dan  44  dari  prevalensi  kulit  putih.  Di  antara  pasien  wanita  di  Amerika Serikat, prevalensi tertinggi terjadi di ras kulit putih namun terendah di antara
wanita  Asia  sekitar  setengah  dari  kulit  putih.  Lainnya  menemukan  sebuah diferensial lebih tinggi 3-4 kali lipat antara kulit putih dan Afrika-Amerika.
Menariknya,  meskipun  ada  perbedaan  dalam  prevalensi  penyakit  batu menurut  etnis,  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Maloney  mengamati  kejadian
yang  menunjukkan  bahwa  diet  dan  faktor  lingkungan  lainnya  dapat berkontribusi  lebih  besar  daripada  kontribusi  etnis  dalam  menentukan  risiko
kejadian BSK Pearle dan Lotan, 2012
2.2.1.3. Usia
Insiden  penyakit  batu  relatif  jarang  terjadi  sebelum  usia  20,  tapi  puncak kejadian terjadi di dekade keempat
– keenam kehidupan. Telah diamati juga bahwa wanita menunjukkan distribusi bimodal penyakit batu, dengan adanya
puncak  kedua  insiden  penyakit  batu  pada  dekade  keenam  dari  kehidupan, sesuai  dengan  onset  menopause.  Temuan  ini,  telah  dikaitkan  dengan  efek
perlindungan estrogen
terhadap pembentukan
batu pada
wanita premenopause,  karena  meningkatkan  penyerapan  kalsium  ginjal  dan
mengurangi  resorpsi  tulang,  ditambah  dengan  metabolisme  yang  sedikit berbeda antarjenis kelamin Pearle dan Lotan, 2012.
2.2.1.4. Geografi
Distribusi  geografis  penyakit  batu  secara  kasar  cenderung  mengikuti  faktor risiko  lingkungan;  prevalensi  penyakit  batu  yang  lebih  tinggi  ditemukan  di
tempat yang panas, kering, atau iklim seperti pegunungan, gurun, atau daerah tropis.  Namun,  faktor  genetik  dan  pengaruh  diet  mungkin  lebih  besar
daripada  efek  geografi.  Setelah  mengendalikan  variabel  faktor  risiko  lain, peneliti  Soucie  dan  kawan-kawan  menetapkan  bahwa  suhu  lingkungan  dan
sinar  matahari  secara  independen  terkait  dengan  prevalensi  batu  Soucie dalam Pearle dan Lotan, 2012 .
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.5. Iklim
Variasi musiman pada penyakit batu kemungkinan terkait dengan temperatur lingkungan  dan  cara  kehilangan  cairan,  yaitu  melalui  keringat  dan  mungkin
dengan  peningkatan  paparan  sinar  matahari  yang  disebabkan  oleh  kerja vitamin  D.  Prince  dan  Scardino  1960  mencatat  insiden  tertinggi  penyakit
batu di musim panas, Juli sampai September, dengan puncak terjadi dalam 1 sampai  2  bulan  suhu  rata-rata  maksimal  Prince  et  al  dalam  Pearle  et  al,
2012.
2.2.1.6. Pekerjaan
Paparan  panas  dan  dehidrasi  merupakan  faktor  risiko  untuk  penyakit  kerja batu  juga.  Atan  dkk  2005  menemukan  kejadian  penyakit  batu  secara
signifikan  lebih  tinggi  pada  pekerja  baja  yang  terpapar  suhu  tinggi  8 dibandingkan  dengan  mereka  yang  bekerja  pada  suhu  normal  0,9.
Evaluasi  metabolik  dari  dua  kelompok  pekerja  menunjukkan  insiden  yang lebih  tinggi  dari  volume  urin  yang  rendah  dan  Hipositraturia  di  antara  para
pekerja di daerah panas Pearle dan Lotan, 2012. Pada pekerjaan lain dengan mobilitas  yang rendah, seperti posisi manajerial,
ditemukan juga peningkatan insidensi penyakit batu. Alasan belum jelas, tapi diduga  berkaitan  dengan  faktor  diet  dan  statis  urin  yang  berkepanjangan
Pearle dan Lotan, 2012.
2.2.1.7. Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan
Hubungan ukuran tubuh dan kejadian penyakit batu telah diteliti. Dalam dua studi kohort prospektif besar dengan sampel pria dan wanita, risiko prevalensi
dan insiden penyakit batu secara langsung berkorelasi dengan berat badan dan indeks  massa  tubuh  pada  kedua  jenis  kelamin,  meskipun  besarnya  asosiasi
lebih besar pada wanita dibandingkan pria Curhan et al; Taylor et al, dalam Pearle  dan  Lotan,  2012.  Bukti  terbaru  menghubungkan  obesitas  dan
resistensi insulin dengan pH urine  yang rendah dan batu asam urat Maalouf
Universitas Sumatera Utara
et  al,  2004a,  2004b  serta  hubungan  antara  hiperinsulinemia  dan hiperkalsiuria Kerstetter et al; Shimamoto et al; Nowicki et al dalam Pearle
et al, 2012.
2.2.1.8. Air