Tabel 25. Karakteristik responden menurut pengalaman No Kriteria
Kategori Jumlah Prosentase
1 2
3 1 tahun
1-3 tahun 3 tahun
Rendah Sedang
Tinggi 12
40 8
20,00 66.67
13,33
Jumlah 60 100
Sumber: Analisis data primer Bulan Maret Tahun 2008 Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden, yakni 40 orang 66,67 telah mepunyai pengalaman menerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah selama lebih
dari 1 sampai 3 tahun, yang tergolong dalam kategori sedang. Responden yang masuk pada kategori sedang sudah mendapat bekal
pengetahuan dalam mengelola tanaman padinya. Semakin lama petani menekuni usahataninya maka semakin bertambah pengetahuannya
mengenai pengelolaan usahataninya, karena petani dapat belajar dari pengalamannya melalui serangkaian aktivitas yang pernah dialaminya.
B. Tingkat Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah
Enam komponen yang digunakan sebagai penciri model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah yaitu varietas unggul, benih bermutu, bibit
muda, cara tanam, pupuk organik, dan pemupukan spesifik lokasi.
1. Tingkat penerapan pada komponen varietas unggul
Varietas unggul adalah varietas yang mempunyai keunggulan- keunggulan tertentu, seperti umur tanam yang pendek dan tahan hama
penyakit yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, sesuai dengan selera masyarakat dan pasar yang dipilih sendiri oleh petani bersama-
sama penyuluh. Tingkat penerapan responden pada penggunaan varietas unggul dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26. Tingkat penerapan responden pada komponen varietas unggul No
Kategori Skor Jumlah
Prosentase 1
2 3
Rendah Sedang
Tinggi 1-1,67
1,68-2,35 2,36-3
3 28
29 5,00
46,67 48,33
Jumlah 60 100
Sumber: Analisis data primer Bulan Maret Tahun 2008 Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa tingkat penerapan
responden pada komponen varietas unggul sebagian besar dalam kategori tinggi sebanyak 29 responden 48,33.
Responden yang masuk dalam kategori tinggi adalah mereka yang menggunakan VUB. Varietas Unggul Baru VUB merupakan varietas
rekomendasi pertama yang dianjurkan untuk di budidayakan di desa ini yang sebelumnya telah di lakukan demplot oleh BPP “Tani Budaya”
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo untuk mengetahui apakah varietas tersebut cocok untuk dibudidayakan di daerah ini. Beberapa
varietas unggul baru yang direkomendasikan seperti Varietas Mekongga, Cibogo, Cimelati, Sunggal dan Cigelius. Rata-rata padi VUB yang
ditanam di desa ini dapat menghasilkan + 7,2 tonha. Pada MT 1 tahun 2008 petani di Desa Joho Kecamatan Mojolaban
banyak yang membudidayakan padi Varietas Mekongga yang merupakan VUB. Banyaknya petani yang sudah menggunakan padi VUB terutama
pada Varietas Mekongga karena pada MT 2 Bulan April tahun 2007 lalu dari Dinas Pertanian Sukoharjo memberikan Bantuan Langsung Benih
Unggul BLBU yang sesuai dengan selera dan cita rasa masyarakat, dimana tekstur nasinya pulen dan produksi dapat meningkat. Berdasarkan
hal tersebut petani menjadi tertarik untuk menggunakan VUB pada masa tanam pertama tahun 2008 ini.
2. Tingkat penerapan pada komponen benih bermutu
Benih bermutu adalah benih yang mempunyai kualitas unggul diantaranya mempunyai daya kecambah tinggi, tahan hama dan produksi
tinggi dan sesuai dengan rekomendasi. Tingkat penerapan responden pada penggunaan benih bermutu dapat dilihat pada tabel 27
Tabel 27. Tingkat penerapan responden pada komponen benih bermutu No
Kategori Skor Jumlah Prosentase
1 2
3 Rendah
Sedang Tinggi
4 – 6,67 6,68-9,34
9,35-12 4
36 20
6,67 60,00
33,33 Jumlah 60
100 Sumber: Analisis data primer tahun 2008
Tabel 27 menunjukkan bahwa sebagian besar penerapan responden pada komponen benih bermutu dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 36
orang 60. Ada beberapa indikator untuk mendapatkan benih bermutu yaitu menggunakan benih yang bersertifikat dan berlabel, melakukan
seleksi benih, perendaman dan pemeraman. Pada indikator sertifikasi benih sebagian besar responden yaitu
sebanyak 42 orang 70 sudah menggunakan benih bersertifikat dan berlabel ungu sesuai dengan anjuran, karena petani yakin akan
kualitasnya yang mempunyai daya pertumbuhan 83 dan dapat digunakan untuk 2 kali pembenihan ulang. Walau demikian, mayoritas
petani selalu membeli benih baru pada setiap tanamnya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan benih yang berkualitas dapat
meningkatkan hasil produksi. Pada indikator seleksi benih sebagian besar responden 48 orang
atau 80 melaksanakan seleksi benih kurang sesuai dengan anjuran, yaitu dengan cara melimbang di air bersih, kemudian membuang benih
yang mengapung. Cara ini dirasakan lebih sederhana dan praktis untuk memilih benih yang bernas. Sedangkan seleksi benih yang sesuai dengan
anjuran yakni dengan melimbang benih pada larutan 1kg ZA2,70 liter air atau 20 g garamliter air atau dapat juga menggunakan larutan abu. Cara
tersebut dianggap rumit oleh para petani. Responden yang menerapkan dengan cara tersebut hanya 3 orang 5. Langkah tersebut merupakan
cara yang akurat untuk memilih benih bernas. Responden yang
melakukan seleksi tidak sesuai dengan anjuran sebanyak 9 orang 15, dimana seleksi benih dilakukan dengan mengayak saja. Hal ini karena
petani yakin akan benih bersertifikat yang ia peroleh sudah bermutu, padahal sertifikasi benih bukan satu-satunya jaminan untuk mendapatkan
benih yang bernas. Lama waktu perendaman yang direkomendasikan adalah 2 hari 1
malam, tetapi mayoritas responden yaitu sebanyak 38 orang 63,33 di Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo melakukan
perendaman selama 1 hari 1 malam yang kurang sesuai dengan anjuran. Lama waktu perendaman dapat menentukan kecepatan munculnya
perkecambahan yang ditandai dengan benih menjadi mengembang dan kulit luar mulai membuka. Sedangkan rekomendasi pada kegiatan
pemeraman yaitu pemeraman dilakukan selama 2 hari 1 malam. Kegiatan pemeraman ini sudah dilakukan oleh petani dari dulu. Akantetapi
mayoritas responden yaitu sebanyak 32 orang 53,33 di Desa Joho, kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo ini melakukan pemeraman
selama 1 hari 1 malam yang kurang sesuai dengan anjuran. Lama waktu pemeraman dapat menentukan keseragaman pertumbuhan.
3. Tingkat penerapan pada komponen bibit muda