lahan miliknya sendiri, yakni sebanyak 41 orang 64,06 yang luasannya juga beragam, terdiri dari 10 responden 24,39 mengolah lahannya
sendiri dengan luas kurang dari 0.5 ha, 13 responden 31.71 mengusahakan lahannya sendiri dengan luas antara 0.5-0.99 ha, dan 18
responden 43.90 mengusahakan lahannya sendiri dengan luas lebih dari atau sama dengan 1 ha. Selebihnya adalah penyewa sebanyak 22
orang 34,38 dan penyakap hanya 1 orang 1,56. Status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada pendapatan
bersih yang diperolehnya. Khususnya pada penyewa dan penyakap, karena pengeluaran untuk menyewa lahan sawah cukup besar yaitu antara
Rp.2.000.000,00 - Rp. 2.500.000,00 perhektar dalam satu kali musim tanam. Sedangkan untuk penyakap sebagian hasil atau pendapatan yang
diperolehnya dibagi dengan pemilik tanah sawah sesuai dengan perjanjian di awal, sehingga hal ini dapat membuat pendapatannya semakin kecil.
3. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh petani dari luar bangku sekolah atau dari luar pendidikan formal yang dihitung
berdasarkan frekuensi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dalam satu kali musim tanam MT 1 tahun 2008, yakni dari Bulan Desember sampai
Bulan Maret. Tingkat pendidikan non formal responden dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Karakteristik responden menurut pendidikan non formal No Kriteria
Kategori Jumlah
Prosentase 1
2 3
2 kali 2-4 kali
4 kali Rendah
Sedang Tinggi
16 41
3 26,67
68,33 5,00
Jumlah 60 100
Sumber: Analisis data primer tahun 2008 Berdasarkan pada tabel 20 dapat dilihat bahwa 41 responden
68,33 telah mengikuti kegiatan penyuluhan 2-4 kali pada masa tanam 1 tahun 2008. Hal ini berarti bahwa pendidikan non formal responden yang
menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Joho
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dalam kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan karena tidak meratanya undangan yang disebarkan
oleh ketua kelompok tani selaku koordinator dari para petani di daerah setempat, sehingga informasi tentang diadakan kegiatan penyuluhan tidak
dapat tersampaikan ke sebagian petani. Selain itu juga karena adanya aktivitas petani di luar sektor pertanian seperti adanya urusan keluarga
maupun pekerjaan di luar sektor non pertanian. Sedangkan responden yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 3
orang 5, mereka selalu mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan sebanyak 5 kali pada masa tanam pertama pada tahun 2008 yang
dilaksanakan setiap + 3 minggu sekali. Umumnya responden yang sering mengikuti kegiatan penyuluhan adalah tokoh-tokoh penting dalam
organisasi kelompok tani tersebut, karena penyuluh sering berkoordinasi dengan ketua kelompok tani dalam penyelenggaraan penyuluhan. Selain
itu petani yang memiliki lokasi persawahan yang dekat dengan gubuk penyuluhan akan lebih sering mengikuti kegiatan penyuluhan.
Dengan mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan terjadi perubahan perilaku pada diri responden, baik pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Sehingga dapat memperbaiki cara budidaya tanam yang efektif dan efisien agar dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya.
4. Pendidikan Formal