Pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan

1. Bagi Perseroan Terbuka berlaku ketentuan Undang-Undang ini jika tidak diatur lain dalam peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal. 2. Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang mengecualikan ketentuan Undang-Undang ini tidak boleh bertentangan dengan asas hukum Perseroan dalam Undang- Undang ini. ” Berdasarkan pasal 154 UUPT, maka ketentuan dalam UUPT berlaku bagi persero selama UUPM mengatur pokok yang sama, namun jika dalam pengaturannya terdapat perbedaan maka UUPM tetap digunakan selama tidak bertentangan dengan asas hukum perseroan dalam hal ini berlaku prinsip lex specialis derogate lex generalis. Beberapa bentuk perlindungan bagi pemegang saham terutama bagi para pemegang saham minoritas yang diatur dalam UUPM ataupun ketentuan dan aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam, antara lain:

a. Pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan

tertentu conflict of interest. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan adalah suatu transaksi dimana kepentingan-kepentingan ekonomis perusahaan berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi direksi atau komisaris atau juga pemegang saham utama dari perusahaan tersebut. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, suatu perusahaan seringkali melakukan berbagai transaksi guna mencapai keuntungan yang maksimal. Adakalanya transaksi-transaksi yang dibuatnya tersebut dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan, namun disisi lain pihak tersebut juga memiliki kepentingan pribadi atas berlangsungnya transaksi-transaksi tersebut, misalnya transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan direktur, atau dengan komisaris, atau dengan pemegang saham utama perusahaan tersebut. Transaksi berbenturan kepentingan dapat pula terjadi dalam persero BUMN yang telah diprivatisasi, dimana tindakan para pengurus perseroan memiliki motif dan mengandung kepentingan pribadi ataupun mewakili kepentingan para pemegang saham mayoritas investor asing yang memiliki benturan kepentingan dengan pemegang saham minoritas investor domestik. Dalam hal demikian, maka transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan dengan pihak-pihak: direktur, komisaris, pemegang saham utama atau pihak terafiliasi lainnya, adalah suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Transaksi yang demikian, mungkin dilakukan atau difasilitasi oleh direksi berdasarkan kekuasaannya. Dengan kekuasaannya direksi dapat mengambil keputusan untuk bertransaksi demi kepentingannya atau kepentingan pihak lain, bukan demi perseroan. Hal yang demikian tentu saja melanggar prinsip fiduciary duty yang melekat pada pengurus perseroan. Keterbukaan sangat diperlukan atas transaksi-transaksi yang mungkin mengandung suatu conflict of interest. Suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan dikaitkan dengan prinsip fiduciary duty yang melekat pada pundak direksi dan komisaris perseroan, maka Undang- Undang Pasar Modal mengharuskan adanya persetujuan mayoritas pemegang saham independen. Jika transaksi tersebut dilakukan tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka tindakan direksi dan komisaris dianggap sebagai tindakan yang melanggar prinsip fiduciary duty. Pengaturan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu dalam UUPM dirumuskan dalam pasal 82 ayat 2 dimana berbunyi sebagaimana berikut: “Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau perusahaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen apabila Emiten atau Perusahaan Publik tersebut melakukan transaksi dimana kepentingan ekonomis Emiten atau Perusahaan Publik tersebut berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud.” Bapepam kemudian mempertegas pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu dalam peraturan Bapepam Peraturan Nomor IX.E.1 yang direvisi melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 412Bl2009 Tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, dimana dalam peraturan ini ditegaskan bahwa transaksi yang mengandung benturan kepentingan wajib terlebih dahulu disetujui oleh para Pemegang Saham Independen atau wakil mereka yang diberi wewenang dimana persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam bentuk akta notariil. Ketentuan tersebut tertuang dalam angka 3 huruf a Peraturan Nomor IX.E.1 mengenai Transaksi Afiliasi Dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Apabila suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan dilakukan tanpa memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka tindakan direksi dan komisaris dianggap sebagai tindakan di luar kewenangannya ultra vires. Dengan demikian, tindakan direksi dan komisaris bertentangan dengan Pasal 92 ayat 1 jo 97 ayat 2 dan Pasal 108 ayat 1 dan ayat 2 jo pasal 114 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Direksi atau komisaris dapat dimintakan pertanggungjawabannya apabila terbukti telah menyebabkan terjadinya suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini Bapepam selaku otoritas pasar modal berwenang mengenakan sanksi kepada pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran ketentuan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan, yaitu direksi dan komisaris tadi. Tindakan Bapepam yang meminta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan pengurus atas pelanggaran ketentuan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan mengacu kepada ketentuan Pasal 97 ayat 3 dan ayat 6 serta Pasal 114 ayat 3 dan ayat 6 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan juga ketentuan Pasal 102 ayat 1 Undang-Undang Pasar Modal. Para pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah para pemegang saham minoritasindependen dapat menuntut ganti kerugian yang berdasarkan pada pasal 111 UUPM ataupun berdasarkan gugatan derivatif yang dimilikinya sebagaimana diatur dalam UUPT.

b. Pengaturan Pembelian Kembali Saham Milik Pemegang Saham