faktor promoter dan inhibitor akan mengakibatkan kristal batu dapat bertumbuh 10kD dan beradhesi di lumen.
Gambar 2.3 Teori Supersaturasi: Patogenesis BSK Sumber: Meyer JL: Physicochemistry of stone formation. In Resnick MI,
dalam Campbell-Walsh Urology 10
th
Edition. 2012
Ada beberapa kondisi yang diyakini dapat berujung pada common pathway, proses supersaturasi. Kondisi-kondisi tersebut contohnya adalah statis
urin, penyakit vaskular, penyakit metabolik, faktor pemilihan diet, serta kecenderungan genetika bawaan Bagga et al, 2013.
2.2.3. Jenis-jenis BSK
Jenis BSK ada beberapa macam, tergantung berdasarkan apa dikategorikan. Berdasarkan lokasi anatomis, batu dapat dikelompokkan menjadi
empat jenis, yaitu:
a. Batu ginjal b. Batu ureter
c. Batu buli d. Batu uretra
Universitas Sumatera Utara
BSK dapat terjadi di semua bagian saluran kemih. Sebanyak 97 BSK dapat berada di paremkim, papilla, kalik, pelvis renalis, dan kaliks serta ureter.
Hanya 3 yang ditemukan di buli dan uretra. Anatomi sistem pengumpulan sangat menentukan bentuk batu yang merupakan hasil adaptasi struktur sekitar
Nur Lina, 2008.
2.3. Infeksi Saluran Kemih ISK
Infeksi saluran kemih ISK adalah istilah yang diterapkan pada berbagai kondisi klinis, mulai dari tanpa gejala kehadiran bakteri dalam urin hingga infeksi
parah ginjal beserta sepsis yang dihasilkan Stoller, 2008. ISK merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi
dengan rata-rata 9.3 pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11 pada pria di atas 65 tahun. ISK merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira
40-60 Guidelines Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2010. Diperkirakan bahwa terdapat 150 juta pasien yang didiagnosis dengan ISK tahunan Stamm dan
Norrby dalam Stoller, 2008. ISK memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam proses diagnosis;
beberapa kasus dapat dikultur singkat dengan antibiotik tertentu, sementara yang lainnya memerlukan kultur yang lebih lama dengan uji antibiotik spektrum luas.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat untuk ISK membatasi morbiditas dan mortalitas yang terkait, dan menghindari penggunaan antibiotik jangka panjang.
Kemajuan dalam pemahaman kita tentang patogenesis ISK, pengembangan tes diagnostik baru, dan pengenalan agen antimikroba baru telah memungkinkan
dokter untuk tepat menyesuaikan pengobatan khusus untuk setiap pasien Stoller, 2008.
Kebanyakan ISK disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari flora tinja usus distal, dan hampir 80-85 disebabkan oleh E.coli terutama infeksi
yang terjadi pada pasien tidak rawat inap dan tidak obstruksi. Penyebab lainnya bisa berupa bakteri gram negatif lain, misal: Klebsiella sp., Proteus sp,
Pseudomonas sp, Enterobacter sp. serta kokus gram positif seperti Enterococcus
Universitas Sumatera Utara
faecalis dan Staphylococcus epidermidis yang juga merupakan uropatogen potensial Jawetz, 2008.
Kuman patogen dari ekstraintestinal juga dapat menimbulkan ISK. Ini termasuk parasit seperti protozoa, misalnya Trichomonas, terutama dalam saluran
kemih; jamur, biasanya pada penderita yang lemah dan diobati dengan antibiotika; Mycobacterium tuberculosis. Candida albican dan candida yang lain mungkin
ditemukan pada wanita dengan DM dan pemakaian kateter Jawetz, 2008. Di Indonesia sendiri, belum pernah dilakukan penilaian nasional mengenai
pola kuman dan resistensi untuk ISK. Berikut data pola kuman dan resistensi dari isolat urin pada 3 senter, yaitu: Jakarta Bagian Mikrobiologi Bagian Patologi
Klinik; Bandung Bagian Patologi Klinik Sub Bagian Mikrobiologi; dan Surabaya Bagian Mikrobiologi. Jumlah kuman yang didapat dari periode 2002-
2004 sebanyak 3331 kuman Guidelines Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2010.
Tabel 2.1. Pola Kuman Isolat urin Terbanyak
Kuman Jumlah
E. Coli 1161 34,85
Klebsiellasp 554 16,63
Pseudomonas sp 498 14,95
Staph. Epidermidis 165 4,95
Enterobacter aerogenes 153 4,59
Lain-lain 800 24,01
Sumber: Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Guidelines Infeksi Saluran Kemih 2010.
2.4. Hubungan Antara ISK dengan BSK