37 penghubung pada sarkomer. Kekuatan interaksi ini berkaitan dengan konsentrasi
ion kalsium bebas intrasel. Kontraksi miokardium secara langsung sebanding dengan jumlah kalsium intrasel DeBeasi, 2003.
Sarkomer merupakan unit kontraktil dasar miokardium, tersusun oleh dua miofilamen yang saling tumpang tindih: filamen tebal miosin dan filamen tipis
aktin. Filamen aktin tersusun atas tiga komponen protein: aktin, tropomiosin, dan troponin. Kontraksi otot terjadi bila tempat aktif pada filamen aktin berikatan
dengan jembatan penghubung miosin, menyebabkan filamen aktin tertarik ke pusat ke pusat filamen miosin, dan terjadi pemendekan sarkomer.
Kalsium berperan penting dalam ikatan aktin-miosin. Bila tidak terdapat kalsium, tropomiosin dan troponin melindungi tempat aktif pada filamen aktin,
sehingga mencegah ikatan dengan miosin. Hal ini menghasilkan relaksasi otot jantung. Bila terdapat kalsium, efek inhibisi tropomiosin dan troponin dapat
dihambat sendiri sehingga tempat aktif pada filamen aktin dapat berikatan dengan jembatan penghubung miosin. Hal ini menyebabkan pemendekan sarkomer dan
terjadilah kontraksi jantung DeBeasi, 2003.
4.2.2 Uji Kronotropik
Uji kronotropik merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat peningkatan denyut isolat jantung. Hasil uji kronotropik pada isolat jantung
berupa persen peningkatan denyut yang dihitung berdasarkan rumus [B- AA] x 100, dimana A merupakan nilai denyut isolat jantung sebelum
pemberian EEDA dan B adalah nilai denyut isolat jantung setelah pemberian EEDA.
Universitas Sumatera Utara
38 Berdasarkan hasil penelitian, EEDA memiliki efek terhadap denyut
jantung. Digoksin memiliki sifat sebagai kronotropik negatif maka tidak memiliki fungsi dalam menaikkan denyut isolat jantung -10,33 ± 2,51. Maka dilakukan
perbandingan antara EEDA 0,5 mg, EEDA 1 mg, EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium, dan EEDA 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium.
EEDA 0,5 mg 61,33 ± 6,65, EEDA 1 mg 107,00 ± 26,23, dan EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium 17,33 ± 67,24 memiliki perbedaan yang
bermakna dalam meningkatkan denyut isolat jantung dibandingkan dengan digoksin 0,1 mg -10,33 ± 2,51. EEDA 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa
kalsium tidak memiliki perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan digoksin 0,1 mg -10,33 ± 2,51 Tabel 4.3 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.3 Persen peningkatan denyut EEDA
No Perlakuan
Peningkatan denyut Signifikansi
Terhadap Kontrol 1
EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit
61,33 ± 6,65 0,005
2 EEDA 1 mg dengan Krebs
Henseleit 107,00 ± 26,23
0.001 3
EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit tanpa Ca
17,33 ± 67,24 0,046
4 EEDA 1 mg dengan Krebs
Henseleit tanpa Ca -41,00 ± 25,86
0,683 5
Digoksin 0,1 mg dengan Krebs Henseleit
-10,33 ± 2,51 -
6 Digoksin 0,1 mg dengan
Krebs Henseleit tanpa Ca -79,33 ± 18,50
0,145 Keterangan : : berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol digoksin
dengan Krebs Henseleit
Universitas Sumatera Utara
39 Selanjutnya dilakukan perbandingan antara EEDA 0,5 dan 1 mg dengan
EEDA 0,5 mg dan 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium. EEDA 0,5 mg 61,33 ± 6,65 menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan EEDA 1 mg
dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium -41,00 ± 25,86, namun tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan EEDA 1 mg
107,00 ± 26,23 dan EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium 17,33 ± 67,24. Sedangkan untuk EEDA 1 mg 107,00 ± 26,23 memiliki perbedaan
yang bermakna dengan EEDA 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium -41,00 ± 25,86, namun tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan EEDA
0,5 mg 61,33 ± 6,65 dan EEDA 0,5 mg KH tanpa kalsium 17,33 ± 67,24. Dilakukan juga perbandingan antara EEDA 0,5 mg Krebs Henseleit tanpa
kalsium dan EEDA 1 mg Krebs Henseleit tanpa kalsium dengan kontrol negatif, yaitu digoksin 0,1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium. EEDA 0,5 mg
Krebs Henseleit tanpa kalsium 17,33 ± 67,24 dan EEDA 1 mg Krebs Henseleit
61,33 54,67
17,33
-41 -10,33
-10,33
-79,33 -79,33
-100 -80
-60 -40
-20 20
40 60
80
KH KH Ca free
Digoksin - KH Digoksin - KH Ca free
P e
ni ngk
at a De
nyu t
1 0,5
Konsentrasi EEDA mgml P
e ni
ngk at
an D
e nyu
t
Gambar 4.2 Grafik persen peningkatan denyut EEDA
Universitas Sumatera Utara
40 tanpa kalsium -41,00 ± 25,86 tidak memiliki perbedaan yang bermakna jika
dibandingkan dengan digoksin 0,1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium -79,33 ± 18,50.
Berdasarkan hasil perbandingan secara statistik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa EEDA 0,5 mg dan 1 mg memiliki aktivitas untuk
meningkatkan denyut isolat jantung. Pada EEDA 0,5 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium masih memiliki efek kronotropik positif walaupun persen
peningkatan denyut isolat jantungnya kecil. EEDA 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium memiliki efek kronotropik negatif yang signifikan jika
dibandingkan dengan EEDA 1 mg, namun tidak signifikan jika dibandingkan dengan digoksin 0,1 mg. Maka dapat disimpulkan, semakin besar dosis EEDA
yang diberikan dapat meningkatkan penurunan denyut isolat jantung yang dialiri dengan larutan Krebs-Henseleit tanpa kalsium. Dosis rendah memiliki efek
kronotropik positif pada jantung, sedangkan dosis yang lebih tinggi memiliki efek negatif pada kronotropik jantung. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak memiliki
efek tergantung dosis pada denyut jantung Obikeze, 2004. Kronotropik mengacu pada laju dimana jantung berkontraksi. SA node,
AVnode danmiokardiumventrikeldipersarafiolehsarafsimpatis dan parasimpatisyangmempengaruhidenyut jantung. Stimulasisarafparasimpatissaraf
vagus, menyebabkanmelambatnyadenyut jantung,
efekkronotropiknegatif, sementarastimulasisarafsimpatisakanmenyebabkanpeningkatandenyut jantung,
efekkronotropikpositif Obikeze, 2004. Pada EEDA 0,5 mg dan 1 mg dengan Krebs Henseleit tanpa kalsium
terjadi penurunan kontraksi maupun denyut jantung. Hal ini disebabkan adanya
Universitas Sumatera Utara
41 keterkaitan antara kontraksi dan denyut jantung. Menurut DeBeasi 2003,
Peningkatan frekuensi denyut jantung dapat meningkatkan kekuatan kontraksi. Apabila jantung berdenyut lebih sering, kalsium yang tertimbun dalam sel jantung
meningkat, menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN