b. Daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi
dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan danatau pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh pasal 50 ayat 2.
c. Penambahan dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus mengenai
pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut pasal 56 ayat 3.
d. Laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan pasal 100 ayat 1.
e. Risalah RUPS dan risalah rapat Direksi sebagaimana diatur dalam pasal
100. Berdasarkan uraian pasal diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
setiap orang berhak untuk memperoleh informasi publik, dalam hal ini tak terkecuali para investor. Keterbukaan informasi publik memiliki peranan
penting bagi investor untuk menentukan dan sebagai pertimbangan sebelum membeli saham persero BUMN yang diprivatisasi.
Disamping itu dengan adanya UUKIP, maka BUMN memiliki kewajiban untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu
bagi semua pihak termasuk masyarakat umum. Hal ini sesuai dengan konsep transparancy yang terkandung dalam Good corporate governance. UUKIP
ini menjadi acuan bagi BUMN untuk menyediakan informasi bagi masyarakat umum, sedangkan pasal-pasal dalam UUBUMN dan UUPT yang
mengatur mengenai keterbukaan informasi merupakan penjabaran yang terkait dengan kebijakan perusahaan.
2. Perlindungan Investor Domestik Dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN
Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN tidak mengatur secara terperinci tentang perlindungan bagi pemegang saham minoritas
investor domestik dalam privatisasi persero BUMN. Hal ini dikarenakan dalam Persero BUMN berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Ketentuan privatisasi, prosedur pelaksanaan dan organ-organ yang terlibat dalam privatisasi yang terkandung dalam UUBUMN ini, dapat
dijadikan acuan dan pedoman dalam rangka memberikan perlindungan bagi para investor domestik dalam proses pelaksanaan privatisasi persero BUMN.
Prosedur pelaksanaan privatisasi dimulai melalui penyeleksian Persero BUMN yang akan diprivatisasi oleh Menteri BUMN dengan arahan Komite
Privatisasi sesuai dengan syarat dan kriteria yang telah ditentukan sebagaimana diatur dalam UUBUMN pasal 79, pasal 80, pasal 81, dan pasal
82 ayat 1. Kemudian, setelah menteri BUMN mencanangkan program privatisasi
tahunan maka perlu adanya rekomendasi dari Menteri Keuangan sebagaimana diatur dalam pasal 82 ayat 2 yang tertulis
sebagaimana berikut: “Terhadap perusahaan yang telah diseleksi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan,
setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Keuangan, selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat serta dikonsultasikan kepada Dewan
Perwakilan Ra kyat”. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam proses
privatisasi setelah persero ditentukan dan setelah disosialisasikan, perlu adanya konsultasi dengan DPR untuk menentukan apakah persero tersebut
dapat diprivatisasi atau tidak. Disinilah peranan penting DPR diperlukan dalam usaha memberikan
perlindungan bagi para investor domestik dalam proses pelaksanaan privatisasi, karena pada tingkatan inilah persero BUMN itu dapat diprivatisasi
atau tidak. Kepentingan para investor domestik haruslah turut diperhitungkan oleh DPR, karena dari titik inilah permasalahan menyangkut komposisi
pemegang saham terkait privatisasi persero BUMN oleh pemerintah, investor domestik, dan investor asing ditentukan terutama terkait privatisasi BUMN
melalui direct placement penunjukan langsung, dimana sampai saat ini
persero BUMN yang diprivatisasi menunjukkan bahwa peran asing lebih besar dibandingkan peran para investor domestik. Jika DPR telah menyetujui
privatisasi persero BUMN dimana menempatkan investor domestik sebagai pemegang saham minoritas, maka sebaiknya perlu diberikan jaminan
kepastian hukum dan perlindungan hukum melalui kebijakan-kebijakan maupun melalui aturan-aturan tersendiri yang dapat melindungi kepentingan
investor domestik. Disamping itu, prinsip-prinsip mengenai good corporate governance
seperti fairness, transparency, accountability dan responsibility diatur dalam UUBUMN yang menyangkut pelaksanaan privatisasi sebagaimana diatur
dalam pasal 75. Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara BUMN memiliki peranan penting sebagai pedoman dan acuan serta landasan hukum proses pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia.
Pelaksanaan privatisasi Persero BUMN bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pemilikan saham persero. Akan tetapi, proses privatisasi BUMN ini menyisahkan beberapa masalah, terutama terkait dengan besarnya
peranan investor asing dalam penguasaan saham BUMN sedangkan perananan investor domestik tersisihkan.
Berdasarkan data yang diperoleh sampai dengan saat ini dapat dilihat melalui Tabel 1., investor asing lebih banyak menguasai saham Persero
BUMN dan menempatkan investor domestik selaku pemegang saham minoritas. Kedudukan investor domestik selaku pemegang saham minoritas
tentunya memerlukan perlindungan karena rentan akan permasalahan yang timbul antara pemegang saham minoritas dengan pemegang saham mayoritas
dan organ pengurus perseroan. UUBUMN mengatur mengenai tentang tata cara pelaksanaan privatisasi
serta badan atau lembaga yang terkait dalam proses pelaksanaan privatisasi.
Melalui prosedur pelaksanaan privatisasi BUMN ini, dapat dimaksimalkan peranan investor domestik agar dapat sejajar atau setara dengan para investor
asing sehingga terwujud suatu keadilan. Sedangkan pengaturan terkait hak- hak pemegang saham minoritas dalam privatisasi persero BUMN tetap
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam UUPT karena Persero BUMN tetap menganut ketentuan dan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas pada umumnya.
Pengaturan mengenai hal ini tertuang dalam pasal 11 UUBUMN yang berbunyi: “Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip
yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas”. Dalam hal ini
UUPT No. 1 tahun 1995 telah digantikan keberadaannya oleh UUPT No. 40 tahun 2007.
3. Perlindungan Investor Domestik Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun