20
3.6.3 Pembuatan larutan induk baku kafein
Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding kafein BPFI, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan HCl 0,1
N hingga larut, dicukupkan volume dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi 1000 μgml LIB I. Dari larutan LIB I dipipet 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan
HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100
μgml LIB II. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 44.
3.6.4 Pembuatan spektrum serapan maksimum parasetamol
Diambil sebanyak 0,65 ml dari LIB II parasetamol konsentrasi = 100 μgml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml. Selanjutnya larutan
diencerkan dengan pelarut HCl 0,1 N sampai garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan parasetamol dengan konsentrasi 6,5
μgml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 43.
3.6.5 Pembuatan spektrum serapan maksimum kafein
Diambil sebanyak 0,86 ml dari LIB II kafein konsentrasi = 100 μgml
kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 ml. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut HCl 0,1 N sampai garis tanda, lalu dikocok sampai
homogen untuk memperoleh larutan kafein dengan konsentrasi 8,6 μgml. Diukur
serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 44.
Universitas Sumatera Utara
21
3.6.6 Pembuatan larutan standar parasetamol
Diambil sebanyak 0,3 ml; 0,45 ml; 0,65 ml; 0,75 ml; dan 0,9 ml dari LIB II parasetamol, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur
10 ml. Diencerkan dengan pelarut HCl 0,1 N untuk membuat larutan standar parasetamol dengan konsentrasi 3,0
μgml; 4,5 µgml; 6,5 μgml; 7,5 µgml; dan 9,0
μgml. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 45.
3.6.7 Pembuatan larutan standar kafein