Index of Orthodontic Treatment Need IOTN

Indeks DAI mempunyai beberapa kekurangan. Indeks ini tidak dapat mengidentifikasi kasus open bite, deepbite, buccal crossbite, dan diskrepansi midline. Indeks ini diciptakan hanya untuk mengukur keparahan maloklusi pada pasien dalam fase gigi permanen. Oleh karena itu, indeks ini tidak dapat digunakan pada pasien dalam fase gigi bercampur. 6 Index of Orthodontic Treatment Need IOTN dan Index of Complexity, Outcome and Need ICON merupakan 2 metode kuantitatif yang sering digunakan untuk menentukan keparahan maloklusi oleh para ortodontis. ICON diciptakan dari hasil pendapat 97 pakar orang ortodontis dari 9 negara berbeda. Skala ini membantu ortodontis dalam mengevaluasi kompleksitas, keberhasilan dan kebutuhan pada kasus secara kuantitatif. Metode ini amat mudah untuk digunakan serta menghemat waktu dan biaya. Hal ini karena pengukuran dilakukan paling lama 1 menit pada model studi dengan menggunakan skala komponen estetis dan penggaris biasa. Kebutuhan perawatan dan kompleksitas kasus merupakan dua komponen yang terpisah. Kebutuhan perawatan dibagi 2 kelompok yaitu tidak membutuhkan perawatan dan membutuhkan perawatan. Kompleksitas kasus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu mudah, ringan, sedang, susah, dan amat susah. 6,16,41,42

2.7 Index of Orthodontic Treatment Need IOTN

Index of Orthodontic Treatment Need IOTN merupakan salah satu metode kuantitatif yang digunakan oleh para ortdontis untuk mengukur efek anomali dental yang berbeda terhadap kesehatan rongga mulut dan masalah estetis yang diakibatkan oleh maloklusi. Metode ini bertujuan mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perawatan ortodonti serta bertujuan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari perawatan ortodonti. IOTN pertama kali diciptakan pada tahun 1989 oleh Brook dan Shaw. Metode ini telah mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu metode penilaian kuantitatif standar dalam menentukan kebutuhan perawatan ortodonti karena indeks ini mempunyai reliabilitas tinggi, mudah untuk digunakan, dan valid. 6,14-16,33,34 Universitas Sumatera Utara IOTN terbagi menjadi 2 komponen yaitu Dental Health Component DHC dan Aesthetic Component AC. Model studi diukur dengan penggaris oleh ortodontis dalam membuat penilaian visual maloklusi pasien. Dental Health Component terbagi atas 5 tingkat dan komponen-komponen ini memiliki beberapa ciri-ciri oklusi akan dinilai yaitu overbite, overjet, reverse overjet, gigitan terbuka, gigi berjejal, gigitan silang dan sebagainya. Pada setiap model gigi akan diberikan skor. Skor yang tertinggi akan menentukan kebutuhan perawatan ortodonti. Ciri khas yang merupakan kriteria untuk tingkat DHC tertinggi dicari terlebih dahulu. Pemeriksaan model gigi dilakukan dengan cara yang sistematis yaitu dimulai dengan memeriksa ada atau tidaknya missing teeth, besarnya overjet, crossbite, malposisi titik kontak gigi, dan besarnya overbite. 6-9,14-16,33,34 Masing-masing tingkat DHC mempunyai kriteria tersendiri Tabel 2 dan DHC dikelompokkan dari tingkat Grade 1 sampai 5 Tabel 3. Aesthetic Component AC terdapat 10 skala foto berwarna yang menunjukkan tingkat estetis gigi yang berbeda dimulai dari angka 1 yang menunjukkan estetis yang paling bagus sampai pada angka 10 menunjukkan estetis yang paling jelek. Foto gigi anterior pasien akan diambil oleh ortodontis dan dibandingkan dengan 10 skala foto berwarna. Kebutuhan perawatan dikelompokkan berdasarkan masing-masing angka Tabel 4. 6,7,9,14-16,42,43 Penggunaan IOTN telah banyak membantu ortodontis dalam memudahkan pekerjaan di klinik. IOTN mempunyai dua komponen sehingga para ortodontis dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang membutuhkan perawatan lebih obyektif dan menghemat waktu dalam perawatan suatu kasus. Ortodontis cenderung menggunakan IOTN karena indeks ini mempunyai validitas yang tinggi dengan nilai Kappa yang tinggi dan telah dibuktikan dalam penelitian-penelitian sebelum ini cit. Burden, Burden dkk., dan Shaw. 6,7,34 Tingkat IOTN juga dapat memberi gambaran tentang pasien yang akan dirawat oleh ortodontis. Pasien yang mempunyai skor IOTN yang tinggi biasanya mempunyai masalah psikologi serta kualitas hidup yang kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Mandall dkk., menunjukkan bahwa anak-anak yang mempunyai skor Universitas Sumatera Utara AC IOTN yang tinggi sering mempunyai persepsi buruk akan estetis gigi mereka walaupun sudah menerima perawatan. 43 Metode ini juga mempunyai kelemahan tersendiri. Kebutuhan perawatan Dental Health Component dan Aesthethic Component masing-masing dikelompokkan kepada 3 yaitu tidak diperlukan perawatan ortodonti, kasus-kasus borderline, dan amat memerlukan perawatan ortodonti. Oleh karena itu, metode ini tidak dapat membedakan tahap kebutuhan perawatan dengan lebih spesifik di dalam masing- masing tingkat. Indeks ini juga kurang sensitif dalam mengukur gejala-gejala maloklusi ringan. Gejala-gejala maloklusi ringan ini dapat mempengaruhi bentuk wajah seseorang. 6,33 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Kriteria bagi masing-masing tingkat Grade Dental Health Component DHC IOTN 6,14-16,34 Tingkat Grade DHC Kriteria Tingkat 5 i. Overjet 9 mm. ii. Hipodonsia luas dengan implikasi restoratif lebih dari satu gigi yang hilang dalam kuadran membutuhkan perawatan ortodontik prarestoratif. iii. Erupsi gigi terhambat dengan pengecualian molar ketiga karena crowding, perpindahan. iv. Supernumerary teeth, reverse overjet 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan berbicara. v. Cacat bibir sumbing dan langit-langit. Tingkat 4 i. Overjet 6 mm tapi ≤9 mm. ii. Reverse overjet 3,5 mm tanpa kesulitan pengunyahan atau kesulitan berbicara. iii. Crossbite anterior atau posterior dengan 2 mm perbedaan antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal. iv. Malposisi gigi parah 4 mm. v. Open bite anterior 4 mm. vi. Peningkatan overbite dan lengkap dengan trauma gingiva atau trauma palatal. vii. Hipodonsia dan memerlukan perawatan ortodontik prarestoratif atau penutupan ruang ortodontik. 1 gigi hilang dalam kuadran viii. Crossbite lingual posterior tanpa kontak oklusal fungsional dalam satu atau kedua segmen bukal. ix. Reverse overjet 1 mm tapi ≤3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan kesulitan berbicara. x. Gigi erupsi parsial, tipping dan impaksi dengan gigi yang berdekatan. xi. Supplemental teeth. Universitas Sumatera Utara Tingkat Grade DHC Kriteria Tingkat 3 i. Overjet 3,5 mm tapi ≤6 mm dengan bibir tidak kompeten. ii. Reverse overjet dari 1 mm tapi ≤3,5 mm. iii. Crossbite anterior atau posterior dengan 1 mm tapi ≤2 mm perbedaan antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal. iv. Malposisi gigi 2 mm tapi ≤4 mm. v. Open bite anterior 2 mm tapi ≤4 mm. vi. Peningkatan atau overbite komplit tanpa trauma gingiva atau trauma palatal. Tingkat 2 i. Overjet 3,5 mm tapi ≤6 mm dengan bibir yang kompeten. ii. Reverse overjet 0 mm tapi ≤1 mm. iii. Crossbite anterior atau posterior dengan ≤1 mm perbedaan a ntara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal. iv. Malposisi gigi 1 mm tapi ≤2 mm. v. Open bite anterior atau posterior 1 mm tapi ≤2 mm. vi. Peningkatan overbite ≥3,5 mm tanpa kontak gingiva. Tingkat 1 i. Maloklusi minimal dengan malposisi gigi 1 mm. Tabel 3. Dental Health Component DHC 7,14-16,34,42 Tingkat Grade Kebutuhan Perawatan 1-2 Tidak membutuhkan perawatan ortodonti 3 Kasus-kasus borderline 4-5 Paling membutuhkan perawatan ortodonti Tabel 4. Aesthetic Component AC 9,14-16,34 Angka Kebutuhan Perawatan 1-4 Tidak membutuhkan perawatan ortodonti 5-7 Kasus-kasus borderline 8-10 Paling membutuhkan perawatan ortodonti Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Aesthetic Component IOTN, angka 1 menunjukkan estetis paling baik dan angka 10 menunjukkan estetis paling jelek. 7,8,14 Universitas Sumatera Utara Maloklusi Dental Metode Angle Fisk Oklusi Maloklusi Efek Etiologi Maloklusi Indeks Maloklusi Maloklusi Skeletal Metode DAI ICON IOTN Klas III Klas I Klas II DHC AC

2.8 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 91 53

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 2

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 4

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 7 19

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 3

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 1

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 12

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 18

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19