28
3.7.7 Pemeriksaaan glikosida jantung Ekstrak disari dengan
30 ml campuran 7 bagian volum etanol 95 dan 3 bagian volume air dalam alat pendingin balik selama 10 menit, dinginkan, saring. Pada 2ml filtrat tambahkan
55 ml dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Sari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform
dan 2 bagian volume isopropanolol. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrat, saring, dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50º. Larutkan sisa dalam 2
ml metanol. Cara percobaan :
Uapkan 0,2 ml larutan percobaan di atas tangas air. Larutkan sisa dengan 3 ml asam asetat dengan sedikit pemanasan, dinginkan. Teteskan besi III klorida
0,3 M, kemudian tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam sulfat dan 1 tetes besi III klorida 0,3 M, terbentuk cincin berwarna merah coklat pada batas cairan,
setelah beberapa menit lapisan di atas cincin berwarna biru hijau, menunjukkan adanya glikosida dengan glikon 2-desoksi-gula reaksi Keller-Killiani Depkes
RI., 1995.
3.8 Pembuatan Larutan Krebs-Henseleit
Timbang sebanyak 6,9 g NaCl; 0,35 g KCl; 2,1 g CaCl
2
; 2,1 g NaHCO
3
; 1 g glukosa; 0,29 g MgSO
4
.7H
2
O; 0,16 g KH
2
SO
4
; kemudian dilarutkan dalam I liter akuades.
3.9 Pembuatan Larutan Krebs –Henseleit Tanpa Kalsium
Timbang sebanyak 6,9 g NaCl; 0,35 g KCl; 2,1 g NaHCO
3
; 1 g glukosa; 0,29 g MgSO
4
.7H
2
O; 0,16 g KH
2
SO
4
; kemudian dilarutkan dalam 1 liter akuades.
Universitas Sumatera Utara
29
3.10 Pembuatan Larutan Induk EEDA
Sebanyak 250 mg EEDA ditimbang, kemudian ditambahkan DMSO sedikit demi sedikit hingga larut. Kemudian dicukupkan volumenya hingga 250
ml dengan larutan Krebs-Henseleit dalam labu tentukur sampai garis tanda konsentrasi 1 mgml.
3.11 Pembuatan Larutan Uji EEDA
Larutan induk EEDA dipipet sebanyak 50 ml; 100 ml; kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing labu tentukur 100 ml lalu volumenya
dicukupkan dengan larutan Krebs-Henseleit sampai garis tanda konsentrasi 0,5 mgml, 1 mgml.
3.12 Uji Efek EEDA Terhadap Kontraktilitas dan Denyut pada Isolat Jantung Tikus
15 ekor tikus dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok, masing– masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Tikus dianestesi terlebih dahulu dengan
ketamin dosis 70 mgKgBB secara intraperitonial, selanjutnya diberikan heparin dosis 2500 UI, 0,2 ml100 g BB secara intraperitonial, yang bertujuan untuk
mencegah pembekuan darah yang mungkin terjadi di jantung yang dapat menganggu sirkulasi koroner. Jantung tikus diisolasi dan diletakkan dalam cawan
petri yang berisi larutan fisiologis Krebs-Henseleit dingin dan dialiri karbogen campuran 95 O
2
+ 5 CO
2
, lalu jantung dibersihkan dari lemak. Setelah bersih, jantung digantung pada alat Langendorff dan dialiri larutan Krebs-
Henseleit dengan laju 20 mlmenit dan tetap dialiri dengan karbogen. Bagian ventrikel jantung disambungkan dengan transduser yang akan merekam
Universitas Sumatera Utara
30 pergerakan otot jantung. Setelah dicapai kondisi stabil, isolat jantung diberikan
perlakuan sebagai berikut : a.
Kelompok 1: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit utuh dengan diberikan EEDA dosis 0,5 mg
b. Kelompok 2: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit utuh dengan diberikan
EEDA dosis 1 mg c.
Kelompok 3: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit tanpa kalsium dengan diberikan EEDA dosis 0,5 mg
d. Kelompok 4: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit tanpa kalsium dengan
diberikan EEDA dosis 1 mg e.
Kelompok 5: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit dengan diberikan digoksin dosis 0,1 mg.
f. Kelompok 6: dialiri dengan larutan Krebs Henseleit tanpa kalsium dengan
diberikan digoksin dosis 0,1 mg. Diamati efek kontraksi dan denyut yang terjadi pada jantung melalui
rekaman yang disampaikan transduser. Perlakuan diulang sebanyak tiga kali Niazmand dan Saberi, 2010.
3.13 Analisis Hasil