekanisme penyelesaian konfliknya sendiri dan mendapatkan pilihan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul. Pada umumnya, dalam praktik atau aktivitas bisnis dapat terlihat dalam setiap perjanjian yang dilakukan terutama dalam bidang perdata, khususnya bidang perdagangan, masyarakat umumnya dihadapkan pada pilihan sengketa secara litigasiatau pengadilan tetapi sekarang masyarakat dihadapkan atau mendapat pilihan untuk menggunakan sarana atau lembaga ADR sebagai pilihan penyelesaiansengketanya yang mungkin timbul dalam aktivitas bisnis mereka. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999, pengertian arbitrase dibedakan dengan alternatif penyelesaian sengketa yang metode penyelesaiannya melalui antara lain: a. konsultasi, b. negosiasi, c. konsiliasi, Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 d. atau penilaian ahli. Pengertian arbitrase Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata diluar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa. 31 1. sengketa atau beda pendapat secara perdata di bidang perdagangan ; Pengertian alternatif penyelesaian sengketa atau arbitrase telah diperkenalkan sebagai suatu institusi atau lembaga yang dipilih para pihak yang mengikat, apabila timbul beda pendapat atau sengketa. Dengan demikian alternatif penyelesaian sengketa oleh undang-undang bertindak sebagai lembaga independen diluar arbitrase. Dan arbitrase oleh undang-undang mempunyai ketentuan, car, dan syarat-syarat tersendiri untuk pemberlakuan formalitasnya. Namun, kedua-duanya terdapat kesamaan mengenai bentuk sengketa yang dapat diselesaikan , yaitu : 2. menurut perundang-undangan sengketa atau beda pendapat tersebut dapat diajukan dengan upaya “damai” perdamaian. Perlindungan hukum terhadap HAKI ini pada dasarnya adalah pengakuan hak inteletual atas kekayaan tersebut, dan hak untuk dalam waktu tertentu dapat dinikmati atau dieksploitasi sendiri oleh pemilik hak. Selama waktu tertentu, pihak lain dapat menikmati atau menggunakan atau mengeksploitasi hak tersebut atas izin pemilik hak. Karena perlindungan dan pengakuan tersebut hanya 31 Ade Maman Suherman, SH, MSc., Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global., GHAlia Indonesia., 2002., hlm. 79 Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 diberikan secara khusus kepada orang yang memiliki kekayaan itu, sehingga disebut sifatnya yang eksklusif. Hukum dan ekonomi merupakan dua subsistem dalam sistem kehidupan sosial yang lebih luas. Subsistem ekonomi melakukan adaptasi terhadap lingkungan fisik masyarakat, bertugas mendayagunakan sumber-sumber daya untuk kelangsungan dan perbaikan hidup masyarakat, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya buatan. Hukum berpengaruh pada kehidupan ekonomi dalam bentuk pemberian norma-norma yang mengatur tindakan-tindakan ekonomi membutuhkan peraturan-peraturan untuk mengendalikan perbuatan manusia agar penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dengan tertib, tanpa menimbulkan kekacauan. Kemungkinan terjadinya konflik antara hukum dan ekonomi merupakan masalah interaksi antara hukumdan ekonomi pada umumnya. Akan tetapi, justru dari dialektika koflik antara hukum dan ekonomi ini, dapat diketahui pola interaksi berupa pengaruh pertimbangan ekonomi dalam kehidupan hukum. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak diberikan batasan atau pengaturan terhadap lembaga penyedia jasa penasehat ahli, mediator, tetapi hanya diberikan batasan pada lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang menunjuk seorang mediator atau penasehat ahli. Lantas kemana para pihak akan mencari lembaga penyedia jasa negosiator, mediator, penilai ahli profesional ditempuh ? Pertanyaan ini menjadi penting bagi masyarakat terutama dalam kenyataan praktik. Karena itu, paling tidak dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 perlu ada pengaturan lebih lanjut mengenai lembaga ADR tersebut. Winca Purba : Penegakan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Bidang Merek Menurut Konsepsi UU Merek UU NO.15 TAHUN 2001 Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No.02Merek2004PN.Niaga Mdn, 2008. USU Repository © 2009 Dalam Undang-undang disebutkan lembaga ADR menunjuk mediator atau penasehat ahli yang profesional berdiri secara independen. Jangankan lembaga penyedia jasanya sedangkan syarat-syarat pengangkatan untuk mediator, negosiator, penasehat ahli tidak diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 ini. BAB IV. PENEGAKAN HUKUM HAK ATAS MEREK Studi Kasus pada Putusan Pengadilan Nomor: 02 Merek 2004 PN.Niaga Mdn

A. Deskripsi Kasus