14
Gambar 2.9 Spektrum Absorban Senyawa X dan Y Saling Tumpang Tindih
Menurut Andrianto 2009, pada penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperkenalkan analisis
multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang
berganda multiple wavelength.
2.4 Validasi Metode
Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa prosedur analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki. Proses validasi
metode untuk prosedur analitik dimulai dengan pengumpulan data validasi oleh pelaksana guna mendukung prosedur analitiknya Bliesner, 2006.
Hasil validasi metode dapat digunakan untuk memutuskan kualitas, reabilitas, dan konsistensi dari hasil analisis Huber, 2007. Adapun karakteristik
dalam validasi metode menurut USP 30 NF 25 2007 yaitu akurasi, presisi, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi,
linieritas, rentang, dan kekasaranketahanan.
2.4.1 Akurasi
Akurasi adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh melalui metode analisis dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan dengan persen
Universitas Sumatera Utara
15 perolehan kembali recovery. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur
analisis Satiadarma, dkk., 2004.
2.4.2 Presisi
Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis, termasuk di antaranya kemampuan instrumen dalam melakukan hasil analisis yang reprodusibel. Presisi
dinyatakan sebagai standar deviasi relatif atau koefisien variasi. Keterulangan dilakukan dengan cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama
menggunakan instrumen yang sama dalam periode waktu yang singkat. Syarat koefisien variasi bernilai kurang dari 2 Satiadarma, dkk., 2004.
2.4.3 Spesifisitas
Spesifisitas adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung di
dalam sampel Watson, 2005. Secara umum, spesifisitas dapat ditunjukkan oleh minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis. Pendekatan tidak
langsung adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi dari metode tersebut. Bila akurasi metode telah dapat diterima maka metode tersebut otomatis telah masuk
kriteria sebagai metode yang spesifik Ermer dan McB. Miller, 2005.
2.4.4 Batas deteksi dan batas kuantifikasi
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak dapat dikuantifikasi. Batas
deteksi merupakan batas uji yang spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu Rohman, 2007. Menurut Harmita 2004, batas deteksi
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Batas deteksi =
Universitas Sumatera Utara
16 Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan Rohman, 2007. Menurut
Harmita 2004, batas kuantifikasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Batas kuantifikasi =
2.4.5 Linieritas