5
2.1.4 Morfologi tumbuhan
Tumbuhan laja gowah merupakan herba tahunan, berdiri tegak, tinggi 1-4 m dan tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya merupakan batang semu,
terdiri kumpulan pelepah daun yang menyatu. Daun laja gowah merupakan daun tunggal berwarna hijau, berbentuk lanset, panjang 40-80 cm dan lebar 9-12 cm,
tepi daun rata, pangkal tumpul, ujungnya runcing dan pertulangan menyirip. Permukaan daun bagian atas licin, tetapi permukaan bawahnya berbulu. Tangkai
daun pendek, berpelepah panjang, beralur dan berwarna hijau muda. Bunga majemuk berwarna putih, tersusun dalam tandan yang muncul dari ujung batang
Anonim, 2010.
2.1.5 Kandungan kimia
Tumbuhan laja gowahmengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoidAnonim, 2010.
2.1.6 Manfaat tumbuhan laja gowah
Rimpang laja gowah digunakan oleh masyarakat Ambon sebagai obat bisul dan luka, untuk memelihara tenggorokan, mengobati sakit perut dan untuk
obat kuat. Laja gowah juga sering dimanfaatkan sebagai sabun dan anti emetikum mencegah muntah, kulit buahnya dapat digunakan untukmewangikan rambut
dan cucian Anonim, 2010.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
6 senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat akan lebih mudah apabila senyawa aktif yang dikandung simplisia diketahu.Pelarut yang digunakan yaitu air, etanol dan campuran air -
etanol Depkes RI, 2000. Menurut Departemen Kesehatan RI 2000, beberapa metode ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yaitu: a.
Cara dingin -
Maserasiadalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar. Maserasi
yang dilakukan dengan pengadukan secara terus menerus disebut dengan maserasi kinetik, sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
- Perkolasiadalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat.
b. Cara panas
- Refluksadalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
7 -
Digestiadalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50
o
C. -
Sokletasiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. -
Infudansiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 15 menit. -
Dekoktasiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 30 menit.
2.3 Fraksinasi