11
BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX PERSERO
2.1 Kondisi Geografis
Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX Persero terbentang di dataran rendah Pantai Timur Sumatera.
11
Pantai Timur Sumatera terletak antara garis khatulistiwa dan garis lintang utara 4
˚C. Wilayah ini mempunyai iklim pantai tropik yang sifat iklim mikronya dipengaruhi oleh topografi
seperti daerah-daerah tanah tinggi “Tumor Batak”, antara lain; Dataran Tinggi Karo, Pegunungan Simalungun, dan Pegunungan Habinsaran.
12
PT. Perkebunan IX Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang pertanian dan perkebunan agro-industri yang berkantor di Jalan Tembakau Deli No.
4, Medan, Sumatera Utara.
13
Sesuai dengan karakteristik wilayah yang beriklim tropis menyebabkan wilayah tersebut memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.Pada
saat musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan memasuki bulan selanjutnya intensitas hujan semakin lebat, sedangkan pada saat musim kemarau biasanya terjadi
PT. Perkebunan IX Persero merupakan perusahaan yang dulunya milik Belanda bernama NV. Deli Maatschappij. Perusahaan tersebut
memproduksi tembakau sebagai komoditas utama, walaupun terdapat juga komoditas lainnya yang diproduksi seperti kelapa sawit, kakao, dan tebu.
11
Untuk melihat peta perkebunan-perkebunan PT. Perkebunan IX Persero lihat lampiran I.
12
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 44.
13
Untuk melihat gambar Kantor PT. Perkebunan IX Persero lihat lampiran II.
Universitas Sumatera Utara
12
antara bulan Februari sampai Agustus.
14
Intensitas hujan dan suhu yang panas dan kering setiap tahun terjadi dengan tidak menentu. Suhu dan kelembaban antara
dataran rendah dan dataran tinggi juga berbeda. Di dataran rendah suhu berkisar antara 22
˚C sampai 32 ˚C dan bisa mencapai 36 ˚C sampai 40 ˚C pada musim panas. Di dataran tinggi suhu berkisar antara 19,5
˚C sampai 25 ˚C dan pada musim hujan dapat mencapai suhu 15
˚C.
15
Suatu ciri iklim yang penting di Pantai Timur Sumatera adalah angin yang bertiup sangat kencang. Iklim yang diakibatkan oleh angin ini menyebabkan
kelembaban tinggi di daerah dataran tinggi. Angin ini dinamakan Angin Bahorok
16
, yang biasanya bertiup antara bulan Juni hingga Agustus. Angin ini turun dari dataran
tinggi Bukit Barisan menuju dataran rendah di Pantai Timur Sumatera dan menyebabkan kekeringan dan kerusakan tanaman tembakau.
17
Dalam melihat perkembangan produksi perkebunan, faktor penting yang menentukan adalah kualitas lahan dan tanah. Pada masa awal perkembangan
perkebunan, komoditi utamanya adalah tembakau. Setelah dilakukan penelitian, wilayah Pantai Timur Sumatera yang memiliki kualitas tanah paling baik adalah
tanah yang terletak antara Sungai Wampu dan Sungai Ular. Kualitas tanah yang
14
Ibid, hal. 44-45.
15
Roestam Thaib, Lima Puluh Tahun Kotapraja Medan, Medan: Djawatan Penerangan, 1959, hal. 72.
16
Angin Bahorok berasal dari nama yang diambil dari lembah Sungai Bahorok yang merupakan anak Sungai Wampu. Angin ini menggantikan angin laut yang berhembus ke pedalaman
selama siang hari. Lihat Iyos Rosidah, “Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Tembakau Deli Sumatera Timur 1870-1930”, Tesis S-2 belum diterbitkan, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012,
hal. 33.
17
Karl J. Pelzer, op.cit, hal. 47.
Universitas Sumatera Utara
13
dibutuhkan dalam penanaman tembakau memiliki klasifikasi dan jenis-jenis tersendiri. Jenis tanah tersebut menentukan tinggi dan rendahnya harga rata-rata
tembakau di pasaran dunia. Secara garis besar jenis dan kualitas tanah di dataran rendah Sumatera Timur dibedakan menjadi dua yaitu tanah lama dan tanah baru.
Untuk lebih lengkapnya perhatikan tabel berikut ini.
Tabel 1. Harga Rata-Rata Tembakau Pada 1883-1930 Menurut Jenis Tanah
Jenis Tanah Harga
Gulden f. per ½ kg
Dollar AS per
pon
18
A. Tanah-Tanah Lama
Debu dan tanah gembur liparitik 0,90
0,45 Tanah gembur dasitik
1,34 0,67
Liparitik-dasitik 1,51
0,75 Lahar dasitik-andesitik
1,70 0,90
Lahar dasitik 1,99
0,99 B.
Tanah-Tanah Baru Liparitik
1,16 0,58
Dasitik-andesitik 1,81
0,90 Sumber: Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan
Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 42.
Berdasarkan tabel di atas klasifikasi dan penggolongan tanah sangat penting bagi perusahaan perkebunan, terutama bagi perkebunan yang mengusahakan
18
1 pon sama dengan ½ kg.
Universitas Sumatera Utara
14
komoditi tembakau, dibandingkan dari kondisi iklim, cuaca dan pengairan di perkebunan. Hal ini dikarenakan kualitas dan harga tembakau sangat bergantung pada
jenis tanah. Hal tersebut yang membuat harga dan produksi tembakau dari suatu tanah dapat berbeda dengan tanah lainnya.
2.2 Perkembangan Perkebunan Masa Kolonial