Tabel 5.6. Hubungan Hasil Kultur Urin dengan Jenis BSK
Jenis Batu Kelompok Bakteri
TOTAL P
Bakteri pemecah urea
Bakteri non pemecah urea
BSK atas 12
31 43
0,642 BSK bawah
3 8
11 Total
15 39
54
Pada tabel 5.6. di atas tampak 43 BSK bagian atas disertai oleh infeksi 12 diinfeksi oleh bakteri pemecah urea dan 31 oleh bakteri non
pemecah urea. Sedangkan 11 BSK bagian bawah juga disertai oleh infeksi 3 diinfeksi oleh bakteri pemecah urea dan 9 oleh bakteri non pemecah
urea. Setelah perhitungan statistik dilakukan, ternyata nilai p lebih besar
dari 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis batu dengan bakteri penyebab ISK nilai
p:0,642; CI 95.
5.2. Pembahasan
BSK atau batu urin sudah lama dikenal dan merupakan masalah kesehatan yang besar. Dari sekian banyak kelainan di bidang Urologi, BSK menempati
urutan terbesar ke tiga penyebab nyeri saluran kemih. BSK juga merupakan penyakit saluran kemih yang paling tinggi epidemiologinya, karena dapat
menyerang pasien dari berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Berdasarkan geografis, BSK ini merupakan penyakit yang penyebarannya merata didunia,
namun lebih utama didaerah yang dilalui stone belt dimana Indonesia termasuk dalam sabuk batu tersebut Stoller, 2008.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 71 sampel pasien BSK, penelitian ini menunjukkan puncak distribusi sampel BSK pada kelompok usia
40-49 tahun dan 50-59 tahun. Hal ini sesuai dengan referensi karya Pearle dan Lotan 2012 yang menyatakan bahwa puncak kejadian BSK terjadi pada dekade
Universitas Sumatera Utara
keempat-keenam. Hal yang sama juga dikemukakan dalam penelitian Sumolang, et al 2013. Temuan tentu dipengaruhi faktor predisposisi pada pasien tua, seperti
immobilitas, penurunan laju metabolisme, kadar hormon, dan penyakit penyerta pasien.
Pada penelitian ini ternyata laki-laki ± 1,2 kali lebih banyak menderita BSK daripada perempuan. Sedangkan referensi penelitian terdahulu milik Pearle
dan Lotan 2012 maupun Heyns 2011 yang menyebutkan bahwa perbandingan kejadian ISK pada pasien BSK laki-laki dan perempuan adalah 2-3:1. Hal ini
dikarenakan saluran kemih pria yang lebih panjang dan rentan obstruksi, juga karena pada laki-laki dewasa pembesaran prostat sering terjadi dan menyebabkan
obstruksi dan memungkinkan statis aliran kemih hingga terbentuk endapan batu. Adapun hasil penelitian ini tidak hanya melihat distribusi pasien BSK
saja, melainkan pasien BSK yang dicurigai mengalami ISK dalam waktu bersamaan. ISK sendiri lebih lazim ditemui pada perempuan karena uretranya
pendek dan letak orificium yang dekat dengan perineum Jawetz, 2008. Oleh karena itulah, hasil distribusi pasien menjadi seimbang, hampir sama besar.
Hasil penelitian juga menunjukan distribusi jenis batu terbanyak adalah batu ginjal 55,6, batu ureter 24,1, batu buli 18,5, dan batu uretra
1,9. Maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan kejadian BSK pada saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah adalah ± 4:1. Temuan ini
sesuai dengan referensi yang ditulis oleh Pearle dan Lotan 2012. Hal ini dapat terjadi karena saluran kemih bagian atas lebih panjang daripada saluran kemih
bagian bawah, sehingga aliran urin lebih lama melewati daerah tersebut dan dapat memicu pembentukan batu. Selain itu, pada saluran kemih bagian atas, terdapat
beberapa lokasi penyempitan anatomis, seperti pada pelvic renalis dan ureter pars aorta abdominalis. Penyempitan saluran inilah yang juga menjadi predisposisi
kejadian batu Heyns, 2011. Hal lain yang menyebabkan rendahnya kasus BSK bagian bawah juga dikarenakan sebagian batu buli dan uretra merupakan batu
migran dari saluran kemih atas yang terbawa arus urin. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada sebagian kasus BSK 76,1
dibarengi dengan kejadian ISK. Hasil ini sesuai dengan teori hubungan BSK dan
Universitas Sumatera Utara
ISK dalam Stoller 2008 maupun jurnal lain yang khusus membahas ISK karangan Torpy 2012 dan Minardi et al 2011. Hubungan BSK dan ISK sendiri
telah dibahas dalam BAB 2, dan diketahui bahwa keduanya dapat menjadi faktor predileksi satu sama lain.
Pada pemeriksaan 54 sampel kultur urin penderita BSK yang positif infeksi, ditemukan bahwa E. coli merupakan mikroorganisme tersering yang
menyebabkan ISK yaitu sebanyak 30 kasus 55,6. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Samirah, et al. 2004 dan Mahesh et al. 2011
yang menemukan E. coli sebagai jenis bakteri penyebab ISK tersering. E. coli adalah penyebab utama dari bakteremia nosokomial yang bersumber dari
gastrointestinal atau genitourinaria Markovic-Denic et al, 2010. Saluran kemih merupakan tempat yang paling umum dari infeksi E. coli, dan lebih dari 90 ISK
tanpa komplikasi disebabkan infeksi E. coli. Dalam referensi Bien J 2012
dikatakan bahwa Uropathogenic Escherichia coli UPEC adalah agen penyebab sebagian besar ISK ISK, termasuk sistitis dan pielonefritis, dan komplikasi
infeksi. Kemampuan infeksi strain UPEC ini begitu tinggi dikarenakan mereka mempunyai faktor adherence yang disebut P fimbriae, atau pili. P fimbriae yang
berguna memediasi perlekatan E. coli pada sel-sel uroepitelial. Berdasarkan lokasi batu, BSK digolongkan menjadi BSK atas dan BSK
bawah. Sedangkan hasil kultur urin dikategorikan menjadi bakteri pemecah urea dan bakteri non pemecah urea. Pada cross tab didapati 43 BSK atas 31 sampel
terinfeksi bakteri non pemecah urea dan 12 sampel terinfeksi bakteri pemecah urea dan 11 BSK bawah 8 sampel terinfeksi bakteri non pemecah urea dan 3
sampel terinfeksi bakteri pemecah urea. Terlihat tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis batu dengan mikroorganisme dalam kultur urin p = 0,624
dengan CI 95 Tabel 5.5. Nilai Fisher’s Exact Test menunjukkan hipotesis nol
diterima, bahwa tidak ada hubungan bermakna antara hasil kultur urin dengan jenis BSK.
Lokasi anatomis saluran kemih sebenarnya berhubungan erat dengan komposisi batu. Salah satu contohnya adalah penelitian Akagashi et al 2004
yang mengatakan bahwa komposisi terbanyak dari batu ginjal pielum, kaliks,
Universitas Sumatera Utara
pelvik adalah batu struvit murni 32,1 dan batu kalsium campuran fosfat- oksalat 22,2. Hasil serupa juga dikemukakan peneliti di Indonesia, bahwa
57,7 batu yang ditemukan pada BSK bagian atas adalah campuran struvit Bahdarsyam, 2003. Data ini menimbulkan dugaan bahwa sebagian besar BSK
bagian atas memiliki komponen struvit, yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri pemecah urea, seperti Proteus sp., P. aeruginosa, dan K. pneumoniae Gómez-
Núñez et al, 2011. Sehingga dicetuskanlah hipotesis hubungan jenis BSK berdasarkan lokasinya dengan temuan bakteri dalam hasil kultur urin dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini yang menolak hipotesis alternatif, bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti jumlah sampel yang kurang besar. Hal lain yang bisa mempengaruhi penelitian adalah data kultur urin dari porsi urin tengah kurang
mewakili infeksi pada saluran kemih bagian atas dan sering bias, sehingga untuk mengetahui organisme penyebab infeksi yang terdapat dalam inti BSK bagian
atas, lebih baik jika menggunakan aspirasi urin dari suprapubic atau stone culture Mariappan et al, 2004 dan 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kejadian BSK terbanyak terjadi pada sampel kelompok usia 50-59 tahun
35,2 dan 40-49 tahun 26,8. Usia rata-rata sampel adalah 50-51 tahun.
2. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, ditemukan proporsi laki-laki
53,5 sedikit lebih tinggi daripada perempuan 46,5. 3.
Jenis batu yang paling banyak terjadi adalah BSK bagian atas, yaitu batu ginjal sebanyak 41 orang 57,7 dan batu ureter sebanyak 15 21,1.
4. Angka kejadian ISK konkomitan pada sampel adalah 76,1 54 dari 71
sampel. Sedangkan sampel pasien BSK yang hasil kultur urinnya negatif sebanyak 23,9 17 dari 71 sampel.
5. Bakteri yang paling sering menyebabkan ISK adalah E. coli, yaitu
sebanyak 30 kasus 55,6. Jika bakteri penyebab ISK dikelompokkan berdasarkan kemampuannya memecah urea urease activity, didapati
kebanyakan ISK disebabkan bakteri non urease 39 orang; 72,2. 6.
Fisher’s Exact Test 1-tail menunjukkan nilai p 0,642. Hipotesis nol diterima; tidak ada hubungan bermakna antara jenis BSK dengan spektrum
bakteri dalam kultur urin.
6.2. Saran
1. Tempat penelitian sebaiknya dilakukan di berbagai rumah sakit
multicenter, jumlah sampel penelitian diperbanyak dan dibuat selengkap mungkin, sehingga data yang didapat lebih banyak dan keadaan demografi
yang diperoleh semakin akurat. 2.
Dilakukan analisis komposisi batu, sehingga dapat memastikan jenis batu apa yang terdapat dalam saluran kemih atas maupun bawah.
Universitas Sumatera Utara