7 -
Digestiadalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50
o
C. -
Sokletasiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. -
Infudansiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 15 menit. -
Dekoktasiadalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 30 menit.
2.3 Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik Soebagio, 2005. Teknik pemisahan ekstraksi cair-cair ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan corong pisah separatory funnel. Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian digojok dan
didiamkan. Solut atau senyawa organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung pada kelarutannya terhadap fase tersebut dan
kemudian akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan dengan membuka kunci pipa corong pisah Odugbemi, 2008.
Ekstrak dipartisi dengan menggunakan peningkatan polaritas pelarut seperti petroleum eter, n-heksana, kloroform, dietil eter, etilasetat dan etanol.
8 Pemilihan pelarut pada ekstraksi umumnya bergantung pada sifat analitnya
dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang sifat lipofilitasnya tinggi akan terekstraksi pada pelarut yang relatif nonpolar
seperti n-heksana sedangkan analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang semipolar seperti etilasetat atau diklorometana Venn, 2008.
Aglikon umumnya terekstraksi pada fraksi nonpolar seperti terpenoid dan steroid sedangkan flavonoid, glikosida, saponin dan gula ester ditemukan pada
fraksi yang lebih polar dan fraksi air. Petroleum eter dan n-heksana juga dapat digunakan untuk menghilangkan lipid, wax dan senyawa lemak Dey, 2012.
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi ada banyak, namun beberapatidak dapat digunakan karena tidak memenuhi syarat. Pertama, pelarut
harus tidak bercampur dengan air, mempunyai titik didih yang rendah jika digunakan untuk evaporasi dan sebaiknya memiliki densitas yang lebih rendah
daripada air untuk membentuk lapisan atas sehingga pemisahan lebih mudah dilakukan. Kedua, pelarut harus aman dan tidak merusak lingkungan jika
digunakan. Banyak pelarut yang tidak aman digunakan karena berbagai alasan seperti dietil eter mudah terbakar, toluen memiliki titik didih yang tinggi,
benzen keamanan dan pelarut klorida seperti diklorometana berbahaya bagi lingkungan. Praktisnya, hanya ada beberapa pelarut saja yang biasa digunakan
untuk ekstraksi seperti n-heksana, metil tertier butil eter MTBE dan etilasetat Venn, 2008.
Etanol CH
3
CH
2
OH merupakan pelarut polar yang baik bila dibandingkan dengan pelarut alkohol lainnya untuk proses ekstraksi. Hal ini dikarenakan etanol
memiliki gugus –OH yang sifat polarnya tinggi dan gugus hidrokarbon yang
9 bersifat nonpolar. Berbeda dengan etanol, etilasetat CH
3
COOCH
2
CH
3
tidak memiliki gugus –OH sehingga menyebabkan etilasetat bersifat kurang polar
karena tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. n-Heksana C
6
H
14
merupakan golongan alkana dan termasuk ke dalam pelarut nonpolar. Adanya ikatan antara
C-H menyebabkan n-heksana bersifat nonpolar. Karbon dan hidrogen memiliki elektronegativitas yang sangat dekat, sehingga pasangan elektron pada ikatan
kovalen antara karbon dan hidrogen saling berbagi sehingga menyebabkan polaritas antara ikatan C-H sedikit. Pasangan elektron antara ikatan C-C pada n-
heksana juga saling berbagi sehingga ikatan ini juga nonpolar Hill, 2000.
2.4 Bakteri 2.4.1 Uraian umum