BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU Jl. Alumni No 2, Universitas Sumatera Utara.
Waktu: Oktober 2013 – Januari 2014
3.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah sebanyak 282 orang pasien yang sudah selesai menjalankan perawatan ortodonti di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU
sejak tahun 2006 hingga tahun 2012.
3.4 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dari 282 populasi sampel dan didapat sampel 117 kasus-kasus yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
3.4.1 Kriteria Inklusi • Pasien yang sudah selesai menjalankan perawatan ortodonti di Klinik
PPDGS Ortodonti FKG USU.
• Pasien dalam periode gigi permanen. • Status pasien masih dalam kondisi baik.
• Model studi masih dalam kondisi baik.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Kriteria Ekslusi • Pasien dalam periode gigi desidui atau periode gigi bercampur.
• Status pasien dalam kondisi rusak.
• Model studi dalam kondisi rusak. 3.5 Variabel-variabel Penelitian
Antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
a Variabel bebas: Klasifikasi maloklusi skeletal. b
Variabel tergantung: Tingkat Grade Dental Health Component DHC Index of Orthodontic Treatment Need IOTN.
c Variabel terkendali: Kondisi status pasien dan model studi. d Variabel tidak terkendali: Suku sampel penelitian.
3.6 Definisi Operasional
Agar semua variabel dapat dinilai dan diamati, maka semua variabel yang diteliti harus didefinisikan sebagai berikut:
1. Klasifikasi maloklusi skeletal adalah klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan relasi rahang atas dengan rahang bawah menurut sudut ANB dan terbagi
kepada 3 klas yaitu Klas I, II, dan III skeletal.
• Klas I Skeletal: Sudut ANB adalah 2
⁰-4⁰.
• Klas II Skeletal: Sudut ANB adalah 4
⁰.
• Klas III Skeletal: Sudut ANB adalah 2
⁰. 2. Dental Health Component DHC IOTN terbagi kepada 5 tingkat
Grade. Setiap tanda-tanda oklusi harus diamati sebelum tingkat DHC dapat diberikan Tabel 5. Tingkat 1 hingga tingkat 2 menunjukkan kasus tidak
membutuhkan perawatan ortodonti, tingkat 3 menunjukkan kasus borderline, tingkat 4 sampai tingkat 5 menunjukkan kasus yang paling membutuhkan perawatan
ortodonti Tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5: Definisi Operasional Tingkat-tingkat Dental Health Component DHC
Variabel Definisi Operasional
Cara ukur Skala
Ukur
Tingkat 5 i.
Overjet 9 mm. ii.
Hipodonsia luas dengan implikasi restoratif lebih dari satu gigi yang hilang dalam
kuadran membutuhkan perawatan ortodontik prarestoratif.
iii. Erupsi gigi terhambat dengan pengecualian
molar ketiga karena crowding, perpindahan. iv.
Supernumerary teeth, reverse overjet 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan berbicara.
v. Cacat bibir sumbing dan langit-langit.
Pengamatan dan
penggaris Ordinal
Tingkat 4 i.
Overjet 6 mm tapi ≤9 mm.
ii. Reverse overjet 3,5 mm tanpa kesulitan
pengunyahan atau kesulitan berbicara. iii.
Crossbite anterior atau posterior dengan 2 etttmm perbedaan antara posisi kontak
retrusi dan posisi interkuspal. iv.
Malposisi gigi parah 4 mm. v.
Open bite anterior 4 mm. vi.
Peningkatan overbite dan lengkap dengan trauma gingiva atau trauma palatal.
vii. Hipodonsia dan memerlukan perawatan
ortodontik prarestoratif atau penutupan ruang ortodontik.1 gigi hilang dalam kuadran
viii. Crossbite lingual posterior tanpa kontak
oklusal fungsional dalam satu atau kedua segmen bukal.
ix. Reverse overjet 1 mm tapi
≤3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan kesulitan
berbicara. x.
Gigi erupsi parsial, tipping dan impaksi dengan gigi yang berdekatan.
xi. Supplemental teeth.
Pengamatan dan
penggaris Ordinal
Universitas Sumatera Utara
Variabel Definisi Operasional
Cara ukur Skala
Ukur
Tingkat 3 i.
Overjet 3,5 mm tapi ≤6 mm dengan bibir
tidak kompeten. ii.
Reverse overjet 1 mm tapi ≤3,5mm.
iii. Crossbite anterior atau posterior dengan
1 mm tapi ≤2 mm perbedaan antara posisi
kontak retrusi dan posisi interkuspal. iv.
Malposisi gigi 2 mm tapi ≤4 mm.
v. Open bite anterior 2 mm tapi
≤4 mm. vi.
Peningkatan atau overbite komplit tanpa trauma gingiva atau trauma palatal.
Pengamatan dan
penggaris Ordinal
Tingkat 2 i.
Overjet 3,5 mm tapi ≤6 mm dengan bibir
yang kompeten. ii.
Reverse overjet 0 mm tapi ≤1 mm.
iii. Crossbite anterior atau posterior dengan
≤1 mm perbedaan antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal.
iv. Malposisi gigi 1 mm tapi
≤2 mm. v.
Open bite anterior atau posterior 1 mm tapi ≤2 mm.
vi. Peningkatan overbite
≥3,5 mm tanpa kontak gingival.
Pengamatan dan
penggaris Ordinal
Tingkat 1 i.
Maloklusi minimal dengan malposisi gigi 1 mm
Pengamatan dan
penggaris Ordinal
Tabel 6. Tingkat Grade Dental Health Component DHC dan kebutuhan perawatan.
Tingkat Grade DHC Kebutuhan Perawatan
1-2 Tidak membutuhkan perawatan ortodonti
3 Kasus-kasus borderline
4-5 Paling membutuhkan perawatan ortodonti
Universitas Sumatera Utara
3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat