Pengaruh ISK terhadap Kejadian Batu

1. Setiap unsur bisa sebagai pencetus awal reservoir dan unsur yang lain sebagai pengikut 2. Unsur-unsur saling memelihara bahkan memperkembangkan hubungan, dan manambah patogenitas dari penyakit BSK

2.4.1. Pengaruh ISK terhadap Kejadian Batu

Infeksi menyebabkan nekrosis jaringan, ulserasi, dan terbentuknya pus di lumen saluran kemih. Lesi pada lumen bisa sembuh menjadi jaringan parut scar, maka hal ini akan menimbulkan penyempitan saluran kemih dan akibatnya akan mengganggu aliran urin atau statis urin. Statis urin ini bisa menimbulkan residu. Obstruksi urin ini akan memberi kesempatan pada kristaloid untuk berpresipitasi sehingga terbentuk batu di bagian proksimal obstruktor Bahdarsyam, 2003. Peneltian eksperimental yang dilakukan di Heidelberg, membuktikan teori di atas. Djojodimedjo et al melakukan penelitian pada kelinci jantan dewasa yang dibagi menjadi tiga kelompok kontrol, ligasi, dan ligasi+injeksi 10 5 ml E.coli. Pada akhir penelitian, disimpulkan bahwa kelompok hewan coba yang diinfeksi E.coli menunjukkan kerusakan mukosal yang lebih tinggi, jumlah antibodi spesifik monoklonal yang lebih banyak OPN, OPN mRNA, TLR-4, JNK, TNFR-1,iNOS, HMGB-1, dan kejadian apoptosis yang lebih banyak. Hal-hal inilah yang mengakibatkan retensi urin dan memudahkan nukleasi kristal batu Djojodimedjo et al, 2013. Selain dengan obstruksi anatomis, ISK juga mempengaruhi proses terbentuknya batu dengan cara lain. Skenario kedua adalah bahwa bakteri yang hidup di dalam saluran kemih dan menyebabkan ISK kronis menghasilkan batu. Bakteri ini diberi nama bakteri urease. Bakteri urease mengubah pH urine 7,2 dan memungkinkan presipitasi beberapa senyawa, seperti magnesium dan fosfat, menjadi lebih mudah. Hasilnya adalah senyawa fosfat bernama batu struvite magnesium-amonium-fosfat [MAP] Gómez-Núñez et al, 2011. Universitas Sumatera Utara Magnesium amonium fosfat struvite batu yang identik dengan batu infeksi. Mereka umumnya terkait dengan Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella, dan infeksi Staphylococcus. Mereka jarang jika dihubungkan dengan infeksi Escherichia coli. Adapun batu kalsium fosfat adalah variasi kedua dari batu yang sering dihubungkan dengan infeksi. Batu kalsium fosfat dengan pH urine6,6 sering disebut sebagai batu brushite, sedangkan batu apatit memiliki pH urin6.6 Stoller, 2008. Penelitian Stoller dan Abraham pada tahun 2003 juga mengemukakan adanya beberapa agen bernama nanobacteria yang bisa memiliki peran dalam patogenesis batu berbasis kalsium. Namun, teori ini belum mapan. Dilaporkan prevalensi nanobacteria sebesar 0,5 dari 1.000 kasus batu; tapi masih sulit untuk mengidentifikasi nanobacteria ini Abrahams dan Stoller dalam Gómez- Núñez et al, 2011 . Semua batu, bagaimanapun juga, dapat berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan stasis proksimal Infeksi juga dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap persepsi nyeri. Bakteri uropatogenik dapat mengubah peristaltik reteral oleh karena produksi eksotoksin dan endotoksin. Peradangan lokal dari infeksi dapat menyebabkan aktivasi kemoreseptor dan persepsi nyeri lokal dengan pola rujukan yang sesuai Stoller, 2008.

2.4.2. Pengaruh BSK terhadap Kejadian Infeksi