BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari lima variabel yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan danparitas.
5.1.1 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden paling banyak berada pada kelompok umur 20-35 tahun. Dari 61 responden dengan umur 20-35
tahun sebanyak 9 responden 14,8 yang memberikan ASI Eksklusif dan 52 responden 85,2 yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 24 responden
dengan umur 20 dan 35 tahun lainnya sebanyak 12 responden 50,0 yang memberikan ASI Eksklusif dan 12 responden 50,0 yang tidak memberikan
ASI Eksklusif. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-sguare diperoleh nilai
ρ 0,05 sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Janji Kecamatan
Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun tidak memberikan ASI karena ibu yang berumur 20-35 tahun kurang mempunyai pengalaman dalam
memberikan ASI, berbeda dengan ibu yang berumur 35tahun, mereka sudah memiliki banyak pengalaman dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
54
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman ibu dalam pemberian ASI Eksklusif masih rendah, terlihat ketika wawancara banyak ibu beralasan bahwa mereka lebih memberikan
makanan tambahan seperti bubur, air tajin dan madu dari pada menyusui bayinya. Mereka lebih memilih memberikan makanan tambahan karena pengalaman
mereka pada dasarnya masih kurang sehingga belum ada tanggung jawab yang dimiliki. Sedangkan ibu yang berumur 35 tahun sudah mempunyai tanggung
jawab dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Karena semakin tua seseorang memiliki kharakteristik tanggung jawab sendiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wadud 2013 di Puskesmas Pembina Palembang yang menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan
pemberian ASI Eksklusif dimana ibu yang berumur kurang dari 30 tahun belum mempunyai pengetahuan tentang pemberian ASI, sedangkan ibu yang berumur
lebih dari 30 tahun mempunyai pengalaman dalam pemberian ASI Eksklusif.
5.1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden adalah pendidikan SMA. Dari 44 responden dengan pendidikan SMA, sebanyak
10 responden yang memberikan ASI Eksklusif dan 34 responden yang tidak memberikan ASI Ekskusif. Sedangkan dari 2 responden dengan pendidikan SD
semuanya tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat
dilakukan karena terdapat 4 sel yang nilai expected count kurang dari 5 sehingga menggunakan uji exact Fisher diperoleh data bahwa tidak ada hubungan antara
55
Universitas Sumatera Utara
pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016.
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo 2003, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunann pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi pemahaman responden akan
pemberian ASI Eksklusif. Penulis berasumsi seharusnya dengan latar belakang pendidikan ibu paling tinggi SMA sebanyak 44 responden, mereka sudah
memiliki pengetahuan mengenai pentingnya ASI namun pada kenyataannya responden malah mempunyai kecenderungan untuk mengabaikan kesehatan
mereka dan gizi anak mereka. Berdasarkan hasil wawancara salah satu responden menggunakan kuesioner, responden tidak memberikan ASI kepada anaknya,
karena sebagian responden tidak lagi menyusukan bayinya, berdasarkan pengalaman si ibu sejak kecil ibu sudah memberikan makanan tambahan.
Sehingga menyusui bayi sudah tidak lagi penting bagi para ibu saat ini, ternyata kebiasaan nilai sosial budaya yang ada di daerah tersebut yang mempengaruhi
keberhasilan ASI Eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hastuti 2005 bahwa tidak ada
hubungan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Pendidikan yang semakin tinggi akan berdampak adanya perubahan nilai-nilai sosial seperti adanya
anggapan bahwa menyusui anak dianggap tidak modern dan dapat mempengaruhi 56
Universitas Sumatera Utara
bentuk payudara ibu. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dosriani 2010 bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka
pengetahuan ibu dalam mengambil keputusan akan semakin luas.
5.1.3 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 48 responden. Dari 48 responden ibu rumah
tangga sebanyak 15 ibu memberikan ASI Eksklusif dan 33 ibu tidak memberikan ASI Ekskusif. Dari 2 ibu yang PNS semuanya tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil analisis statistikdengan menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel yang nilai expected count kurang dari 5 sehingga
menggunakan uji exact Fisher diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusifdi wilayah kerja Puskesmas Janji
Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa
ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seharusnya bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Karena lebih mempunyai banyak waktu
dalam mengasuh anaknya. Namun pada penelitian ini dari 48 orang ibu yang mempunyai anak 7-12 bulan,hanya 15 ibu rumah tangga yang memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya. Berdasarkan alasan yang dikemukakan responden, mereka tidak memberikan ASI kepada anaknya karena anaknya sendiri tidak mau
menyusu, air susu ibu yang tidak keluar, sudah terbiasa dengan pemberian makanan tambahan seperti bubur tim, pisang, dan air tajin. Walaupun ibu tidak
57
Universitas Sumatera Utara
bekerja, namun tetap saja mereka tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dahlan,dkk 2013 di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan kota Semarang menyatakan tidak ada
hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Ekskusif. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Juliastuti 2011 bahwa ada hubungan pekerjaan
dengan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang tidak bekerja cenderung memberikan ASI Eksklusif dari pada ibu bekerja.
5.1.4 Hubungan Penghasilan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan mayoritas respoden adalah ≤ Rp. 1.870.000. Dari 53 responden dengan penghasilan ≤UMK
Rp.1.870.000 sebanyak 15 responden yang memberikan ASI Eksklusif dan 38 responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Dari 32 responden dengan
penghasilan UMK Rp. 1.870.000 sebanyak 6 orang yang memberikan ASI Eksklusif dan 26 ibu tidak memberikan ASI Eksklusif .
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square bahwa tidak ada hubugan antara penghasilan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa
responden dengan penghasilan keluarga rendah diasumsikan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya karena tidak mempuyai kemampuan secara
ekonomi untuk membeli susu formula. Namun demikian banyak juga responden yang berpenghasilan keluarga rendah tidak memberikan ASI Eksklusif karena
58
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi budaya setempat. Berdasarkan alasan yang dikemukakan responden, walaupun mereka tidak mampu membelikan susu formula, mereka lebih memilih
untuk memberikan air tajin, pisang, dan air putih kepada anaknya. Karena kebiasaan masyarakat yang sudah turun temurun, mereka mengikuti budaya
tersebut, dan sebagian dari mereka yang punya penghasilan diatas UMK lebih memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Sarbini dan Hidayati 2008 bahwa tidak ada hubungan penghasilan dengan pemberian ASI Eksklusif, semakin
meningkatnya penghasilan
maka semakin
bertambah pula
persentase pembelanjaan termasuk makanan pengganti ASI sehingga cenderung ibu tidak
memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Purwanti 2004 bahwa ibu dengan sosial ekonomi rendah
mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi.
5.1.5 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas paritas responden adalah paritas ≤ 2. Dari 56 responden dengan jumlah anak ≤2 sebanyak 7 responden
memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 49 responden tidak memberikan ASI Eksklusif sedangkan dari 29 responden dengan jumlah anak2 sebanyak 14
responden memberikan ASI Eksklusif dan 15 responden tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah
59
Universitas Sumatera Utara
kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016.
Tingkat paritas telah banyak menentukan perhatian dalam kesehatan ibu dan anak. Dikatakan demikian karena terdapat kecenderungan kesehatan ibu
berparitas tinggi lebih baik dari pada ibu berparitas rendah Notoadmodjo,2003. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa
rendahnya jumlah paritas ibu mempengaruhi pengetahuan dan pengalaman ibu dalam menyusui anaknya. Karena jumlah paritas yang rendah belum mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam menyusui anaknya. Berdasarkan alasan yang dikemukakan responden, ibu tidak memberikan ASI kepada anaknya karena ASI
responden belum produktif maksimal. Sebagian ibu tidak mengasikan anaknya karena anak yang pertama tidak diberi ASI, responden lain juga mengatakan ASI
mereka belum keluar sempurna, ada juga yang mengatakan bahwa anak ke empat baru diberi ASI ,karena pada saat itu ASI nya keluar.
Paritas ibu mempengaruhi pengalaman dan kesehatan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik dalam
menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
dan ternyata anaknya tetap sehat maka pada anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI Eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang
berparitas rendah belum memiliki pengalaman dalam memberikan ASI, selain itu ibu beranggapan bahwa produksi ASI pada anak pertama dan kedua belum
produktif secara optimal sedangkan pada anak ketiga produksi ASI sudah 60
Universitas Sumatera Utara
maksimal sehingga kemungkinan ibu memberikan ASI Eksklusif lebih baik pada anak ketiga.
Sesuai dengan hasil penelitian Ginting ,dkk 2013 di Barusjahe Kabupaten Karo yang menyatakan bahwa ada pengaruh paritas ibu terhadap
pemberian ASI pada anak usia 6 bulan, ibu yang memilki paritas multipara lebih memiliki pengalaman dalam menyusui dibandingkan ibu yang memilki paritas
primipara.
5.1.6 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba Notoadmodjo,2012.
Pengetahuan tentang ASI berupa apa saja yang diketahui responden tentang ASI. Adapun yang harus diketahui oleh responden mengenai ASI, yaitu
pengertian ASI,kandungan ASI, manfaat menyusui bagi ibu maupun anaknya,manfaat kolostrum, manfaat memberikan ASI secara Eksklusif yang
mampu menunjang pemberian ASI pada anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 responden yang menjawab
cukup tahu sebanyak 46 responden,yang menjawab tahu sebanyak 31 responden dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 8 responden. Dari 46 responden yang
pengetahuannya cukup tahu sebanyak 5 responden yang memberikan ASI Eksklusif dan 41 responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Dari 8
responden yang pengetahuannya tidak tahu sebanyak 2 responden yang 61
Universitas Sumatera Utara
memberikan ASI Eksklusif dan 6 responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat satu sel yang nilai expected count kurang dari 5
sehingga menggunakan uji Exact Fisher bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Janji Kecamatan
Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa
rendahnya pengetahuan responden diduga disebabkan antara lain kurangnya informasi dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi
yang diterima. Dapat dilihat bahwa responden yang memberikan ASI Eksklusif memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI, dari 46 orang ibu yang
berpengetahuan cukup hanya 5 orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dan 41 lainnya tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu masih rendah tentang pentingnya ASI Eksklusif. Terlihat ketika mengisi kuesioner banyak ibu yang menjawab tidak
tahu terhadap pernyataan “Manfaat ASI Ekslusif pada bayi adalah bayi mendapat zat antibodi alami serta mengandung gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan termasuk kecerdasan bayi“. Tabel distribusi responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada lampiran output data.
Dari hasil kuesioner tersebut peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Janji masih rendah. Banyak ibu yang memberikan
makanan dan minuman kepada anaknya sebelum berumur 6 bulan. Air putih 62
Universitas Sumatera Utara
dinilai dapat diberikan karena menurut pengalaman ibu, ketika anak menangis diberi air putih, maka anak tersebut langsung diam. Sedangkan madu dipercaya
bisa membuat anak tidak mudah terserang penyakit. Di samping itu, pemberian ASI yang tidak sampai umur 6 bulan karena ASInya sedikit dan disebabkan ibu
bekerja membantu suami jualan. Beberapa ibu memberikan susu formula dengan alasan karena ASI belum keluar dananak masih kesulitan menyusu sehingga anak
akan menangis bila dibiarkan saja. Kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan anaknya mendorong ibu untuk memberikan
susu tambahan melalui botol. Pemberian susu formula menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Kandungan gizi
susu non-ASI tidak sesuai dengan kebutuhan anakdan sulit diserap oleh pencernaan anak. Selain itu, susu non-ASI tidak mengandung antibodi dan dapat
menyebabkan alergi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Fikawati dan Syafiq 2009
pengetahuan ibu berperan penting dalam pelaksanaan ASI Eksklusif, sehingga upaya meningkatkan pengetahuan harus dilaksanakan sebelum persalinan, jika
dilakukan setelah persalinan sudah terlambat. Informasi ASI Eksklusif paling baik diberikan ketika ANC yang meliputi materi pemberian kolostrum, larangan
pemberian makanan pralaktal serta hak memperoleh IMD bagi anak. Perlu digali lebih dalam motivasi, sikapdan kepercayaan ASI Eksklusif memiliki yang baik
berbasis pengetahuan yang cukup bukan sekedar pernyataan verbal. Secara teoritis diketahui bahwa tingkat pengetahuan mempunyai
kontribusi yang besar dalam merubah perilaku seseorang untuk berbuat sesuatu. 63
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang cukup tentang ASI akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan menyusui.
5.1.7 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 responden, sebanyak 43 responden mempunyai sikap tidak setuju terhadap pemberian ASI Eksklusif, 18
responden mempunyai sikap setuju, sebanyak 15 responden mempunyai sikap ragu
– ragu terhadap pemberian ASI Eksklusif, sebanyak 5 responden mempunyai sikap sangat setuju terhadap pemberian ASI Eksklusif,dan hanya 4 responden
mempunyai sikap sangat tidak setuju terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dari 43 responden yang mempunyai sikap tidak setuju terdapat 1
responden yang memberikan ASI Eksklusif dan 42 responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Dari 5 responden yang mempunyai sikap sangat
setuju semuanya memberikan ASI Eksklusif. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat
dilakukan karena terdapat 6 sel yang nilai expected count kurang dari 5 sehingga menggunakan uji exact Fisher diperoleh bahwa ada hubugan antara sikap dengan
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2016.
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Janji menunjukkan bahwa banyaknya ibu yang bersikap tidak setuju disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai ASI Eksklusif. Hal ini dibuktikan ketika ibu mengisi kuesioner, banyak ibu yang menjawab tidak setuju terhadap pernyataan
“Ibu memakan makanan yang bervariasi untuk memenuhi gizi serta mendukung 64
Universitas Sumatera Utara
kelancaran produkasi ASI“. Dari hasil kuesioner tersebut penulis berasumsi bahwa pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif pada bayi sangat
rendah. Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI Eksklusif yang kurang, mempengaruhi sikap ibu yang diakibatkan oleh masih
melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makanan tambahan pada bayi seperti pemberian madu. Perilaku menyusui yang kurang
mendukung diantaranya membuang kolostrum karena dianggap susu basi, pemberian makananminuman sebelum ASI keluar prelaktal, serta kurangnya
rasa percaya diri ibu bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya. Tabel distribusi responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada lampiran output data.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mitraning 2014 di Kelurahan Krobokan kota Semarang bahwa sikap berhubungan dengan ASI
Eksklusif karena ibu yang sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI Eksklusif maka perilakunya juga akan menjadi konsisten.
65
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan