V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
Karakteristik petani yang akan dibahas yaitu dari segi sosial ekonomi meliputi umur, luas lahan, pendidikan non formal, pendidikan formal,
pendapatan dan pengalaman.
1. Umur
Umur petani merupakan usia petani pada saat dilakukannya penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Umur berkaitan dengan kekuatan
fisik, semangat seseorang untuk melakukan pekerjaan, pengalaman, dan tingkat adopsinya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik responden menurut umur No Kriteria
Jumlah orang
Prosentase 1
2 3
50 tahun 40-50 tahun
40 tahun 38
17 15
63,33 28,33
8,34 Jumlah 60
100 Sumber: Analisis data primer Bulan Maret Tahun 2008
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden yang menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi
sawah sebagian besar berumur lebih dari 50 tahun, yaitu sebanyak 38 responden 63,33. Dimana pada usia tersebut petani semakin lamban
dalam mengadopsi suatu inovasi. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Lionberger dalam Mardikanto 1996, bahwa semakin tua umur
petani maka akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah diterapkan
oleh warga masyarakat setempat.
2. Luas Penguasaan Lahan
Luas penguasaan lahan adalah areal sawah yang diusahakan oleh petani untuk menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah
yang dinyatakan dalan hektar ha. Luas penguasaan lahan akan
70
mempengaruhi besarnya produksi padi yang diusahakan sehingga akan berpengaruh pada pendapatan dan kesejahteraan yang akan mereka
peroleh. Luas penguasaan lahan responden dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Karakteristik responden menurut luas penguasaan Lahan
No Kriteria Kategori
Jumlah orang Prosentase
1 2
3 0.49 ha
0,5-0,99 ha 1 ha
Sempit Sedang
luas 11
20 29
18,34 33,33
48,33
Jumlah 100
Sumber: Analisis data primer Bulan Maret Tahun 2008 Tabel 18 menunjukkan bahwa 29 responden 48,33 menggunakan
lahan yang luasnya 1 ha untuk menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Hal ini berarti mayoritas penguasaan lahan responden dalam kategori luas.
Petani yang memiliki lahan yang luas maka cenderung memiliki respon yang positif terhadap inovasi baru karena meiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik Leonberger dalam Mardikanto, 1996 dan semakin luas lahan yang diusahakan petani maka akan semakin besar juga
produktivitas hasil pertanian yang dicapainya. Status kepemilikan lahan responden di Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Status kepemilikan lahan responden
Luas No
Status Kepemilikan
Lahan 0,5
ha 0,5-0,99
ha 1 ha
Jumlah Prosentase
1 2
3 Pemilik Penggarap
Penyewa Penyakap
10 5
1 13
7 18
10 41
22 1
64,06 34,38
1,56 Jumlah
64 100
Sumber: Analisis data primer tahun 2008 Pada umumnya petani di desa ini menggunakan lahan milik sendiri
untuk menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 19 bahwa sebagian besar responden menggarap
lahan miliknya sendiri, yakni sebanyak 41 orang 64,06 yang luasannya juga beragam, terdiri dari 10 responden 24,39 mengolah lahannya
sendiri dengan luas kurang dari 0.5 ha, 13 responden 31.71 mengusahakan lahannya sendiri dengan luas antara 0.5-0.99 ha, dan 18
responden 43.90 mengusahakan lahannya sendiri dengan luas lebih dari atau sama dengan 1 ha. Selebihnya adalah penyewa sebanyak 22
orang 34,38 dan penyakap hanya 1 orang 1,56. Status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada pendapatan
bersih yang diperolehnya. Khususnya pada penyewa dan penyakap, karena pengeluaran untuk menyewa lahan sawah cukup besar yaitu antara
Rp.2.000.000,00 - Rp. 2.500.000,00 perhektar dalam satu kali musim tanam. Sedangkan untuk penyakap sebagian hasil atau pendapatan yang
diperolehnya dibagi dengan pemilik tanah sawah sesuai dengan perjanjian di awal, sehingga hal ini dapat membuat pendapatannya semakin kecil.
3. Pendidikan Non Formal