Metode Kualitatif Indeks Maloklusi

2.6.1 Metode Kualitatif

Metode yang paling awal dalam menentukan maloklusi pada bidang kedokteran gigi adalah metode kualitatif. Metode ini tidak dapat memberi informasi tentang kebutuhan perawatan dan hasil perawatan karena metode ini bersifat deskriptif. Pada metode-metode kualitatif sebelumnya hanya beberapa gejala maloklusi dipilih untuk direkam, tetapi kemudiannya diubah untuk mengelompokkan gejala-gejala maloklusi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. 1,6,34 Metode kualitatif yang paling awal dan masih sering digunakan sampai sekarang adalah metode Angle. Metode ini amat mudah digunakan karena klasifikasinya hanya berdasarkan relasi mesio distal gigi dengan gigi molar satu atas permanen sebagai panduan dalam menentukan oklusi. Namun demikian, hubungan antara gigi dengan wajah tidak diperhitungkan dalam metode Angle karena metode ini hanya menentukan hubungan oklusi dari arah mesio distal pada bidang sagital, sedangkan maloklusi merupakan sebuah masalah yang terjadi dalam bidang tiga dimensi. Selain itu juga, kesalahan antara pemeriksa sering kali terjadi ketika menggunakan metode Angle, karena penentuan maloklusi tergantung oleh sudut pandang dan pemahaman masing-masing pemeriksa. 1,2,6,23,25 Dari metode Angle, metode-metode kualitatif lain turut dikembangkan untuk mengukur dan menentukan keparahan maloklusi. Bjork dkk., mengembangkan sebuah metode untuk mengukur maloklusi dengan mengidentifikasi gejala-gejala maloklusi secara terperinci. Data yang diperoleh akan dianalisa dalam 3 bagian yaitu anomali oklusal, anomali pada gigi, dan deviasi pada kondisi ruang. Pada tahun 1979, WHOFDI telah memodifikasikan metode Bjork dkk., dan didapatkan 5 masalah yaitu anomali, kondisi ruang, oklusi, kondisi gigi dan kebutuhan perawatan ortodonti. Malah prevalensi maloklusi dapat ditentukan melalui metode ini. 1,6,26 Ringkasan tentang metode-metode kualitatif yang pernah digunakan ditampilkan dalam Tabel 1. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Metode-metode kualitatif dan cara mengklasifikasi maloklusi menurut masing-masing metode 6,26 Metode Cara Klasifikasi Angle Relasi mesio distal gigi molar satu atas permanen dengan gigi molar permanen bawah. Fisk Pasien dibagi mengikut umur dental masing-masing. Setelah itu dicatat maloklusi terjadi pada arah mesio distal, vertikal, dan transversal. Bjork dkk Gejala-gejala maloklusi diidentifikasi berdasarkan definisi yang rinci yaitu anomali oklusal, anomali gigi, dan deviasi kondisi ruang. Proffit dan Ackerman Maloklusi ditentukan melalui 5 langkah yaitu susunan gigi, profil, gigitan silang, klasifikasi Angle dan kedalaman gigitan. WHOFDI Dicatat 5 perkara yaitu anomali, kondisi ruang, oklusi, kondisi gigi dan kebutuhan perawatan ortodonti. 2.6.2 Metode Kuantitatif Metode kualitatif memiliki beberapa kelemahan seperti tidak dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan perawatan dan hasil perawatan. Analisa maloklusi menggunakan metode kualitatif hanya bersifat deskriptif dan tidak mencerminkan keparahan maloklusi yang dialami oleh pasien atau prevalensi maloklusi pada satu populasi. Oleh karena itu, ortodontis menciptakan skala penilaian menggunakan metode kuantitatif. 1 Pada metode kuantitatif, keparahan maloklusi dapat diukur. Sewaktu menentukan jumlah insidensi dan prevalensi maloklusi pada sebuah populasi yang diteliti, metode kuantitatif dapat digunakan dengan menghitung jumlah gigi yang mengalami rotasi dan malposisi. Vankirk dkk., menciptakan sebuah index pada Universitas Sumatera Utara tahun 1959 untuk mengukur keparahan rotasi dan malposisi yang dikenal sebagai Handicapping Labiolingual Deviation Index HLDI. HLDI diciptakan untuk membedakan handicapping malocclusion dengan non handicapping malocclusion. Hasil distrubusi skor dari indeks ini amat membingungkan para ortodontis karena skor handicapping malocclusion dan skor non hadicapping malocclusion sering bertumpang tindih sehingga jenis maloklusi tidak dapat dibedakan. 6 Terdapat juga beberapa jenis metode kuantitatif yang mengidentifasikan tipe maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti. Pada tahun 1987, Cons menciptakan sebuah indeks yang dikenal sebagai Dental Aesthetic Index DAI dan diterima untuk digunakan para ortodontis di seluruh dunia. Indeks ini menggabungkan 2 komponen yaitu gejala-gejala maloklusi yang ada dan persepsi masyarakat umum tentang estetis dental untuk memberikan sebuah skor dan dari skor ini kebutuhan perawatan ortodonti dapat ditentukan oleh ortodontis. DAI terdiri dari beberapa komponen yaitu jumlah gigi yang hilang, incisal segment crowding, incisal segment spacing, midline diastema, maxillary anterior irregularity, mandibular anterior irregularity, maxillary overjet, mandibular overjet, vertical anterior open bite, dan relasi anteroposterior gigi molar. Setiap komponen ini diamati dan skor diberi pada setiap komponen yang kemudian akan dihitung untuk mendapat jumlah skor. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, keparahan maloklusi dapat dibagi kepada 4 kelompok yaitu normal tidak membutuhkan perawatan, maloklusi perawatan elektif dilakukan, maloklusi parah membutuhkan perawatan, dan maloklusi yang amat parah amat membutuhkan perawatan. 6,34,40,41 Indeks DAI juga mempunyai beberapa keuntungan. Persepsi pasien akan kebutuhan perawatan dipertimbangkan karena kepuasan dari perbaikan fungsi dan estetis amat bernilai setelah dilakukan perawatan. Selain itu, indeks ini dapat diaplikasikan langsung pada pasien dan indeks ini secara kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodonti. Perawat dapat dilatih untuk penggunaan metode ini sehingga dapat menghemat waktu dan biaya seorang ortodontis. 6,34 Universitas Sumatera Utara Indeks DAI mempunyai beberapa kekurangan. Indeks ini tidak dapat mengidentifikasi kasus open bite, deepbite, buccal crossbite, dan diskrepansi midline. Indeks ini diciptakan hanya untuk mengukur keparahan maloklusi pada pasien dalam fase gigi permanen. Oleh karena itu, indeks ini tidak dapat digunakan pada pasien dalam fase gigi bercampur. 6 Index of Orthodontic Treatment Need IOTN dan Index of Complexity, Outcome and Need ICON merupakan 2 metode kuantitatif yang sering digunakan

Dokumen yang terkait

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 91 53

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 2

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 4

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

1 7 19

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 3

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 1

Perubahan Kecembungan Jaringan Lunak Wajah pada Maloklusi Skeletal Klas II dan Klas III Sebelum dan Sesudah Perawatan pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 12

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 18

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 1 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19